NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Ceo Impoten

Terjerat Cinta Ceo Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi
Popularitas:866
Nilai: 5
Nama Author: Nona_Written

"Ta–tapi, aku mau menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku keturunan." ujar gadis bermata bulat terang itu, dengan perasaan takut.
"Jadi menurut kamu aku tidak bisa memberikanmu keturunan Zha.?"

**

Makes Rafasya Willson, laki-laki berusia 32 tahun dengan tinggi badan 185cm, seorang Ceo di Willson Company, dia yang tidak pernah memiliki kekasih, dan karena di usianya yang sudah cukup berumur belum menikah. Akhirnya tersebar rumor, jika dirinya mengalami impoten.
Namun Makes ternyata diam-diam jatuh cinta pada sekertarisnya sendiri Zhavira Mesyana, yang baru bekerja untuknya 5 bulan.

bagaimana kelanjutan ceritanya? nantikan terus ya..

jangan lupa Follow ig Author
@nona_written

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6 Cemburu yang membara

Gedung Willson Corp siang itu terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari menembus kaca bening lobi, memantulkan bayangan elegan dari para karyawan yang berlalu-lalang. Di lantai eksekutif, langkah-langkah terdengar lebih cepat, tapi di antara semua itu—hanya satu yang mampu memperlambat detak jantung Makes Rafasya Willson.

Zhavira Mesyana. Wanita itu hampir enam bulan bekerja sebagai sekretarisnya. Tapi dalam waktu singkat, kehadirannya bagai magnet yang tak bisa Makes abaikan. Setiap pagi, cara Zhavira mengetuk pintu, menyebut namanya dengan suara lembut, bahkan ekspresinya saat memarahi printer yang error—semua terekam jelas dalam kepala Makes.

**

Siang hari, di jam makan siang. Ruang pantry Willson Corp itu agak ramai. Zhavira duduk di sudut ruangan dengan membawa bekal dari rumah. Ia jarang ikut makan ke luar, lebih nyaman membawa masakan sendiri. Saat ia sedang membuka wadah makan, suara langkah tegas seorang pria membuatnya menoleh.

“Sendirian aja?” tanya pria berjas biru navy itu sambil menyunggingkan senyum penuh percaya diri.

Zhavira sedikit tersenyum. “Lagi hemat.”

Pria itu adalah Radith Dirgantara, kepala divisi marketing yang baru dipromosikan. Karismatik, santai, dan terkenal dekat dengan semua orang. Tapi sejak hari pertama mengenal Zhavira, ia menunjukkan ketertarikan yang cukup mencolok.

“Aku punya salad tambahan. Mau?” ujar Radith, sambil menyodorkan salad pada Zhavira.

Zhavira menolak halus, tapi Radith malah duduk di depannya, memulai obrolan ringan. Ia memuji rambut Zhavira, memuji ketelitian kerjanya, bahkan sempat menyinggung bahwa Makes sangat beruntung memiliki sekretaris secantik dia.

Yang Zhavira tidak tahu, dari kejauhan—di balik kaca ruangan CEO yang langsung menghadap pantry—Makes memperhatikan semuanya.

Tangannya mengepal di balik meja. Napasnya berat. Sorot matanya menggelap.

Ia tak suka.

Bukan hanya karena Radith terlalu dekat. Tapi karena ekspresi Zhavira yang tersenyum kecil padanya. Senyum itu… seharusnya miliknya.

**

Zhavira kembali ke meja sekitar pukul satu siang. Baru akan duduk, suara interkom dari ruang Makes berbunyi.

“Masuk ke ruangan saya. Sekarang.”

Nada suara itu... berbeda. Dingin. Tegas. Dan sedikit mengancam.

Zhavira cepat-cepat masuk dan menutup pintu. Ia berdiri tegak, menatap Makes yang sedang berdiri di dekat jendela, membelakangi pintu.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”

“Duduk.”

Zhavira menaati. Namun belum sempat bertanya apa-apa, Makes berbalik dan berjalan menghampirinya—langkahnya cepat dan berat. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras.

Zhavira menegakkan punggung. “Ada masalah, Pak?”

“Kamu makan siang dengan Radith,” katanya tajam.

Zhavira terdiam sesaat. “Kami hanya kebetulan bareng di pantry—”

“Dan kamu membiarkannya memandangi kamu seperti itu? Di tempat umum? Di kantor ini?” Nada Makes seperti mengandung bara. “Apa kamu lupa siapa yang kamu wakili setiap harinya? Kamu sekretarisku, Zhavira.”

Zhavira mengerutkan kening. “Saya tidak melakukan apa-apa yang melanggar.”

“Kamu membuatku gila,” desisnya.

Sebelum Zhavira sempat mencerna maksud kalimat itu, tubuh Makes sudah berada sangat dekat. Jemarinya menggenggam pergelangan tangan Zhavira dan menariknya berdiri.

“Makes—” suara Zhavira tercekat.

“Diam.”

Dan saat itu juga, bibir Makes membungkamnya—dengan ciuman yang kasar, brutal, dan tak terbendung.

Zhavira terkejut. Tubuhnya sempat memberontak, namun genggaman tangan Makes terlalu kuat. Ciuman itu bukan kelembutan—tapi luapan hasrat yang selama ini ia tahan. Dentuman emosi, kecemburuan, dan rasa yang tak bisa ia sembunyikan lagi.

Lama. Liar. Membakar.

Zhavira mendorong dada pria itu setelah beberapa saat, napasnya memburu.

“Makes… kamu nggak bisa seenaknya—”

Mata mereka bertemu. Nafas keduanya tak beraturan. Suasana di dalam ruangan itu berubah jadi medan antara gairah dan amarah. Sunyi, tapi panas.

“Jangan biarkan siapa pun menyentuhmu lagi,” ujar Makes, lirih tapi keras.

Zhavira mengalihkan pandangan, menelan ludah. Pipinya masih panas, jantungnya berdegup kencang, dan pikirannya kacau balau.

“Aku bukan milik siapa pun.”

“Kamu… milikku, Zhavira,” ucap Makes tegas. “Sejak pertama kamu masuk ke kantor ini.”

Dan dengan itu, Makes melangkah menjauh, membelakangi Zhavira yang masih berdiri mematung, mencoba mengatur napas dan hatinya yang baru saja diterjang badai bernama Makes Willson.

“Makes… kamu nggak bisa seenaknya—”

“Tapi aku tidak suka ada yang mendekatimu."

Mereka saling menatap dalam diam, napas berat bercampur gairah yang belum mereda. Namun hanya sesaat, Makes kembali menunjukkan sisi dinginnya.

“Mulai sekarang, jangan pernah dekat-dekat dengan Radith lagi.”

Zhavira menatapnya tak percaya. “Apa maksudmu?”

“Kalau aku lihat dia mencoba mendekatimu lagi, aku akan pecat dia dari perusahaan ini. Aku nggak peduli berapa besar kontribusinya.”

Zhavira ternganga. “Kamu serius?”

“Sangat,” ucap Makes tegas, suaranya dingin dan penuh tekanan. “Aku bisa dapat ribuan kepala divisi marketing lain. Tapi aku nggak akan biarkan satu orang pun memperlakukan kamu seolah kamu milik umum.”

“Makes…”

“Aku nggak butuh alasan profesional untuk mengusir orang yang mengusik hakku. Dan kamu, Zhavira... kamu milikku.”

Zhavira mengerjap. Bibirnya masih bergetar. Hatinya bergemuruh.

“Kamu tidak berhak bicara seperti itu.”

Makes menunduk sedikit, wajahnya nyaris sejajar dengan Zhavira. Tatapannya tajam, gelap, memabukkan.

“Tapi kenyataannya, aku sudah bicara begitu. Dan aku akan ulangi lagi... jangan biarkan siapa pun mendekatimu. Terutama dia.”

Zhavira menatap Makes dengan campuran bingung, kesal, dan sesuatu yang tak bisa ia jelaskan. Sebuah emosi aneh yang membuatnya tak bisa pergi meski tubuhnya ingin.

Dan untuk sesaat, ia bertanya-tanya.

Apakah pria ini... mencintainya,

atau hanya ingin memilikinya?

Zhavira berdiri dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Tatapannya tak gentar meski dada masih berdegup tak karuan karena ciuman tadi dan ancaman barusan.

“Kalau kamu pecat Radith cuma karena dia bersikap sopan ke aku, itu keterlaluan,” ucapnya tegas. “Kamu bukan pemilik hidupku, Makes.”

“Dia nggak hanya sopan,” balas Makes dingin. “Dia menatapmu seperti kamu miliknya. Dan aku benci itu.”

Zhavira melangkah mundur. “Kalau kamu benar-benar profesional, kamu harus bisa bedain mana urusan pribadi dan kantor.”

Makes mengerutkan dahi. Rahangnya menegang.

“Aku nggak bisa kalau itu soal kamu.”

Zhavira hendak menjawab lagi, tapi belum sempat satu kata pun keluar dari bibirnya, tubuhnya sudah ditarik dengan cepat.

“Makes! Apa yang kamu—”

“Kalau kamu terus membangkang begini, kamu harus belajar lebih dalam... soal siapa aku buat kamu.”

Tanpa memberi kesempatan untuk memberontak, Makes membungkuk dan mengangkat tubuh Zhavira ke dalam gendongannya. Zhavira refleks meraih bahunya.

“Turunin aku!” serunya panik.

Namun Makes hanya menatap lurus, matanya membara, lalu membuka pintu kamar pribadi yang tersembunyi di balik dinding rak buku dalam ruangannya—tempat hanya dia yang punya akses.

Pintu tertutup pelan di belakang mereka, dan Zhavira tahu…

kali ini, tak ada yang bisa menyelamatkannya dari badai yang bernama Makes Rafasya Willson.

1
Kei Kurono
Wow, keren!
Nona_Written: ❤️❤️ terimakasih
total 1 replies
ladia120
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
Nona_Written: makasih, bantu vote ya 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!