NovelToon NovelToon
Mantan Istri Yang Berharga

Mantan Istri Yang Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Nikah Kontrak
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Japraris

Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 6

Anya memasuki ruang rapat, matanya menatap meja panjang yang dihiasi dengan buku-buku gambar dan model bangunan. Hari ini, mereka akan mempresentasikan desain untuk proyek baru perusahaan Danendra. Proyek itu berlokasi di tengah kota, dan perusahaan Danendra memilih perusahaan mereka untuk mendesain bangunan itu.

Anya dan timnya telah bekerja keras untuk menciptakan desain yang inovatif dan menarik. Mereka telah menjelajahi berbagai ide dan konsep, mencoba untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya indah, tapi juga berfungsi dengan baik.

"Selamat siang, semua," sapa Pak Hendry, Direktur Utama perusahaan mereka, sambil menunjuk kursi kosong di dekat Anya.

"Silakan, Anya, duduk di sini," ujar Pak Hendry.

Anya menangguk dan duduk di kursi yang ditunjuk oleh Pak Hendry. Dia merasa sedikit takut menghadapi rapat ini, terutama karena proyek ini bernilai sangat besar.

"Baiklah, semua. Hari ini kita akan mempresentasikan desain untuk proyek Danendra. Saya harus mengatakan bahwa proyek ini sangat penting bagi perusahaan kita. Kita harus menunjukkan yang terbaik untuk menaklukkan hati klien."

Pak Hendry menunjuk ke Anya, "Anya, silahkan mulai presentasi."

Anya menarik napas dalam, mencoba mengatasi degup jantungnya yang berdebar kencang. Dia menyiapkan slide presentasinya dan mulai menjelaskan konsep desain yang telah mereka buat.

Suara Anya terdengar jelas dan yakin ketika dia menjelaskan detail desain. Dia merasa semangat mengungkapkan ide-ide yang telah mereka kumpulkan selama beberapa hari terakhir.

"Anya, bagaimana konsep interiornya?" tanya Pak Hendry.

"Interiornya terinspirasi dari arsitektur kota Jakarta. Kita ingin menciptakan suasana modern yang elegan dan nyaman dengan sentuhan lokal yang unik," jawab Anya.

"Bagus. Saya suka konsep ini. Apakah klien memiliki permintaan khusus tentang interiornya?"

"Tidak ada, Pak. Klien memberikan kebebasan kepada kita untuk menciptakan interior yang indah dan berfungsi dengan baik," jawab Anya.

"Oke. Saya rasa desain ini sudah cukup baik. Kita akan menyerahkan desain ini ke klien dan menunggu tanggapan mereka," kata Pak Hendry.

Anya menangguk, merasa lega karena presentasinya berjalan dengan lancar. Dia merasa puas dengan presentasinya, dan timnya pun tampak optimis. Namun, rasa lega itu tak bertahan lama. Pak Hendry memanggilnya untuk berdiskusi lebih lanjut.

"Anya, saya ingin membicarakan sesuatu denganmu," ujar Pak Hendry, dengan tatapan serius.

Anya mengangguk, "Baik, Pak."

"Klien menginginkan pertemuan untuk membahas desain lebih detail. Mereka meminta agar pertemuannya dilakukan di kantor mereka."

Anya sedikit terkejut mendengarnya. "Kantor mereka? Kenapa tidak di sini saja, Pak?"

"Mereka punya alasan khusus, Anya. Mereka ingin melihat keseriusan kita dan juga ingin berdiskusi lebih privat. Pertemuannya akan diadakan sore ini, di kantor Danendra."

"Baiklah, Pak. Saya akan siap."

Anya merasa sedikit khawatir. Dia belum pernah bertemu dengan klien yang sangat berpengaruh seperti ini. Dia harus mempersiapkan diri dengan baik.

"Satu lagi, Anya. Klien meminta agar kamu datang sendiri. Mereka ingin melihat ide-idemu secara langsung," ujar Pak Hendry.

Anya terdiam. Dia tidak mengerti alasan di balik permintaan itu. Namun, dia harus menghormati permintaan klien.

"Baik, Pak. Saya akan datang sendiri."

Anya meninggalkan ruang rapat dengan perasaan campur aduk. Dia merasa sedikit cemas, tapi juga sedikit penasaran dengan permintaan klien yang tak biasa. Dia bertekad untuk menunjukkan kemampuannya dan mendapatkan proyek ini.

...----------------...

Sore harinya, Anya bersiap untuk pergi ke kantor Danendra. Dia mengenakan pakaian profesional dan menata rambutnya dengan rapi. Dia merasa sedikit gugup, tapi juga optimis.

Saat dia sampai di kantor Danendra, dia disambut oleh seorang resepsionis cantik. Resepsionis itu menuntunnya ke ruang pertemuan, dan dia terkejut saat melihat orang yang duduk di sana.

"Arga?"

Arga tersenyum padanya. "Anya. Senang bertemu denganmu lagi."

Anya terdiam. Dia tidak menyangka bahwa Arga adalah klien yang ingin bertemu dengannya.

"Kau yang mendesain proyek ini?" tanya Arga.

Anya mengangguk, "Ya. Saya memimpin tim desain untuk proyek ini."

"Aku penasaran dengan konsep yang kamu buat," ujar Arga.

Anya merasa gugup. Dia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dia bingung dengan pertemuan ini. Bagaimana mungkin Arga menjadi kliennya, dan mengapa dia meminta untuk bertemu dengannya secara pribadi?

"Apakah kau masih marah padaku?" tanya Arga.

Anya terdiam. Rasa marah? Dia memang masih marah, tapi kini rasa itu bercampur dengan rasa kecewa dan juga rasa tak percaya. Dia tidak mengerti. Arga telah melukai dirinya, tapi kenapa dia bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa?

"Anya?"

Anya menelan ludah. "Aku… aku tidak tahu harus berkata apa."

Arga tersenyum. Senyumnya terasa dingin dan menyakitkan.

"Kita akan bicara banyak hal, Anya," ujar Arga. "Tapi sekarang, bisakah kau menceritakan tentang desainmu?"

Anya menarik napas dalam. Dia harus tetap profesional, meskipun hatinya terasa remuk.

"Baik," ujar Anya. "Permisi, Tuan Arga."

Anya memulai presentasinya, mencoba untuk mengabaikan keberadaan Arga dan fokus pada desain. Anya menjelaskan konsep desain dengan jelas dan yakin. Dia mencoba untuk mengabaikan tatapan Arga yang menelisik wajahnya. Dia berusaha untuk fokus pada presentasinya, mencoba untuk menyingkirkan perasaan campur aduk yang menyergap hatinya.

"Saya ingin menciptakan bangunan yang tidak hanya indah, tapi juga berfungsi dengan baik," kata Anya, sambil menunjuk gambar desain di layar. "Saya ingin bangunan ini menjadi icon baru di kota ini, bangunan yang mewakili keberhasilan perusahaan Danendra."

"Konsep yang menarik," ujar Arga, menangguk seolah terkesan. "Tapi aku ingin menanyakan satu hal."

Anya menatap Arga dengan rasa cemas.

"Kenapa kamu menyertakan taman di atas bangunan? Apakah kamu tidak tahu bahwa lahan di pusat kota sangat berharga?"

"Saya ingin menciptakan ruang hijau di tengah kesibukan kota," jawab Anya. "Taman itu akan menjadi oasis di tengah kesibukan kota, tempat orang-orang bisa beristirahat dan menikmati keindahan alam."

"Aku mengerti maksudmu," ujar Arga. "Tapi aku ingin membuat bangunan ini menjadi ikon yang menjulang tinggi, tidak hanya menyertakan taman yang membuatnya tampak rendah."

Anya terdiam. Dia tidak menyangka bahwa Arga akan menolak ide taman itu. Dia merasa kecewa, tapi dia juga tidak mau menyerah begitu saja.

"Tuan Arga, taman itu akan menjadi nilai tambah bagi bangunan ini," ujar Anya. "Taman itu akan menarik lebih banyak orang untuk mengunjungi bangunan ini, membuatnya lebih bernilai dari sekedar bangunan yang menjulang tinggi."

"Aku menghargai ide itu," ujar Arga. "Tapi aku ingin mempertimbangkan ulang konsep desainnya. Saya akan hubungi tim anda jika ada perubahan."

Anya menangguk dengan pasrah. Dia tahu bahwa Arga tidak akan menerima ide taman itu. Arga selalu menekankan keuntungan material, tidak peduli dengan nilai estetika dan fungsi sosial dari bangunan.

Anya meninggalkan kantor Danendra dengan hati yang berat. Pertemuan itu tidak menghasilkan apa-apa kecuali rasa kecewa dan sedikit rasa marah.

Dia merasa sedikit kecewa dengan diri sendiri. Dia sudah berusaha keras untuk menciptakan desain yang baik, tapi Arga masih menolak ide taman itu.

Namun, di sisi lain, Anya juga merasa sedikit lega. Dia sudah memperlihatkan kemampuannya dan tidak menyesali keputusannya untuk mendesain bangunan ini.

"Anya, kamu baik-baik saja?" tanya Pak Hendry.

"Aku baik-baik saja, Pak. Hanya sedikit lelah saja. Danendra tidak menyukai dengan ide taman."

"Lalu ikutkan permintaan klien."

"Ya, Pak."

 

1
Uthie
Lagiiiii.... 👍🤗🤗🤗
Uthie
Suka ceritanya 👍👍👍👍
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
Uthie
Makin seru ..dan suka ceritanya 👍👍🤩🤩
Uthie
Gak jelas .. kamu juga main sama wanita-wanita cantik Arga 🤨😡
Uthie
terus masalah yg sekarang dihadapi Anya berita yg bagaimana sihhh??? harus ada penjelasan soal itu... jangan di bikin penasaran tebak sendiri!! 😌🙏
merry
trm ajj nasib mu David mencintai gk hrs memiliki liat psangn bhgia kmu jg ikt bhgia,, lagian Arga juga bun tandingan muu
Uthie
Berita apa sihhh... ????
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
merry
cuma mm Tri mu ga ga kmu hruss khilngn istrimu dan ank muu,, kasuh pljrn n sm mm trimu kbnykn ikt cmpurr ursnn ank Tri,, mm kandung ajj gk bgitu ikr cmpur y yg pntg ank t bhgia kcli mm matre
Uthie
sakit banget dengan kelakuan laki macam itu 🤨
merry
lg lg ulah mertua yg gk trm pyn mantu gk setara dgnnya
Uthie
Sukkaa niiii soal mantan yg kembali tertarik lagiii 😏😏
Uthie
seru 👍
Uthie
Walau Cinta gak bisa di paksakan, namun tetep berpikir realitas dan kedepan... terutama ada anak!
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁

Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Aldin Andi: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Uthie
Sukka banget kalau awal yg langsung menarik gini 👍🤩🤩

Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁
Aldin Andi: terima kasih kakak 🙏🙏🙏🙏.
total 1 replies
Aldin Andi
terimakasih 🙏🙏🙏🙏 semangat juga untukmu
Aerik_chan
2 iklan untukmu kak...semangat
Aerik_chan
memang cinta nggak bisa dipaksakan..tapi kalau yang ini boleh lah
Aerik_chan
bab 1 aja bikin sedih...1 iklan buatmu thor
Aldin Andi: terimakasih🙏🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!