Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Adik Perempuan yang Selamat
Degup jantung Maura berdetak dua kali lipat biasanya. Langkah demi langkah yang mendekat membuat seluruh tubuhnya semakin gemetar.
"Siapa di sana?" tanya Maura dengan kepala sedikit dicondongkan, berusaha mencari tahu siapa yang datang.
Meski begitu, Maura menahan takut luar biasa.
Ia belum mendapat jawaban. Karena takut, gadis itu langsung berdiri dan meraih handuk yang digantung di dekat bathtub.
Lalu, ia pun akhirnya menyadari jika suara langkah kaki yang berjalan mendekat itu sudah menghilang. Itu artinya ada seseorang yang bersembunyi di balik tirai.
Maura segera melilitkan haduk di tubuhnya, dengan telapak kaki yang masih basah, gadis cantik dan seksi itu berusaha mencari kimono miliknya.
'Aku tidak boleh terlihat seperti ini di depan bajingan itu,' pikir Maura.
Ia belum sempat mengenakan kimono yang nyaris ia gapapa, tetapi sungguh malang, sisa sabun yang terjatuh di lantai membuatnya terpleset.
BUGH!
Maura menabrak tiang penyangga tirai, dan untungnya seseorang dengan cekatan menangkap tubuhnya.
Ya. Dia Danny. Pemuda yang baru menikahinya sekaligus orang yang paling ia benci di muka bumi ini.
Mata Danny terbelalak. Kini ia menatap Maura yang polos tanpa riasan dalam jarak dekat. Napasnya memburu seketika. Ia memang suka mempermainkan wanita, tetapi tak ada seorangpun yang ia nikahi selama ini.
Tetapi Maura, meski Danny sangat membencinya, tetapi tetapi justru membuat perempuan berparas cantik itu mendapatkan gelar sebagai istri.
Waktu seakan berhenti berdetak. Mata Danny akhirnya menelusuri setiap lekuk lekuk tubuh perempuan yang kini dalam pelukannya.
Sontak saja Maura yang ditatap dan hanya mengenakan handuk yang ukurannya minim sekali itu merasa tak nyaman.
"Lepas! Jangan sentuh!" Maura langsung mendorongnya.
Setelah berhasil lepas dari Danny ia langsung berlari ke kamarnya. Danny tersenyum getir.
Bukannya menghindar, seperti orang bodoh tapi Danny justru mengikutinya. Detik demi detik berlalu, pemuda itu memilih menunggu dan duduk di ujung ranjangnya.
Tak lama berselang, Maura sudah berganti pakaian tidur. Tentu saja pakaian itu Danny pilih sendiri. Dengan bantuan pelayan, ia bisa memaksa Maura mengenakannya dengan mudah.
Lagi pula, gadis itu tak punya pilihan lain. Seluruh pakaiannya sudah habis terbakar. Baginya sekarang, tetap bertahan hidup adalah hal penting. Sebab dengan cara seperti itu ia bisa membalaskan dendam untuk keluarganya.
"Aku akan tidur di sofa," ujar Maura tiba-tiba.
Danny menoleh dengan ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya. Darahnya mendidih, bagai di sambar petir. Selama ini belum ada satu pun wanita yang berani menolaknya.
Tetapi, perempuan yang ia nikahi sebagai istri justru muak dan jijik jika didekati olehnya.
"Lancang, aku yang memutuskan!" desis Danny kesal.
Ia langsung beranjak berdiri dan berjalan cepat menghampiri Maura.
Bukannya takut, gadis itu justru sengaja membalas tatapan tajam Danny. Kini keduanya saling beradu pandang.
"Bukankah kau sendiri yang sebelumnya mengatakan padaku, jika jangan berharap apapun dalam pernikahan kita? Ini hanya sekedar pelampiasan balas dendam kamu 'kan Danny? Jadi cukup jaga batasanmu dan jangan menyentuh."
Setelah memberikan penjelasan, Maura langsung mengambil selimut dan bantal dan meletakkannya di kursi.
Namun, tiba-tiba ia merasa tubuhnya kepanasan.
Danny tersenyum penuh kemenangan.
"Kau pikir aku menginginkanmu, Maura? Tidak! Tetapi bodoh jika aku tetap membiarkan kam suci dan disentuh pria lain. Aku tidak mau itu terjadi," katanya.
Matanya terlihat licik, melihat Maura terus berusaha mengipas tubuhnya serta meniup lengannya bergantian.
"Panas, mengapa sangat panas? Tubuhku rasanya terbakar," keluh Maura.
Gadis itu melangkah cepat ke arah kamar mandi. Tetapi dengan gerakan gesit, Danny langsung menariknya paksa.
"Kau sangat polos Maura, lilin di kamar mandi, terbuat dari bahan tertentu, begitu pula sabun yang kamu gunakan untuk berendam. Kamu tidak akan bisa mengendalikan tubuhmu sekarang!"
Maura lemas, ia meracau sembarangan. Danny yang dikuasai emosi, mirip binatang liar mengangkatnya ke ranjang.
***
Mentari pagi menerobos masuk melalui celah kaca jendela. Pagi itu, dengan perasaan jijik, Maura mengguyur tubuhnya di bawah shower.
Ia menangis sembari memeluk dirinya sendiri.
"Aku membencinya, aku membencinya!" teriaknya diiringi suara tangis.
Ia bahkan tak peduli lagi meskipun Danny yang masih terbaring di ranjang mendengarnya.
"Aku sudah kotor, pembunuh itu merenggutnya. Aku tidak akan melepaskanmu, Danny. Kau akan menerima balasannya," gumam Maura.
Lalu ia memejamkan matanya, menyimpan sebuah luka menjadi kebencian yang mendalam.
Sementara itu di kamar, Danny langsung duduk setelah mendengar suara teriakan Maura. Ia baru saja ingin menarik sebagian selimut putih yang menutupi sebagian tubuhnya.
Tetapi ia dikejutkan oleh temuan yang tak terduga. Bercak darah merah menghiasi kain seprei.
'Jadi ini adalah yang pertama? Mustahil, aku tidak percaya di zaman modern seperti ini masih ada perempuan berwajah cantik yang masih mempertahankan kesuciannya.' Batin Danny sembari tersenyum senang.
****
Jam dinding menunjukkan pukul tujuh pagi. Seorang pelayan berteriak memberi tahu jika sarapan pagi akan dimulai.
"Permisi, Tuan Danny. Waktunya untuk sarapan. Makanan sudah siap dihidangkan," katanya setelah sebelumnya mengetuk pintu.
Kemudian, tanpa menunggu jawaban, pelayan itu sedikit membungkuk lalu pergi.
"Ayo, sarapan!" ajak Danny tanpa menoleh dan tanpa senyum.
Maura pun tak menatapnya. Ia duduk menatap ke arah luar jendela.
"Qku tidak lapar, kau saja yang makan," tolak Maura.
Ia sengaja menunjukkan aksinya. Berpura-pura di depan Danny hanya membuatnya muak.
"Kau masih marah? Jika kamu ingin tahu apakah ada keluargamu yang tersisa, maka ikutlah sarapan. Aku punya kabar baik," tukasnya.
Maura tersentak. Apa maksudnya itu? Mungkinkah memang ada keluarganya yang selamat dari kebakaran hebat itu?
Maura akhirnya tak mau pikir panjang lagi. Ia langsung berjalan mengekor tepat di belakang Danny.
Di meja makan, Maura berusaha duduk dengan tenang. Menyesap sedikit susu setelah mencium aromanya lebih lebih dulu.
Danny sedikit tersenyum melihatnya.
"Kenapa? Kamu takut dicampuri bubuk birahi? Maura, aku tidak akan melakukan trik yang sama. Karena bagiku itu adalah hal yang membosankan." Tuan Danny langsung menyodorkan roti agar Maura mau memakannya.
Tetapi Maura malah mendorong roti pemberian Danny.
"Kalau aku jadi kamu, aku akan makan yang banyak, karena jika aku lemah tidak akan bisa balas dendam."
Maura mengkerutkan dahinya. Benar juga katanya. Dan akhirnya Maura mau melahap meski sedikit saja.
"Adikmu selamat, Yura dikirim di rumah sakit pusat kota. Hari ini dia operasi. Dan itu akan terjadi jika kamu menandatangani kontrak, dan mau menjalankan tugas diriku," ancamnya.
Maura berhenti mengunyah.
'Sebenarnya, kau ini pria seperti apa Lionel Danny? Kejam, tetapi tidak membiarkan aku makan. Berniat membunuh adikku, tetapi juga masih memberikan pilihan,'batin Maura menatap pria kejam yang sedang makan di hadapannya.
"Katakan saja. Lagi pula aku tidak punya pilihan bukan?"
Bersambung.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...