"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6. Gitu Aja Kok Repot
"Apa sih, Dan?" gerutu Mila saat diseret paksa oleh Danu untuk melihat video asusila Clara dan Revan. "Orang lagi skincare an, kok ...!" lanjutnya masih dengan ekspresi yang sama.
"Lihat itu kelakuan putrimu!" Danu menunjuk laptop dimana video vulgar Clara tengah diputar. "Apa sebenarnya yang anakmu itu pikirkan?"
"Namanya juga anak muda, Dan ... kaya kamu nggak pernah muda aja!" jawab Mila sambil lalu tanpa melihat lebih dekat video yang sudah bisa ia tebak apa isinya. Ya, Clara pasti telah melakukan hal itu dengan Revan mengingat dia telah menyarankan agar Clara melakukan segala cara demi memiliki Revan.
"Masa mudaku tidak aku habiskan untuk bermain wanita, Mila! Kau juga tau persis hal itu!" bentak Danu tanpa mau merendahkan suaranya sedikitpun. Padahal di rumah ini, ada kantor milik Mila dimana seluruh karyawannya tinggal disini.
"Siapa yang bisa menjamin, sih, Dan!" balas Mila dengan pandangan dan nada bicara yang merendahkan. "Kamu hanya belum kepergok kaya Clara aja!"
Tentu hal itu mengisyaratkan kejadian di pantai kemarin. Mereka bertengkar hebat saat Danu terpergok jalan dengan stafnya.
"Masih bahas soal itu lagi!" Danu jengah. Mila tidak tahu saja kalau hari itu dia bersama stafnya membahas amblasnya dana kampanye yang jumlahnya cukup banyak dan sangat mencurigakan. Juga membahas cara melumpuhkan secara efektif serangan fajar juga caleg yang menyusupkan amplop ke ketua RT maupun kelompok tertentu di kawasan yang telah ia duduki sejak pileg pertama dulu.
Mila belum diberitahu soal itu oleh Danu sebab hanya Danu dan beberapa staf yang memang ia beri tugas memeriksa secara diam-diam timses maupun timnya yang tidak setia. Benar mereka satu kubu, tapi Mila pasti memiliki ambisi tersendiri dibalik kesuksesan dirinya menjabat di DPRD.
"Emangnya laki dan perempuan ngapain di dalam mobil malam-malam begitu di pantai yang sudah sepi selain mau bercinta?" ujar Mila sinis. "Nggak usah sok suci dan biarkan saja apa saja yang dilakukan Clara selama tidak merugikan kamu!"
Mila hampir berlalu seraya menggumamkan kata, "kaya dia sudah bisa berdiri sendiri saja tanpa bantuan keluargaku!"
Namun, Danu merampas tangan Mila dan memaksanya menatap layar laptop. "Lihat baik-baik, Mila! Disana ada wanita yang hatinya terluka karena Clara! Mereka hampir menikah dan batal karena Clara! Apa sedikit saja kalian tidak punya simpati sebagai sesama wanita?"
"Kalau kamu tertarik kamu bisa nikahi dia, Danu!" Mila melepaskan tangan Danu dari tubuhnya. "Kayaknya kamu sama dia cocok, sama-sama sok suci!"
Danu sedikit terkejut dan salah tingkah atas ucapan Mila. Ini izin apa sindiran? Apa Mila tahu apa yang dia lakukan hari ini?
"Bawa dia kesini nanti buat kenalan sama kita!" sambungnya seraya terkekeh. "Jadi nanti pas Clara nikah, dia bisa lihat betapa bahagia mantan pacarnya menikah dengan gadis cantik kaya raya, sementara dia, menjadi istri dari pria yang tidak bisa apa-apa tanpa istri tuanya ini!"
Danu merasakan gelegak amarah di dadanya kian membuncah. Rasanya seperti ada lelehan magma panas yang bersiap menyembur dari dalam mulutnya sebagai respon atas penghinaan yang benar-benar merendahkan harga dirinya sebagai pria. Benar Danu bisa diposisi ini atas bantuan keluarga Mila, tetapi tanpa usaha kerasnya membangun personal branding yang kuat dan bagus, mereka pasti sudah hancur ditelan zaman. Danu berusaha sebaik mungkin agar citra partai dan keluarga besar Mila tetap terjaga dan terhormat meski bobrok dimana-mana.
Danu terlampau syok sehingga ia tak sempat memarahi Mila yang telah lenyap dari pintu ruang kerjanya untuk melanjutkan lagi ritual perawatan malamnya semua itu tidaklah mengganggu.
Danu menghembuskan napas keras dan gerakan badan yang lelah juga tertekan. Ia kemudian berniat menelpon Clara agar anak itu tidak berulah menjelang hari pentingnya.
Namun, saat telepon tersambung, suara Clara terdengar dari luar pintu ruang kerjanya.
"Tumben Papi nelpon?" sapanya santai pada sang Papi. "Kangen ya, sama anak Papi yang cantik ini?"
Clara segera masuk ke ruangan Danu, duduk di kursi depan laptop yang menyala, kemudian bersiul kecil kemudian pura-pura kaget. "Papi dapat ini dari mana? Ya ampun, video ini siapa yang kasih? Papi percaya video ini? Ini fitnah, Pi!"
Danu mendengus kesal. "Fitnah apa yang buktinya sejelas ini, Clara? Papi heran, kenapa kamu harus lakuin itu dan kamu juga bukannya minta maaf malah nantangin pacar laki-laki itu!"
"Untuk apa?" Clara akhirnya membuang topeng polosnya yang sengaja ia pasang setiap kali berhadapan dengan sang ayah. Clara menatap ayahnya dengan seringai kecil di sudut bibirnya. "Kami saling mencintai, Pi ... selama belum ada kata sah, mah, laki-laki manapun berhak memiliki hubungan yang bagus dengan cewek lain! Ya, siapa sih, Pi ... yang nggak mau sama cewek secantik ak—"
"PLAK!"
Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Clara hingga membuat Clara sedikit bergeser dari posisi duduknya. Tamparan Danu tidaklah pelan, sehingga membuat air mata Clara jatuh. Kini sisa rasa tamparan itu mulai bisa ia nikmati. Perih sampai tembus ke hati.
"Bukankah seharusnya kau malu, Clara?" sembur Danu berang. Anak ini akhlaknya benar-benar sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Danu mengerang pilu dalam hati. Dia tidak terlalu dekat dengan Clara setelah ia kuliah sampai sekarang.
"Kamu juga perempuan, enteng sekali kamu berkata kaya gitu! Kalau gantian pacar kamu yang direbut, apa kamu nggak sakit hati? Apa kamu—"
"Pi ...!" Clara berdiri dengan muka merah menahan tangis sekaligus rasa sakit yang rasanya masih tercetak di pipi. "Papi nggak tahu gimana rasanya apa yang harusnya jadi milikku, direbut orang lain! Wanita itu udah rebut semuanya dariku sejak dulu. Mereka semua menyukai Beby tulus, sementara untuk bisa suka sama aku, mereka harus mendapatkan sesuatu dariku lebih dulu! Aku boleh saja memenangkan semua piala yang ada di dunia, tapi dia memenangkan simpati dan perhatian tulus semua orang!"
"Kalau begitu, itu bukan salah dia, Clara!"
"Itu salah dia!" bantah Clara dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya. Matanya makin berkilat penuh amarah dan limpahan air mata. "Salah dia sepenuhnya! Papi tidak tahu saja kalau aku suka laki-laki itu lebih dulu daripada dia, tapi Revan malah ngeyel mau nikahin dia padahal aku hamil anak dia—"
"Apa?!"
Danu syok, "kamu sama laki-laki itu sampai hamil?"
"Ya!" Clara mengambil sesuatu dari dalam tasnya, kemudian menunjukkan pada Danu. "Kami akan segera menikah setelah pemilu selesai!"
Danu mungkin saja baru pertama kali melihat itu, tapi dia tahu pola yang tercetak di alat itu artinya apa.
"Biarpun video itu disebarkan oleh Beby, aku tidak peduli, aku akan tetap menikah dengan Revan karena adanya anak ini! Lagipula, Beby sudah menikah dengan pria tua bangka impoten siang tadi!"
Danu melotot tanpa sadar. "Clara hati-hati berbicara! Anak itu terpaksa menikah karena dia tidak punya pilihan lain! Dia wanita biasa yang rasanya berlebihan sekali jika kamu sampai kelewatan begitu!"
"Papi kenapa sih belain dia terus? Papi emang tau siapa dia?" Clara menatap ayahnya lalu ke laptop. "Oh, dia minta sumbangan ke Papi dengan video itu, ya?"
Clara sedikit mengejek. "Papi tiduri dia nggak?"
"PLAK!"
"ARRRGGGHHH!"
Teriakan Clara membuat Mila yang baru saja akan memulai lagi rangkaian perawatan wajah itu membuang napas kasar karena kesal. Ia segera menghampiri anak dan suaminya yang ribut hanya gara-gara urusan sepele itu agar tidak membuat kepalanya yang sudhs pusing ini makin pusing.
"Ya ampun, kalian berdua bisa diam nggak sih?" Mila menatap kesal dua orang itu. "Ngapain kamu tampar dia, Dan? Dia nggak salah!"
"Bela saja terus anakmu ini, Mila! Jadi dia semakin melunjak nantinya!"
Mila membuang muka dengan ekspresi lelah. "Biar saja, toh dia tidak minta uang ke kamu! Kamu nggak urus biaya hidupnya, dan kamu juga bukan ayah kandungnya! Jadi stop repot ngurusin Clara! Cukup jadi ayah sebagai formalitas saja, tidak usah lebay! Clara tahu apa yang Clara lakukan dan kamu tahu apa yang harus kamu lakukan agar anak itu diam! Kasih saja uang tutup mulut, dia nggak akan berani menyebarkan video itu!"
Danu terenyak mendengar penuturan Mila yang datar, terkesan malas tapi menusuk hingga ke jantungnya itu. Rasanya Danu telah melakukan banyak hal agar Clara tumbuh dengan baik di bawah asuhannya meski dia tahu Clara bukan anak kandungnya.
"Gitu aja kok repot, sih, Pi!" cebik Clara dengan ekspresi mengejek usai maminya pergi dari ruangan ini. Clara mendenguskan tawa kecil. "Daripada ngurusin video nggak jelas itu, mending Papi segera minta Revan nikahi aku agar berita buruk di luar sana bisa teredam!"
Clara menatap video yang telah terhenti itu dengan ekspresi merendahkan sebelum pergi dari ruangan Danu dengan rambut terkibas nyaris mengenai mata Danu.
Danu jatuh terduduk saking merasakan diririnya direndahkan dan diinjak-injak. Diluar, dia boleh saja dikagumi, tapi beginilah dia di rumah. Ia seolah tidak punya apa-apa.
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat