Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Ungkapan Hati Iqbal
Di dalam mobil, Amira tak menyadari bahwa seseorang tengah mengawasinya. Iqbal, dengan gaya percaya diri, menoleh sekilas.
“Kamu tahu nggak, Dek? Dari dulu aku menyukai kamu. Cuma, kamu selalu pura-pura nggak ngerti.”
Amira menoleh cepat, matanya melebar. "Kak Iqbal, jangan bercanda, deh. Kita kan teman. Aku belum mikir ke arah situ.”
Iqbal tersenyum miring. “Teman? Tapi kalau lama-lama demen, nggak apa-apa, kan? Aku akan tunggu. Tapi jangan kasih kesempatan orang lain dulu, ya?” pintanya serius.
Amira mendesah. Ia tidak ingin menyakiti hati Iqbal, tapi juga tidak bisa memberi harapan. Amira sudah menganggap Iqbal kakaknya sendiri. Iqbal adalah teman masa kecil Amira, sebelum orang tua Iqbal pindah rumah dulu. Usia Iqbal lima tahun lebih tua darinya. Oleh karena itu, Amira hanya menganggap Iqbal tidak lebih dari seorang kakak.
Saat ini Iqbal tercatat sebagai perwira pertama Polri dengan pangkat Ipda. Prestasinya sudah menjulang sejak ia sekolah dulu sampai sekarang.
"Oh iya, ngomong-ngomong, kalau boleh tahu, siapa pria berbaju loreng di kafe itu tempo hari?" selidik Iqbal penasaran.
Amira tersentak, tiba-tiba Iqbal malah membahas Yoda. Padahal Amira sedang tidak memikirkan pria tentara itu. Terlebih ketika Amira harus menyaksikan sikap cemburu seorang wanita berprofesi dokter yang diduga kekasih Yoda di kafe beberapa hari, Amira tidak mau mengingat pria itu lagi. Amira takut ia diduga pemicu kecemburuan dokter itu.
"Lebih baik menghindar," gumamnya dalam hati.
"Kok, nggak jawab sih? Dia siapa? Kelihatannya usianya jauh lebih tua dari kamu, dibandingin dengan aku juga tuaan dia. Hati-hati, jangan mudah terpesona oleh seragam loreng. Jangan-jangan dia sudah beristri, dan saat ini mencari mangsa," tutur Iqbal seperti sedang memberi provokasi.
"Maksud Kak Iqbal?" Kening Amira mengkerut dalam.
"Kamu hati-hati saja. Jangan mudah tergoda dengan pria yang belum jelas, bahkan yang baru kenal."
Amira tidak menjawab, lagipula ia memang tidak ada hubungan apa- apa dengan pria tentara itu. Hanya sekedar kenal kebetulan saja, karena laptopnya pernah kadi korban cipratan genangan air akibat ban mobil Yoda.
***
Malam itu, Yoda duduk di teras rumahnya. Rokok di tangannya terbakar setengah, tapi tidak ia hirup. Pikirannya melayang pada bayangan Amira bersama pria polisi itu. Tawanya, tatapan matanya yang ramah pada pria lain, semua membuatnya gelisah.
"Kalau dia memang sudah punya orang lain, kenapa aku harus ikut campur?” Yoda bergumam, tapi suaranya terdengar tidak ikhlas.
"Pantas saja pesanku tadi tidak digubrisnya. Bahkan masih centang abu-abu," desahnya kecewa. "Kenapa aku bisa merasakan cemburu ketika melihat Amira dengan pria polisi itu? Pria itu juga masih lebih muda dari aku. Amira pasti memilih polisi itu."
Kegelisahan itu terjawab oleh hatinya sendiri. Karena kamu menaruh hati, Yoda. Tanpa sadar, kamu sudah jatuh hati padanya.
"Yoda, bagaimana hubungan kamu dengan Serelia itu? Bukankah dia sudah selesai studi dokter spesialisnya? Tanyakan kapan dia siap kamu ajak nikah. Kamu semakin tua, Nak. Masa mau menunggu terus sampai umurmu kepala empat."
Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke WA Yoda. Yoda mendesah bingung. Dia harus katakan apa pada sang papa mengenai hubungannya kini dengan Serelia.
"Kalau dia masih menunda, kamu lebih baik cari lagi yang lain. Menyesal papa dulu mau-mau saja diajak besanan oleh orang tuanya. Malah kini orang tua Serelia, tidak ada basa-basi sama sekali. Tahu begitu, dulu papa jodohkan kamu dengan ponakan Abang leting papa. Sayangnya sekarang dia sudah menikah."
Kembali pesan itu menghiasi ruang obrolan, sebelum Yoda membalasnya.
"Iya, Pa. Maafkan Yoda." Yoda membalas pendek.
Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, pesan sang papa justru berhasil mengusik kenangan silam. Yoda menerima perjodohan dengan Serelia disaat dirinya menjalin hubungan serius dengan Aika. Bahkan Yoda sempat ingin mengajak Aika tunangan. Namun, hati Yoda goyah, karena kehadiran dokter Serelia.
"Papa tidak tahu, saat aku menerima perjodohan dengan Serelia, sebenarnya ada perempuan yang telah aku sakiti. Aku sangat berdosa padanya. Tapi, aku bersyukur sekarang dia sudah bahagia. Dan aku lega melihatnya." Yoda berbisik lalu menghela napasnya dalam.
"Ting." Sebuah pesan WA kembali masuk ke HP Yoda.
"Yoda, kalau tidak keberatan, besok sore setelah pulang kantor, temani papa menghadiri acara syukuran anak senior papa. Gimana?"
"Ok. Pah."
Yoda mengakhiri percakapan WA nya dengan sang papa. Kemudian ia meletakkan HP nya di atas nakas. Tapi, Hp itu diambil kembali, jemarinya gatal ingin menuliskan sesuatu untuk Amira. Namun sayang, Yoda ragu.
Sementara di dalam sebuah kamar yang sederhana bernuansa kuning terang bermotif bunga dahlia, Amira masih memainkan Hpnya.
Dia tersentak, ternyata Yoda sejak sore tadi mengirimkan pesan untuknya.
"Dik, bisa ketemuan hari ini? Saya mau ajak ngopi di kafe."
"Punya pacar, ngapain om-om bujang lapuk itu ngajak aku?" omelnya tidak suka.
"Amira, teteh masuk, ya?" Lala, kakak perempuan Amira satu-satunya, tiba-tiba berteriak dan masuk kamar, sebelum Amira persilakan. Amira menoleh tanpa keberatan.
Lala ikut duduk di bibir ranjang sama seperti Amira. "Amira, teteh lihat, kamu semakin dekat dengan Iqbal. Dia suka sama kamu, ya?" tebak Lala.
Amira tersenyum miring, ia heran kenapa kakaknya bisa tahu kalau cowok polisi itu menyukainya.
"Teteh pengen tahu aja. Sana ah pergi, nanti dede Davisa bangun," usir Amira tidak suka.
"Kalau dia memang serius, nggak apa-apa. Apalagi dia sudah mapan. Bukannya Amira memang cari pria yang mapan supaya bisa biayain kuliah Amira? Hehehehh. Eits, biaya kuliah kan dari Ayah. Tapi, kalau ada yang mapan dan serius, kenapa tidak?" Lala terus menggoda Amira sambil terkekeh. Lala juga menggoda Amira dengan kalimat trend yang selalu Amira ucapkan.
"Kalau ada yang mapan dan serius, kenapa tidak?"
"Huhhh, Tetehhhh, pergiii jangan ganggu Amira." Amira protes dan mendorong tubuh Lala sampai ke muka pintu. Lala tertawa-tawa tanpa dosa, menggoda sang adik.
"Tetehhhh, keluarrr!" usirnya. Lala terpaksa keluar sambil terkekeh. Lala berada di rumah orang tuanya, kebetulan Dokter Sandi suaminya Lala sedang ada seminar keluar kota selama dua hari. Lala pun menginap di sini di rumah orang tuanya.
"Huhhhh, Teh Lala memang nyebelin. Aku kan ngomong begitu hanya bercanda. Eh, tapi, kalau beneran nggak apa-apa juga sih. Biar Ayah lebih ringan ngeluarin biaya kuliah untuk aku." Amira senyum-senyum sendiri memikirkan kalimat konyol yang pernah ia lontarkan sehingga menjadi trend di depan kakaknya.
Besok sorenya, selepas pulang kantor, Yoda dan papanya sudah berada di tengah-tengah keluarga Papa Dallas, yang sore ini akan menggelar syukuran melepas anak kembarnya ke pondok pesantren.
"Harimurti, silahkan. Tumben anakmu bisa datang." Papa Dallas menyambut kedatangan adik leting yang datang bersama anaknya. Mereka berangkulan sangat erat, layaknya dua saudara.
Apakah Amira hadir juga di rumah Papa Dallas? Dan apakah Amira akan bertemu dengan Yoda?
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.
iqbal gk cocok
rnak yg lebih tua iya kan ehhh mapan buka n tua ding🤣😁😁☺️