Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 ~ Pergi
Zira hanya membawa sedikit pakaian ganti yang terpenting yang harus ia bawa adalah macam-macam skincare nya , baju ganti sengaja Zira bawa sedikit biar ia bisa sering-sering pulang ke rumah Ayah Syahdan .
Setelah sarapan , Zira benar-benar harus pergi meninggalkan rumah yang sudah belasan tahun ia tempati bersama keluarga tercinta nya . Berat sekali rasanya untuk Zira pergi , jika ia bisa memilih ingin sekali Zira tetap bisa tinggal selamanya dirumah dengan keluarga nya .
" Zira ingin tetap disini aja yah , gapapa kan ? ", mohon Zira sedih .
" Kamu kan bisa sering-sering main kesini kak ", jawab Ayah Syahdan seraya tersenyum .
" Iya tapi kan tetap aja beda , rumah ini pasti akan sepi kalau ga ada Zira " , balas Zira seraya memajukan bibirnya beberapa centi .
" Iya karena kakak yang selalu bikin rusuh " , timpal Zulfa seraya terkekeh.
" Diih dasar bocil enak aja " , balas Zira seraya melotot ke arah Zulfa .
" Bunda tolong please izinkan Zira tetap tinggal disini , Zira ga mau ninggalin rumah ini " , mohon Zira lagi pada bunda Zoya.
" Sayang rumah ini akan tetap jadi rumah kamu , kapan pun kakak mau kesini pintu rumah ini akan selalu terbuka lebar nak dan kami akan selalu menyambut dengan senang kehadiran kamu sayang , tapi saat ini kakak sudah menjadi istri dari nak Gaffi sudah kewajiban kakak harus nurut dan taat termasuk harus mau untuk dibawa pindah dari rumah ini nak " , tutur bunda Zoya memberi pengertian seraya mengelus lembut bahu Zira.
Zira berkaca-kaca namun bibirnya tetap maju , ga ada yang menahannya untuk tetap tinggal dirumah , semua setuju jika Zira pergi dibawa oleh Gaffi .
Sekitar pukul 10 pagi Gaffi mulai pamit kepada semuanya diikuti oleh Zira .
Semua orang percaya pada Gaffi kalau Gaffi bisa menjaga dan menyayangi Zira dengan baik .
Banyak wejangan yang Gaffi dan Zira terima khususnya dari Ayah Syahdan dan bunda Zoya .
" Ingat harus nurut sama nak Gaffi ya kak , akur-akur ya dan juga jaga kesehatan kalian " , Ucap bunda Zoya sebelum Zira masuk mobil.
Zira sudah menitikan air matanya sedari tadi namun orang dirumah sengaja menahan sekuat tenaga agar tidak menangis dan membuat Zira semakin sedih.
" Assalamualaikum " , ucap salam Gaffi .
" Wa'alaikum salam hati-hati dijalan " , jawab semuanya seraya melambaikan tangan .
Mobil pun perlahan meninggalkan kawasan rumah Ayah Syahdan.
Setelah mobil tidak terlihat lagi bunda Zoya mengelap air matanya yang hampir jauh .
" Yah kak Zira udah ga dirumah ini lagi " , ucap Zulfa sedih seraya mengelap air matanya .
" Udah yu semuanya masuk " , ajak Ayah Syahdan dan dianggukan semuanya .
Sementara didalam mobil Zira terus melamun sesekali ia menyeka air matanya yang terus-menerus keluar . Baru kali ini Zira harus terpisah dengan keluarganya .
" Bunda , Ayah , bang Zidan dan Zulfa , aku pasti bakal kangen banget sama kalian " , batin Zira sedih.
" Udah ga usah menangis lagian kalau kamu mau pulang kapan pun pasti bakal aku izinin kok " , ujar Gaffi seraya menyerahkan selembar tisu pada Zira .
" Ya udah kalau gitu sekarang Zira mau pulang " , jawab Zira seraya melirik ke arah Gaffi dan mengambil tisu yang disodorkan Gaffi .
" Sekarang ? , kita nyampe apartemen juga belum dek " , tanya Gaffi seraya menggelengkan kepalanya .
" Katanya kapan pun ? " , balas Zira seraya menatap Gaffi sebentar lalu ia fokus melihat ke arah luar jendela .
Gaffi hanya menggelengkan kepalanya , ada-ada aja tingkah istri nya ini .
Sekitar hampir 2 jam diperjalanan akhirnya mobil Gaffi masuk ke kawasan apartemen ia langsung disambut oleh pak satpam.
" Selamat siang pak " ,
" Selamat siang pak " , jawab Gaffi ramah.
Gaffi memarkirkan mobilnya dan ia melirik kearah Zira yang tertidur . Sebelum nya ketika mengetahui Zira tertidur Gaffi dengan cepat langsung membenarkan posisi kursi mobilnya agar Zira bisa tertidur dengan nyaman .
" Dek ayo bangun , kita udah sampai " , ucap Gaffi perlahan.
" Mmm " , Zira terbangun dan ia langsung menatap ke arah Gaffi lalu langsung memalingkan wajahnya ke arah luar jendela .
" Ayo turun " , Ajak Gaffi lembut.
Zira tidak menjawab namun ia mengikuti Gaffi keluar dari mobil .
Gaffi membuka bagasi mobil dan membawa tas Zira masuk , sementara Zira ia hanya mengikuti langkah suaminya dari belakang .
Gaffi berjalan kearah Lift dan setelah lift terbuka ia langsung masuk dan menekan tombol angka 15 setelah Zira juga ikut masuk .
Selama berada didalam lift keduanya hanya terdiam dan membisu tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun . Namun secara diam-diam Zira terus memperhatikan gerak gerik suaminya.
Pintu lift terbuka dan Gaffi mempersilahkan Zira untuk keluar lebih dulu .
Gaffi berjalan kearah salah satu kamar lalu ia membuka pintu tersebut dengan memasukan kata sandi .
" Ayo masuk dek ", ajak Gaffi lembut .
" Sementara kita tinggal di apartemen Abang dulu ya seraya Abang nabung buat beli rumah " , ujar Gaffi seraya mengajak Zira ke kamar .
" Disini cuman ada satu kamar kamu bebas menggunakan atau mau menata ulang tempat ini , silahkan ga ada larangan buat kamu dek , kamu bisa sesuka hati melakukan apapun disini " , tutur Gaffi seraya melirik ke arah Zira yang tengah memperhatikan seisi ruangan.
Zira cukup terkagum dengan apartemen milik Gaffi walau hanya ada satu kamar namun kamarnya sangat luas , dan tempat tidurnya pun berukuran sangat besar belum lagi fasilitas nya sangat lengkap .
" Kamu mau langsung istirahat apa mau lihat-lihat ruangan disini dulu ? " , tanya Gaffi lembut .
Zira tidak menjawab ia hanya mengangkat kedua bahunya pertanda terserah .
" Ya udah ayo aku ajak lihat-lihat dulu sekitar sini " , balas Gaffi tersenyum .
Gaffi mengajak Zira ke arah balkon dan ternyata pemandangan nya sangat bagus dan mungkin ini akan menjadi tempat favorit Zira.
Setelah itu Gaffi mengajak Zira keluar dari kamar dan berjalan kearah ruang tv yang luas dengan semua perabotan yang mewah , tv yang berukuran sangat besar dan juga sofa yang terlihat mewah namun elegan.
Setelah itu Gaffi mengajak Zira ke arah dapur yang lumayan luas dan juga pastinya dengan perabotan lengkap dan semua tertata dengan rapi , didekat dapur ada juga satu kamar mandi .
Tak jauh dari dari dapur ada meja makan yang terlihat bersih dan rapi .
Ada juga mushola yang terlihat bersih dan wangi belum lagi semua buku-buku , Al-Qur'an dan alat sholat tertata dengan sangat rapi.
" Maaf ya dek jika diapartemen Abang ini tidak seluas dirumah Ayah " , ucap Gaffi melirik ke arah Zira .
" Hemm " , jawab Zira berdehem .
Memang apartemen Gaffi tidak seluas rumah Ayah Syahdan namun semua terlihat sangat mewah dan modern dan ini sudah sangat cukup bagi Zira .
" Mudah-mudahan kamu suka ya tinggal disini " , ucap Gaffi lagi .
~