NovelToon NovelToon
七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.

Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.

Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.

Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Perlahan, kesadaran Ling Xuanyan mulai kembali.

Kelopak matanya yang berat terbuka… namun apa yang ia lihat bukanlah atap paviliun sekte, bukan pula kamar sederhana miliknya.

Tubuhnya melayang, ringan, nyaris tanpa beban.

Tangannya mencoba menyentuh dirinya sendiri—namun yang terlihat hanyalah bentuk transparan, samar, bagaikan bayangan yang hampir larut dalam angin.

“Ini… jiwaku?” Xuanyan berbisik kaget.

Matanya membelalak, napasnya tercekat meski ia tak lagi memiliki paru-paru.

Di sekelilingnya terbentang dunia asing. Langit berwarna biru kehijauan, lembut namun tak nyata, seakan sebuah ruang yang dibangun dari memori. Angin berhembus pelan, membawa aroma yang tak pernah ia cium sebelumnya.

Xuanyan menatap sekeliling dengan bingung.

“Tempat apa ini? Apakah… ini ingatan seseorang?”

Sebuah bayangan bergerak di kejauhan.

Xuanyan memfokuskan pandangannya, lalu melihat sosok seorang pemuda berusia sekitar tujuh belas tahun.

Rambut putih panjangnya berkibar ditiup angin, matanya penuh tekad meski sorotnya menyiratkan keraguan. Pemuda itu berjalan perlahan menuju sebuah bukit kecil.

Xuanyan tak sadar ia ikut melayang mengikuti.

Di puncak bukit, pemuda itu tiba-tiba berlutut, wajahnya tertunduk penuh hormat.

“Mur… murid ini memberikan hormat kepada Guru!”

Xuanyan menahan napasnya. Di hadapan pemuda itu, muncul seorang wanita berwajah lembut dengan cadar. Jubahnya berkilau bagaikan cahaya bulan, rambut hitam panjangnya tergerai, dan senyumnya—senyum yang hangat namun menyimpan kedalaman yang tak terukur.

Wanita itu menatap muridnya, lalu berkata dengan suara lembut nan berwibawa.

“Xuan Zhi’er, kau sudah tiba.”

Xuanyan tersentak.

“Xuan… Zhi’er?” bisiknya. Nama itu terasa asing, namun anehnya menusuk dalam jiwanya.

Xuan Zhi’er menundukkan kepala lebih dalam.

“Guru… maafkan muridmu. Hingga kini, aku belum mampu membuka meridian. Murid bodohmu ini… selalu menemui jalan buntu.”

Senyum wanita itu tak memudar sedikitpun. Ia melangkah mendekat, jemarinya yang halus mengelus lembut kepala muridnya.

“Bodoh? Tidak, muridku. Kau sama sekali tidak bodoh. Kau hanya… belum sepenuhnya mengerti.”

Suara itu begitu lembut, namun terasa mengguncang jiwa. Xuanyan, yang hanya bisa menjadi saksi, merasakan hatinya sendiri bergetar.

“Meridian…” Wanita itu melanjutkan, pandangannya menatap jauh ke horizon.

“…adalah aliran. Sama seperti air yang mencari jalan dari hulu ke muara. Kadang deras, kadang tersumbat, kadang berliku. Semua orang berpikir meridian hanya tentang saluran tubuh, tapi sejatinya, ia adalah cerminan dari pikiran dan hati pemiliknya.”

Xuan Zhi’er menggertakkan giginya, suaranya penuh frustasi.

“Tapi guru… meridian murid ini… berbeda dengan yang lainnya. Mereka semua dengan mudah mengalirkan qi. Tapi aku… selalu terhenti, selalu gagal. Apa ini artinya aku memang tidak ditakdirkan?”

Wanita itu menatapnya, lalu tersenyum kecil, menahan tawa lembut.

“Semua meridian itu sama, Zhi’er. Mau tubuh fana, mau tubuh surgawi, semuanya hanyalah wadah. Yang membedakan… adalah bagaimana engkau memahaminya. Air akan mengalir jika engkau menemukan jalannya. Masalahnya bukan pada tubuhmu… melainkan pada keyakinanmu.”

Xuan Zhi’er terdiam. Matanya sedikit bergetar.

Namun ia tetap bergumam lirih, “Tapi… kenapa aku berbeda? Kenapa aku selalu gagal?”

Wanita itu menutup matanya sejenak, lalu mengangkat tangannya.

Wuuuuummm…

Tiba-tiba, aura luar biasa menyelimuti bukit itu.

Bumi bergetar, angin berdesir, dan langit seakan ikut bergetar bersama detak jiwanya. Dari telapak tangan wanita itu, memancar cahaya putih kebiruan—dingin, murni, suci.

Es kristal mulai terbentuk di udara, namun bukan es biasa. Ia memancarkan aura Dao, sebuah kekuatan yang lebih tinggi dari sekadar unsur.

Xuanyan merasakan tubuh jiwanya bergetar hebat.

“Itu… itu Dao sejati! Tidak… bahkan lebih dalam… ini Dao Surgawi!”

Wanita itu menggerakkan tangannya perlahan.

Es kristal itu membentuk arus, mengalir seperti sungai yang berliku. Ia menunjukkannya pada muridnya.

“Zhi’er, lihatlah baik-baik. Meridian… bukan hanya saluran qi di tubuhmu. Meridian adalah cermin jalanmu. Jika hatimu buntu, maka qi-mu pun buntu. Jika hatimu mengalir, maka qi-mu pun akan mengalir.”

Suara itu lembut, namun bagaikan petir yang menyambar relung hati.

“Buka meridianmu… bukan dengan paksaan. Tapi dengan penerimaan. Jangan takut berbeda. Jangan takut gagal. Karena justru dari perbedaan itu… engkau akan menemukan jalan yang hanya milikmu sendiri.”

Xuan Zhi’er tertegun.

Air mata menetes di sudut matanya tanpa sadar.

Sementara Xuanyan, yang hanya menonton, merasakan seluruh tubuh jiwanya bergetar. Kata-kata itu… seakan menembus ke dalam luka hatinya sendiri. Luka yang ia pendam sejak semua orang menghinanya, sejak ia dicap cacat dan tak berguna.

“Apakah… apakah ini… yang sebenarnya?” Xuanyan bergumam.

Ia menggenggam tangannya, tubuh jiwanya bergetar hebat.

Wanita itu lalu mengakhiri tekniknya, dan es kristal itu hancur menjadi debu cahaya.

Ia menatap Zhi’er dengan lembut.

“Jangan terburu-buru. Ingatlah, meridian itu hanyalah jalan. Tapi tujuan… adalah Dao. Dan Dao sejati… hanya bisa kau temukan sendiri.”

Xuan Zhi’er terdiam lama. Lalu ia menunduk dalam-dalam.

“Terima kasih, Guru… murid akan mengingat kata-kata ini.”

Wanita itu tersenyum, lalu perlahan menatap langit. Ada sorot sepi dalam matanya, seolah menyimpan rahasia besar yang tak terungkap.

Di sisi lain, Xuanyan menatap mereka dengan tubuh bergetar.

Hatinya penuh gejolak, campuran terkejut, kagum, dan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.

“Murid itu… rambut putih… meridian yang buntu… nasibnya sama denganku… Apa mungkin… dia juga pemilik Dao Es Surgawi?!”

Xuanyan menutup matanya rapat-rapat, lalu seketika sebuah kilatan muncul dalam pikirannya.

“Tunggu… apakah ini… ingatan dari pemilik Dao Es Surgawi sebelumnya?!”

Dadanya terasa sesak. Ia gemetar, antara takut dan bersemangat.

Jika benar… maka ia baru saja menyentuh sejarah dari kekuatan yang mengalir dalam dirinya.

Sosok wanita itu… siapa sebenarnya? Dan Xuan Zhi’er… murid berambut putih itu… apa nasibnya pada akhirnya?

Xuan Zhi’er duduk bersila di hadapan gurunya. Rambut putih panjangnya tergerai, wajahnya dipenuhi keringat dingin meski hawa di sekeliling semakin menusuk.

Gurunya meletakkan jemarinya di atas dahi muridnya, menyalurkan sedikit energi untuk menstabilkan tubuh pemuda itu.

“Sekarang, Zhi’er… dengarkan baik-baik. Rasakan aliran qi yang tertahan di dalam tubuhmu. Itu bukan penghalang… melainkan pintu. Bukalah perlahan, jangan melawan.”

Xuan Zhi’er mengangguk pelan, tubuhnya bergetar hebat.

Ia menutup mata, lalu menarik napas panjang.

Di dalam tubuhnya, ia bisa merasakan sesuatu—dingin, keras, dan tajam. Meridian yang seharusnya menjadi saluran qi justru membeku bagaikan sungai es yang tertutup ribuan tahun.

“Ughhh…” Giginya bergemeletuk. Suara lirih keluar dari bibirnya, penuh penderitaan.

Retakan samar terdengar.

Crack… crack…

Xuanyan yang memperhatikan dari kejauhan menahan napasnya.

“Itu… itu suara meridiannya!”

Xuan Zhi’er memejamkan mata semakin erat. Keringat membasahi wajahnya, tubuhnya hampir tak sanggup menahan rasa sakit. Namun, di balik penderitaan itu, ada cahaya tekad di dalam hatinya.

“Aku tidak boleh menyerah… Guru percaya padaku… aku tidak boleh gagal lagi!”

Perlahan, qi es yang selama ini membekukan meridiannya mulai mencair. Seperti lapisan beku yang meleleh diterangi matahari musim semi.

Aura Dao es surgawi berputar di dalam tubuhnya, merambat melalui meridian yang selama ini membatu.

Crackkkk!!!

Sebuah retakan keras terdengar di dalam tubuhnya.

Meridian pertamanya—Ren Meridian—akhirnya terbuka!

Xuan Zhi’er terhuyung, darah segar keluar dari sudut bibirnya, namun ia tersenyum di balik kesakitan itu.

“Satu… aku berhasil membuka satu!”

Xuanyan yang melihat itu tertegun.

“Dia… benar-benar berhasil membuka meridian yang membeku itu…”

Gurunya mengangguk puas, namun tetap tenang.

“Jangan berhenti, Zhi’er. Biarkan arus Dao itu terus mengalir. Biarkan tubuhmu menerima apa yang seharusnya menjadi milikmu.”

Xuan Zhi’er menggertakkan giginya lebih kuat. Qi es itu semakin deras, meluap, seakan-akan keluar dari kendali. Tubuhnya bergetar, tulangnya berderit menahan tekanan.

Namun perlahan… satu demi satu meridian terbuka.

Duuummm!!!

Aura es surgawi menyembur keluar dari tubuhnya, semakin kuat, semakin murni.

Rambut putihnya bergetar hebat, lalu perlahan muncul arsiran biru yang berkilauan di helaian rambutnya.

Lalu… pola kuno terbentuk di dada Xuan Zhi’er, bercahaya bagaikan ukiran surgawi. Pola itu bergerak, menyebar, dan perlahan membentuk jalur meridian yang sempurna.

Xuanyan menahan napas.

“Itu… itu pola Dao Es Surgawi yang asli…”

Seketika, suhu di sekitar bukit anjlok drastis.

Udara berubah beku, dan badai es ekstrem menyelimuti Xuan Zhi’er. Langit yang tadinya cerah mendadak gelap. Awan hitam berputar, guntur menggema, namun bukan petir biasa—melainkan petir biru pucat, yang membawa hawa dingin mematikan.

Badai itu begitu mengerikan, seolah dunia tidak rela ada manusia fana yang menyentuh Dao surgawi.

“Zhi’er!!!” Xuanyan berteriak, meski sadar itu hanyalah ingatan, suaranya tidak akan terdengar.

Namun gurunya tetap tenang. Dengan satu gerakan tangan, ia menurunkan barrier Dao. Cahaya transparan berlapis-lapis terbentuk, melindungi bukit dari kehancuran badai es itu.

Xuan Zhi’er terus menggertakkan giginya, darah terus mengalir dari mulutnya, namun tatapannya teguh.

“Tidak… aku tidak akan berhenti! Aku tidak akan gagal lagi!!”

Crackkk!!! Crackkk!!!

Meridian demi meridian terbuka.

Satu… dua… tiga… hingga akhirnya…

Semua 36 meridian utama dan 8 meridian tambahan terbuka satu per satu!

Tubuhnya bersinar biru pucat. Es murni menyelimuti, lalu pecah menjadi partikel bercahaya, masuk kembali ke tubuhnya.

Xuanyan tertegun.

“36 meridian utama… 8 tambahan… total 44 meridian terbuka! Itu… itu jumlah sempurna…! Bahkan lebih sempurna daripada sistem meridian kultivator biasa! Bahkan Grand Elder hanya bisa membuka 38 saja.”

Mata Xuan Zhi’er tiba-tiba terbuka.

Namun kini… bukan lagi hitam biasa.

Mata itu bersinar terang biru kristal, berkilau bagaikan es abadi.

Setiap tarikan napasnya… setiap hembusan napasnya… membentuk perwujudan Dao Es Surgawi.

Kabut es keluar dari mulut dan hidungnya, membeku di udara, lalu pecah menjadi serpihan kristal yang indah.

Xuan Zhi’er menatap tangannya, matanya bergetar, air mata perlahan mengalir.

“A… aku… berhasil? Aku benar-benar berhasil membuka meridian ku…?”

Gurunya tersenyum puas, menatap muridnya dengan tatapan penuh kasih.

“Selamat, muridku. Kau akhirnya melangkah ke jalan yang sesungguhnya. Kau telah menemukan dirimu sendiri.”

Xuan Zhi’er tidak sanggup menahan perasaannya lagi.

Air mata jatuh deras. Ia berlutut dalam-dalam di hadapan gurunya.

“Guru… akhirnya… setelah tujuh belas tahun aku menderita… dicemooh… dijadikan bahan hinaan… hari ini… aku bisa merasakan apa yang orang lain rasakan…!”

Tangisannya pecah, namun suaranya penuh dengan rasa syukur.

“Tanpa guru… mungkin aku sudah lama mati menyedihkan di jalanan. Terima kasih… terima kasih karena tidak membuang murid hina ini…!”

Wanita itu menatapnya lembut, mengelus rambut muridnya yang kini bercahaya biru.

“Ini bukan hanya jasaku, Zhi’er. Ini adalah takdirmu. Bertemu denganmu, seorang murid yang memilih tubuh Dao langka seperti ini… adalah anugerah untukku juga.”

Xuanyan, yang hanya bisa menyaksikan dari balik tirai waktu, merasakan dadanya bergemuruh.

Matanya panas, hampir ikut meneteskan air mata.

“Jadi begitu… begitu caranya membuka meridian Dao Es Surgawi…”

Hatinya bergetar hebat. Kata-kata gurunya, penderitaan Xuan Zhi’er, dan kebangkitan Dao itu—semuanya menembus jauh ke dalam jiwanya.

Perlahan, pemandangan itu memudar.

Xuanyan terhuyung, lalu membuka matanya kembali.

Ia masih berada di pinggir arena pelatihan. Nafasnya tersengal, tubuhnya gemetar.

Namun sesuatu membuatnya terkejut.

Gulungan kuno yang sebelumnya kosong di tangannya… kini bersinar samar. Tulisan-tulisan kuno muncul, penuh dengan simbol Dao Es Surgawi.

Xuanyan menatapnya, lalu tersenyum tipis.

“Jadi begitu… metode membuka meridian Dao Es Surgawi… pantas saja tak ada seorang pun yang tahu. Karena cara ini… hanya dimiliki oleh satu orang… di zaman para immortal kuno.”

Ia menggenggam gulungan itu erat-erat.

Matanya bersinar, penuh tekad baru.

“Siapapun engkau, leluhur… junior ini sangat berterima kasih. Aku… akan melanjutkan jalan ini.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!