NovelToon NovelToon
Three Years

Three Years

Status: sedang berlangsung
Genre:JAEMIN NCT
Popularitas:382
Nilai: 5
Nama Author: yvni_9

"Nada-nada yang awalnya kurangkai dengan riang, kini menjebakku dalam labirin yang gelap. Namun, di ujung sana, lenteramu terlihat seperti melodi yang memanggilku untuk pulang."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yvni_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bantuan

...Happy reading ...

Tapi baru beberapa digit ia tekan, Cely mengurungkan niatnya. "Telpon atau ga ya?" monolognya, "Tapi kalo ga gue telpon, bisa-bisa gue mati kelaperan"

Cely menghela nafas, ia memegang perutnya yang sedari tadi berbunyi. "Ah, bodo amat dah!" Tombol panggil pun ditekan, panggilan pun dimulai.

"Halo,"

"Tante?"

^^^"Halo ... Siapa ya?"^^^

"Ini Cely ... sorry ganggu, tan!"

"Cely cuma mau minta tolong boleh?"

^^^"Cely?"^^^

^^^"Iya boleh, tapi kok kamu nelpon?"^^^

^^^"Emang sekarang Cely ada di mana?"^^^

"Hehe ... di rumah, tan!"

"Kayaknya ibu lupa deh kalo Cely masih ada di rumah, jadinya Cely dikunciin dari luar."

^^^"Astaga, begitu ya..."^^^

^^^"Boleh, boleh. Cely mau minta tolong apa?"^^^

"Begini tan. cely boleh ga minta tolong beliin Cely nasi bungkus?"

"Tapi ... Tapi, anternya dari balkon kamar Cely ya, tan!"

^^^"Astaga Cely, berarti kamu dari tadi belum makan?"^^^

^^^"Yaudah, yaudah. Nanti Leo tante suruh anter masakan tante ke sana ya!"^^^

"Ah ... Iya, tan."

"Makasih banyak tan!"

"Maaf ngerepotin!"

^^^"Iya-iya."^^^

Cely meletakkan gagang telepon dengan perasaan campur aduk. Antara lega karena sudah menyampaikan pesan, dan malu karena harus meminta bantuan.

"Malu banget gue ..." gumamnya sambil memegangi wajahnya yang terasa panas.

Dengan langkah pasti, ia berjalan menuju gudang. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan yang gelap dan berdebu itu, mencari tali yang bisa digunakan untuk mengambil makanannya. Akhirnya, ia menemukan tali tambang yang cukup panjang tergeletak di pojok gudang.

Cely kembali ke kamarnya dengan membawa tali itu. Ia menaiki tangga menuju balkon, menunggu Leo mengantarkan pesanannya.

Beberapa saat kemudian, Leo terlihat berlari di halaman rumah Cely, membawa bungkusan makanan dengan hati-hati. Ia berhenti di bawah balkon kamar Cely.

"Cel, ini pesanan kamu!" teriak Leo dari bawah sana, suaranya menggema di halaman rumah yang sepi. Ia mendongak ke atas, mencari sosok Cely di balkon.

"Gimana cara saya ngasih kamu?" tanya Leo.

Di depan lo kan ada tali tuh, nah... lo iket di ujung tali itu, nanti gue tarik," jawab Cely sambil menunjuk tali yang menjuntai dari balkon.

Leo segera mengambil ujung tali yang diberikan oleh Cely dan mulai mengikatkan bungkusan makanan itu dengan erat. Ia memastikan bungkusan itu tidak akan jatuh saat ditarik ke atas.

"Thanks, ya!" kata Cely setelah menerima makanannya. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon. Dengan senyum lega, ia sudah tidak sabar ingin menikmati makanan yang diberikan oleh Leo.

Namun, sebelum ia membuka bungkusan makanannya, langkah Cely tiba-tiba terhenti. Ia teringat sesuatu. Senyum yang tadinya merekah di wajahnya, kini berubah menjadi seringai sinis. "Dia main-main sama gue? Liat aja apa yang gue lakuin buat kedepannya!" geramnya.

Ia berjalan cepat menuju kamar kakak tirinya, lalu berganti ke kamar ibu tirinya. Entah apa yang akan dilakukannya setelah ini, yang pastinya ia ingin membalas perbuatan mereka.

Dengan langkah cepat, ia kembali ke kamarnya, perutnya sudah keroncongan minta diisi. Ia meraih bungkusan nasi yang ia letakkan di meja belajarnya. Namun, betapa terkejutnya ia saat membuka bungkusan itu. Isinya bukan hanya sekadar nasi, melainkan berbagai jajanan kesukaan nya, mulai dari snack renyah, susu kotak, hingga cokelat batangan yang tersusun rapi di dalam paperbag. Matanya terpaku pada secarik kertas yang terselip di antara makanan itu.

Seketika, sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyuman hangat yang perlahan merekah di wajahnya. Matanya berbinar, setelah membaca pesan yang ada di secarik kertas.

"AAAAAA ... Leo, kenapa semua love language lo bawa sih?!" teriaknya frustrasi, pipinya merona menahan malu. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri. "Sumpah, gue nikahin juga lo lama-lama," katanya.

"Astaghfirullah cely! lo masih muda, ga boleh ngomong gitu" ucapnya sambil menepuk-nepuk pipinya.

"Oke, sekarang makan!"

Ia lalu melahap makanannya, sambil sesekali tersenyum karena kejadian sebelumnya.

...***...

Cely dan Rayna berjalan beriringan menyusuri riuhnya bazar sekolah. Sorak-sorai siswa, aroma jajanan yang menggoda, dan musik yang menghentak bercampur menjadi satu, menciptakan suasana yang meriah.

"Cel, lo nanti lanjut di mana?" tanya Rayna sambil menyeruput es tehnya.

"Oh, gue sih ikut abang gue," jawab Cely.

"Ih... jauh banget!" Rayna mengernyitkan dahi. "Temenin gue sekolah di sini dong! Ya ya ya!" Rayna memohon, sambil menggoyang-goyangkan lengan Cely.

Cely terdiam sejenak, menimbang-nimbang tawaran temannya.

"Nanti lo gak usah tinggal di rumah itu, lo ngekos aja bareng gue, ya!" Rayna menambahkan, matanya berbinar penuh harap.

"Gue pikirin dulu deh ya!" jawab Cely, masih ragu.

"Oke deh, kalo gitu ayo kita war jajanan lagi!" ajak Rayna semangat, menarik tangan Cely menuju stan makanan.

Segala cara telah Cely coba untuk mengusir ibu dan saudara tirinya dari rumah itu. Mulai dari boneka yang berlumur cat merah, meletakkan katak-katak di kamar mandi, sampai suara-suara aneh yang menggema di malam hari. Namun, mereka tetap bergeming, seakan membuat benteng agar merasa dirinya tak kalah dengan apa yang sudah Cely lakukan, dan membuat Cely merasa putus asa dengan perlakuannya sendiri.

Cely menggigit bibirnya, tampak ragu. "Masa iya gue harus ngerelain rumah ibu sih?" gumamnya dalam hati, matanya menerawang jauh. Ia menghela nafas, mencoba menenangkan kegelisahannya.

"Leo! Gue boleh pinjem telpon lo sebentar?" tanya Cely, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Oh, boleh aja! Emang kamu mau telpon siapa?" tanya Leo.

"Ayah," jawab Cely singkat, lalu berjalan menuju telepon rumah milik Leo.

Jari-jarinya mengetuk meja dengan tidak sabar, menunggu panggilan telepon itu diangkat. Ia berharap ayahnya bisa memberikan solusi untuk masalahnya

^^^"Halo?"^^^

"Halo, ayah!'

^^^"Cely?"^^^

^^^"Bagus kamu telpon ayah sekarang!" ^^^

^^^"Ayah mau tanya sama kamu!"^^^

^^^"Apa yang sudah kamu lakukan^^^

^^^pada ibu dan kakakmu?"^^^

^^^"Ayah kan sudah bilang untuk jadi anak yang baik di sana! Ayah di sini kerja loh! harusnya kamu bisa mengurus diri kamu sendiri, di sana!"^^^

Tut...

Panggilan telepon diakhiri begitu saja oleh Cely. Cely terdiam membeku, matanya berkaca-kaca. Bukan kata-kata yang menenangkan yang ia dapat, melainkan omelan yang membuatnya semakin terpuruk. Ia menghela nafas panjang, berusaha menetralkan perasaannya.

Dengan langkah perlahan, Cely kembali ke tempat Leo berada. Leo menatapnya heran, alisnya terangkat bertanya. "Kok cepet banget teleponnya, Cel?" tanyanya.

Cely menggeleng lemah. "Ah, nggak jadi deh," jawabnya. "Kalo gitu, gue pamit mau ke kosan Rayna dulu ya! Tadi ada janji sama dia," ucapnya terburu-buru, lalu bergegas keluar dari rumah Leo. Bukan sebuah janji, melainkan dirinya yang memang ingin menemui Rayna.

Langkahnya cepat menuju halte bus, tempat ia menunggu bus yang akan membawanya ke kosan Rayna. Ia berharap, keputusannya tidak membuatnya terjebak di dalam masalah baru.

1
MindlessKilling
Gak sabar nunggu lanjutannya, thor. Ceritanya keren banget!
yvni_9: terima kasih
total 1 replies
Zhunia Angel
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!