NovelToon NovelToon
OBSESSION

OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jelitacantp

"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.

***

Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.

Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.

Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obat atau racun

Huft...!

Helaan napas dari Geswa membuat mereka yang berada di dalam ruang rapat menegang sekaligus bertanya-tanya, apakah ada kesalahan dari mereka yang membuat sang bos tidak suka? Ataukah laporan yang mereka paparkan ada kesalahan?

Karena hal itu juga membuat sang penerang yang menjelaskan di depan sana juga berhenti menerangkan.

Namun, semoga saja dugaan-dugaan di atas tidak terjadi, sebab bisa fatal nantinya.

Maka untuk menghentikan suasana tegang tersebut, Louis sang sekretaris yang duduk di samping Geswa, memegang pundak pria itu bertujuan untuk menyandarkannya dan berhasil.

Geswa langsung tersadar dari lamunannya. "Kenapa berhenti? Cepat lanjutkan," pintanya lalu dia mengusap rambut panjangnyanya ke atas.

Setelah mendengar perkataan sang bos, diam-diam orang yang berada di dalam ruangan yang kalau dihitung-hitung berjumlah dua puluh menghela napas lega, syukur, dugaan mereka salah.

Geswa fokus menatap ke depan, mendengarkan dengan seksama penjelasan tentang progres mega proyek yang sudah berjalan selama satu tahun lebih dan harus mereka rampungkan dalam beberapa bulan ini, sesekali pria bermata abu itu mengangguk-angguk puas atas penjelasannya.

Dan setelah hampir setengah jam, rapat pun selesai dengan hasil akhir yang memuaskannya.

"Jadwalku selanjutnya, apa?" Geswa bertanya sambil menyampirkan jasnya ke kursi kebesarannya. Kemudian pria itu pun duduk di kursinya.

Saat ini dia sedang di kantor cabang Beck Cooperation yang berada di Singapura, dan ini hari ketiga.

Louis mengikuti di belakangnya. "Terakhir ada pertemuan dengan divisi pemasaran jam dua sore nanti," jawab Louis lalu pria itu meletakkan beberapa berkas ke hadapan Geswa untuk dicek lalu ditandatangani.

Geswa nampak memejamkan matanya sejenak, lelah sekali. Tiga hari ini ia benar-benar bekerja bagai kuda, tak cukup istirahat karena ingin menyelesaikan pekerjaannya di sini lebih awal.

Ya, awalnya Louis menjadwalkan kalau Geswa akan di Singapura selama satu minggu, tetapi pria itu sudah tak sanggup.

Geswa membuka kedua matanya, dan melihat Louis yang masih setia berdiri di depannya. "Bagaimana dengan dia?" tanya Geswa penasaran, nampak ada binar di mata tajam pria itu.

Tanpa bertanya lebih lanjut dan tanpa ekspresi, Louis mengangguk, pria itu kemudian mengotak-atik ipad yang berada di tangannya.

'Dia' yang dimaksud oleh Geswa ialah Endria, dan Louis sudah sangat hapal akan hal itu.

Louis memberikan iPadnya pada Geswa, dan tampak di sana terdapat foto-foto Endria yang diambil diam-diam hari ini.

"Seperti biasa, nona Endria hanya pergi ke kampusnya," jelas Louis singkat.

Geswa mengerutkan keningnya. "Kenapa akhir-akhir ini foto yang mereka kirimkan hanya sedikit?" tanya Geswa sebab ia tak puas, ia butuh banyak foto Endria sebelum mereka bertemu.

Terlihat raut ragu nampak di wajah Louis, tetapi mau tak mau ia harus menjelaskan masalah itu. "Karena masalah tempo lalu, di mana nona Endria berhasil menyadari kalau dia sedang diikuti diam-diam, nona Endria tak berani keluar rumah lebih lama kecuali bersama tuan Gatra atau tuan Dewangga," jelas Louis panjang lebar.

Geswa menggebrak meja kerjanya lalu berdiri. Nampak jelas raut khawatir bercampur marah terpampang nyata di wajahnya. "Shit! Tempo lalu? Dan kau baru mengatakannya sekarang?!" teriak Geswa, dalam hati pria itu mengkhawatirkan Endria yang ketakutan.

"Maaf, Tuan." Louis menunduk.

"Siapa yang bertugas?" tanya Geswa.

"Pedro, Tuan." Louis masih tak berani mengangkat kepalanya.

"Pecat dia," kata Geswa dengan nada dingin. Pria itu kemudian mengecek jamnya, dan jarumnya sudah menunjukkan pukul satu siang.

"Dan segera beritahukan ke divisi pemasaran bahwa pertemuan dimajukan lima menit lagi," pinta Geswa lalu kembali mendudukkan tubuhnya. "Oiya, siapkan pesawat karena kita harus flight ke Indonesia hari ini juga, aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

Ia rela tak bertemu Endria belasan tahun hanya untuk kekuasaan semu ini. Endria yang tetap bisa membuatnya bertahan, dan mungkin Endria juga yang bisa membuatnya menyerah. Bagai obat kalau dikonsumsi terus menerus akan membuat si penkomsumsi semakin sakit.

"Tapi Tuan, Anda belum istirahat makan siang," bantah Louis untuk yang kesekian kalinya.

"Persetan, segeralah laksanakan perintahku, Louis. Aku kali ini tak menerima bantahan." Geswa menggunakan tangannya membuat gestur untuk mengusir Louis dari hadapannya.

Tak berkata lagi, Louis pun mengangguk. Dia pun berjalan keluar dari ruangan Geswa. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, entah bagaimana ekspresi Endria saat mengetahui bahwa gadis itu sudah sangat lama dicintai secara ugal-ugalan oleh pria gila semacam Geswa, apakah harus bersyukur atau menangis?

Dan apa yang akan terjadi nantinya antara Gatra dan Geswa? Louis menggeleng-gelengkan kepalanya, hanya memikirkannya saja membuat ia merinding jadi mending ia segera melaksanakan perintah tuannya.

Sementara menunggu staf dari divisi pemasaran berkumpul, Geswa menyempatkan untuk bermain handphone terlebih dahulu. Pria itu membuka aplikasi pesan, dan melihat pesan yang ia kirimkan pada gadisnya beberapa jam lalu masih berstatus centang satu yang menandakan kalau sang penerima tidak aktif atau Endria lagi-lagi memblokir nomornya?

Huft, sudah berkali-kali ia mengganti nomor cadangan. Ya, tentu saja ia tidak memakai nomor aslinya karena mungkin ia bisa ketahuan, ia mengira Endria akan mengadu pada adik ingusannya.

Kalau mungkin ada orang yang tahu akan tingkahnya ini, mungkin ia sudah dikatai gila. Ya, Geswa akui ia tak pernah segila ini.

Dan ia akui ia menyukai ekspresi Endria yang marah sewaktu Geswa mengiriminya pesan saat gadis itu melukis di halaman belakang rumahnya.

Jadi, Geswa memang bisa melihat dan bisa tahu apa saja yang gadisnya perbuat saat di rumah karena ia memiliki akses video CCTV rumah itu, asal kalian tahu Geswa punya orang dalam di rumah Endria.

Bukan hanya itu, di mansion serta kampus juga ia mempekerjakan beberapa orang hanya untuk memata-matai Endria, mereka dibayar dengan fantastis.

Namun, sialnya satu tahun lalu ia kecolongan. Gatra dan Endria berhasil pacaran. Tapi karena saat itu ia sedang menghadapi masalah, maka Geswa belum bisa pulang ke Indonesia.

Dan sekarang, ia tak bisa menunda-nunda lagi, beberapa hari lalu Gatra kembali berhasil melamar gadisnya. Tanda bahaya terus menyala-nyala di kepalanya, yang membuatnya pusing berkali-kali lipat.

Geswa mengambil telepon kantor lalu menelepon seseorang yang ada di luar. "Tolong belikan kartu sim," katanya tanpa basa-basi.

Pria itu sekali lagi ingin mengganggu Endria sebelum bertemu untuk pertama kali selama belasan tahun.

Tok... Tok....

Suara ketukan pintu menginterupsi Geswa yang sedang asik menatapi foto-foto Endria yang diambil diam-diam oleh orang suruhannya. Lalu tak lama masuklah Louis dengan langkah tergesa.

"Maaf Tuan, staf dari divisi pemasaran sudah berada di ruang rapat," kata Louis memberitahu.

"Bagus," jawab Geswa kembali menatap ke arah ponsel-nya.

Louis bengong, dia kenapa lagi?

"Tuan?" panggil Louis kembali menginterupsi.

"Tunggu dulu, Louis!" tekan Geswa.

Louis pun mengangguk patuh.

Lalu beberapa detik kemudian, suara ketukan pintu kembali terdengar dan setelah dipersilakan masuk, seorang wanita berjalan dengan anggun ke arah Geswa.

"Ini Tuan," katanya seraya menyerahkan sebuah kartu seluler yang belum dibuka pembungkusnya, lalu tanpa disuruh wanita itu pun pergi dari sana.

Ah, Louis mengerti sekarang. Maka dia pun dengan sangat sabar menunggu sang Tuan melakukan urusan pribadinya.

Geswa terlihat mengetik.

Pesan terkirim.

1
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!