Gabriel Alessandro, seorang tangan kanan bos mafia terkenal di Itali. Memutuskan keluar dari organisasi tersebut dan pergi ke Indonesia, kampung halaman ibunya.
Ia memutuskan pergi karena dihantui rasa bersalah setelah meledakkan bom di sebuah panti asuhan atas perintah bosnya.
Disaat ia mencoba menikmati hidup, ia bertemu dengan seorang perempuan yang dikejar oleh banyak pria berbadan kekar.
Ia yang awalnya tidak peduli akhirnya memutuskan untuk menolong perempuan itu.
Lalu apakah pertemuan mereka akan berlanjut dan membawa kedua nya dalam kisah yang baru ? Atau hanya sekedar pertemuan yang akan terlupakan begitu saja ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertabrak
🌙🌙🌙
Melati meninggalkan ruangan Damar dengan hati yang remuk redam. Dunia seakan mencaci maki dirinya.
"Aku yang selalu ada untuk mu dari dulu Pak Damar. Tapi kenapa sekalipun tidak pernah menoleh padaku".
Ia keluar kampus tanpa menyapa siapa-siapa. Tujuannya saat ini adalah lari. Mengeluarkan rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya. Bayangan ketika mereka bersama sebelum pernikahan Damar dan Rania tiga bulan lalu berputar di kepalanya.
Melati yang selalu perhatian dengan memberikan bekal makan siang untuknya. Dia terlalu naif untuk melihat kenyataan. Ia kira saat seseorang menerima kebaikan nya, maka orang itu mempunyai perasaan yang sama padanya.
"Aku bodoh. Aku pikir dia juga mencintaiku". Isaknya.
Ia masih ingat ketika beberapa kali mereka melihat Rania bersama seorang lelaki. Dapat Melati lihat sorot mata Damar yang penuh luka.
Dari sanalah, salah paham berujung ingin merebut Damar dari sisi Rania.
Melati berjalan menjauh. Tak tentu arahnya kemana. Tidak menoleh kanan dan kiri. Tiba-tiba ingin ingin menyeberang saja dan kemudian ..........
Ckiiitttt....
Suara gesekan dari ban mobil dan aspal menimbulkan suara yang nyaring. Melati terkejut, ia menjatuhkan dirinya saat lututnya terasa sangat sakit.
Seseorang segera menghampirinya. "Hei apa kamu buta ? Menyebrang jalan tidak tengok kanan kiri !".
Melati mendongak, menatap siapa kira-kira orang yang mengomelinya.
Lelaki itu, ia ingat. Kemarin dia lah yang menolong Melati dari kejaran bodyguard suruhan Kakaknya.
Melati mencoba berdiri. Ia merasa jengkel juga. Suasana hatinya tidak baik, kemudian tertabrak dan sekarang ada yang memarahi nya sambil berkacak pinggang.
"Iya aku memang tidak tengok kanan kiri. Kenapa ? Kamu juga salah nyetir kencang banget. Ini kan bukan jalan tol. Dan kamu tadi nabrak aku. Bukannya minta maaf malah menyalahkan ku. Yang salah itu kamu. Pasti tadi nyetirnya tidak fokus kan ? Suasana hatimu tidak bagus kan ? Sampai melamun, kemudian sekarang mencari seseorang yang bisa kamu salahkan. Iya kan ?" Kata Melati tiba-tiba ngegas. Ia juga berkacak pinggang.
Gabriel tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Apa yang wanita ini pikir kan ? mudah sekali mencari pembenaran.
Gabriel menjentikkan jarinya di depan wajah Melati.
"Hei Nona, bangunlah jangan bermimpi lagi. Kamu menuduh ku seperti itu, apa itu gambaran dirimu saat ini ?" Tebak Gabriel telak. Sebab ia melihat mata Melati yang sembab dan memerah. Pertanda sedang menangis. Tidak mungkin kan menangis karena tertabrak barusan. Ia yakin tadi mengerem dengan tepat.
Melati yang merasa malu akhirnya menundukkan wajahnya. Tidak ingin orang dihadapannya tau kalau ia sedang menangis.
Saat ia menoleh kearah Gabriel lagi, ia terkejut melihat iring iringan mobil di belakang Gabriel yang ia kenali siapa pemiliknya. Segera ia ingin berlari. Tapi kemudian ia jatuh lagi. Lutut nya terasa sakit.
Gabriel yang melihat itu hanya diam saja. Ia ingin benar-benar tau, apa orang ini betulan sakit atau pura-pura.
"Tolong, tolong aku". Kata Melati akhirnya sambil mendongak menatap Gabriel yang di saja.
"Huh, menyusahkan saja". Gabriel mengangkat tubuh Melati dan membawanya ke dalam mobil. Melati mendekatkan wajahnya ke dada Gabriel saat mobil-mobil yang dihindari Melati lewat di dekat mereka.
'Seharusnya mereka tidak tau kalau ini aku'. Gumam Melati yang yakin tidak akan ada yang mengenalinya karena ia masih menggunakan masker dan topi.
"Pakai sabut pengaman mu". Ucap Gabriel sebelum menutup pintu mobil. Kemudian ia berjalan memutar, dan duduk di depan kemudi.
Melati sudah duduk dengan tenang. Ia berpikir kemana sekarang ia akan pergi. Pulang ke rumah Kakaknya ia pun enggan. Ia masih marah pada Saga. Yang tidak pengertian sama sekali. Malah ingin membuang nya ke Amerika. Biar saja ia rasakan kehilangan adik satu-satunya.
Atau mungkinkah Kakak nya sudah tidak menginginkannya lagi. Jadi, kehilangan Melati bukan suatu hal yang besar. Yang Kakaknya takutkan selama ini adalah reputasi nya yang akan buruk saat orang-orang tau bahwa adiknya ingin merebut suami orang.
Membayangkan betapa banyak nya orang yang tidak menginginkannya, membuat hatinya kembali sesak.
"Heh, diam saja". Kata Gabriel menyentuh pundak Melati. Sejak tadi Gabriel bertanya tapi Melati diam saja. Seakan asik dengan dunia khayalan nya sendiri.
"Eh, apa ? Kamu mengagetkan ku". Kata Melati mengelus dadanya.
Gabriel terkejut. Beberapa saat yang lalu, perempuan ini marah-marah padanya. Tapi sekarang suaranya sangat lembut. Apa benar ini orang yang sama ?
"Siapa nama mu ? Kamu mau kemana tadi ?" Tanya Gabriel mengulangi pertanyaan nya yang sama tadi.
"Aku tidak punya nama. Dan tidak tau mau kemana". Jawab Melati sekenanya. Ia menyandarkan kepalanya ke samping jendela dan kemudian matanya terpejam karena terasa sangat berat.
"Hei.. Hei.." Panik Gabriel.
Ia melajukan mobilnya ke arah Rumah Sakit. Perempuan yang bersama nya pingsan. Dan ia tidak mau disalahkan jika terjadi apa-apa.
Ia sampai di Rumah Sakit terdekat. Setelah meminta tolong, Melati dibawa ke ruang UGD. Gabriel menunggu di luar saat Melati sedang ditangani Dokter. Ia membuka tas ransel Melati, mencari identitas yang harus digunakan untuk data diri pasien.
Gabriel terkejut. Isi tas Melati adalah perhiasan dan gepokan uang. Tidak ada identitas atau ponsel. Gabriel berpikir, apa perempuan ini baru saja merampok ?
"Aduh, bagaimana ini". Gabriel duduk dengan memijat pangkal hidungnya.
Kalau Melati adalah perampok, dan sekarang ia bersama nya. Bisa saja ia terseret dan dianggap sebagai komplotan nya.
Ingin meninggalkan Melati disini sekarang juga tidak tega. Rasanya ia menjadi seorang pengecut. Meninggalkan perempuan yang tidak berdaya sendirian. Apalagi perempuan itu sempat tertabrak mobilnya.
Dokter keluar dan menghampiri nya. Gabriel mengatakan tidak mengenal orang itu.
Dokter mengatakan tidak apa-apa. Kakinya hanya memar sedikit dan hanya perlu istirahat. Jika dalam satu Minggu masih terasa sakit maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.
"Ia bisa pulang saat sadar. Anda bisa menemuinya". Ucap Dokter sebelum meninggalkan Gabriel.
Gabriel masuk. Mengamati Melati yang masih memejamkan matanya. Masker dan topi Melati di buka oleh perawat saat pemeriksaan tadi.
Ia seperti pernah melihat wajah itu. Tapi dimana.
Gabriel duduk di kursi dekat ranjang. Meletakkan tas Melati di rak samping. Kemudian menghubungi Arya. Mengatakan tidak bisa ke Kantor hari ini.
Dua menit kemudian Melati sadar. Ia membuka matanya yang terasa gelap. Ia mengingat dimana ia sekarang, dan siapa pria di hadapannya.
🌙🌙🌙
Jangan lupa tap love nya, vote dan subscribe ya teman-teman 🫰
biarpun cintamu sedang membara