Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Rafa yang sadar sudah lama meninggalkan rumah Rania segera kembali. Sesampainya dirumah Rania, Rafa dikejutkan dengan tuduhan Rania yang tidak masuk akal. Sebelum Rafa masuk kamar, Rafa sudah meminta maaf pada Pak Rudi dan menjelaskan alasan keterlambatan Rafa. Pak Rudi memahaminya.
"Baru pulang, Bang? Motor Rania ga Abang jual kan?" tanya Rania ketika melihat Rafa masuk ke kamar. Rafa pamit keluar dari sebelum dzuhur sampai maghrib. Hampir enam jam Rafa tidak ada kabar. Hal itu membuat Rania cemas dengan motornya.
"Lihat aja sendiri diluar" ujar Rafa yang sedikit kesal oleh tuduhan Rania. Rania yang sedang bersantai ditempat tidur langsung beranjak pergi keluar rumah untuk mengecek keberadaan motor kesayangannya.
"Ada? Atau Sudah Abang jual?" tanya Rafa sedikit menyindir ketika Rania sudah kembali ke dalam kamar. Rania hanya tersenyum memperlihatkan barisan gigi putihnya. Rasa malu sudah menuduh Rafa yang tidak-tidak
"Apa wajah tampan Abang ini ada wajah-wajah pencuri ya sampai kamu tuduh Abang seperti itu?" tanya Rafa kembali.
"Percaya diri sekali dia bilang dirinya tampan" gumam Rania lirih.
"Pencuri mah ga dilihat dari wajahnya, bang. Kalau niatnya sudah ga baik mau wajah setampan artis aja bisa loh nyuri" kata Rania yang ga mau ngalah.
"Kenapa tadi kamu ga ikut Abang aja kalau takut motormu dicuri?" Perdebatan suami-istri yang belum ada sehari nikah sedang terjadi. Rafa yang memang pembisnis dan sudah menjadai keahliannya juga tidak mau kalah.
"Emang Abang ngajakin?" gantian Rania yang bertanya. Pertanyaan Rania membuat Rafa diam. Jangankan ngajakin Rania untuk ikut, izin keluar aja Rafa tidak melakukannya. Tahu kalau tidak akan menang melawan Rania, Rafa berjalan kesamping tempat tidur. Rafa mengatur tempat tidur untuknya karena tidk mungkin Rafa akan tidur sekasur dengan Rania. Rafa sudah berjanji tentang hal itu. Rania hanya melihat apa yang dikerjakan Rafa sambil mengedikkan bahu.
Tidak lama setelah perdebatan suami-istri itu terjadi, adzan shalat isya berkumandang. Rania yang mendengarnya langsung berdiri untuk mengambil air wudhu sedangkan Rafa masih sibuk mengotak-atik handphonenya.
"Abang ga shalat?" tanya Rania yang melihat tidak ada pergerakan sedikitpun dari Rafa. Padahal suara Adzan sangat terdengar karena masjid hanya berbeda beberapa rumah dari rumah Rania.
"Gak" jawab Rafa santai.
"Kenapa?" tanya Rania lagi. Terdengar helaan nafas dari Rafa. Rafa sangat tidak suka ada yang mengatur hidupnya apalagi ini tentang shalat wajib. Hal yang tidak pernah Rafa lakukan
"Bang, kenapa tidak shalat?" tanya Rania kembali karena Rafa hanya diam. Diamnya Rafa yang membuat Rania bertanya kembali. Rania kesal.
"Ran, tolong diingat hubungan kita hanya sebatas suami-istri dikertas. Setelah tiga bulan, kita akan pisah. Kita hanya terlihat sebagai suami-istri kalau didepan orang tuamu dan orang-orang yang menikahkan kita. Jadi, tolong mengerti posisi masing-masing jangan melewati batas" Rafa mulai meninggikan nadanya.
Rania langsung tersadar. Kata-kata Rafa seperti tamparan buat Rania. Bukan karena Rania menyukai Rafa tapi karena sekarang status Rania sebagai istri dimana istri harus menurut suami dan mengingatkan jika suami lalai. Tapi, apa yang dibilang Rafa benar jika mereka hanya dua orang yang tidak saling mengenal yang suatu saat nanti akan berpisah.
"Maaf, bang" Rania membalikkan badan menuju kamar mandi. Namun, langkah kaki Rania berhenti.
"Shalat itu tiang agama bang dimana shalat menjadi suatu kewajiban seorang muslim. Bagaimana Allah mau mendengar doa kita, untuk menyembah kepada Sang pencipta aja ga mau" selesai berkata seperti itu, Rania langsung msuk ke kamar mandi. Rania sedikit membanting pintu kamar mandinya.
Rafa kaget mendengar omelan Rania. Baru kali ini ada wanita yang berani menceramai dirinya. Bella aja tidak pernah memarahin Rafa padahal mereka sudah lama menjadi sepasang kekasih. Rafa keluar dari kamar untuk mencari angin segar.
Rafa membuang nafasnya kasar. Sebatang rokok menemani Rafa yang sudah duduk diteras rumah. Asap putih mulai terlihat disekitar Rafa. Beberapa orang yang melihat Rafa berada diteras menganggukan kepala tanda jika mereka sedang menyapa.Setelah itu, mereka akan berbisik tentang kejadian yang semalam terjadi. Apakah Rafa membalasnya? Oh, tidak. Rafa hanya melihat tanpa niat untuk menyapa kembali.
Rania yang keluar dari kamar mandi tambah kesal ketika tidak melihat keberadaan Rafa. "Bukannya pergi shalat, malah keluar. Sial banget aku dapat suami kayak dia". Rania makin mengerucutkan bibirnya ke bawah.
***
"Lagi santai, Fa?" tegur Pak Rudi yang kelihatannya baru pulang dari masjid. Pak Rudi melepas sandalnya terlebih dahulu sebelum masuk kedalam rumah. Sepertinya sedang gerimis terlihat dari baju yang dipakai Pak rudi sedikit basah dipundaknya.
"Iya, pak" Rafa langsung membuang putung rokok yang masih tersisa.
"Sudah lama merokok?" tanya Pak Rudi yang saat ini sudah duduk disamping Rafa. Ada dua kursi kayu dan meja berbentuk lingkaran yang berada di teras rumah Rania.
"Sudah, Pak. Sejak SMA" ujar Rafa yang menghormati mertuanya. Terlihat Pak Rudi menganggukan kepala.
"Jangan terlalu sering merokok, Fa. Tidak baik buat tubuh, kamu masih sangat muda. Apa kamu ga ingin melihat anak-anakmu sampai besar?. Bapak ga ada maksud untuk melarang, bapak hanya ingin kamu sehat. Bapak juga pernah muda" tepuk Pak Rudi dipundaknya. Rafa paham dengan maksud Pak Rudi, tidak ada sedikitpun Rafa marah.
"Iya, pak" jawab Rafa sopan. Rafa masih tau akhlak yang mana disengganin yang malah yang bisa jadi musuh.
"Kalau kamu butuh teman cerita, kamu bisa cerita sama Rania" Pak Rudi memberi saran. Rafa yang mendengar ide Pak Rudi tiba-tiba kefikiran. Bukan melepaskan beban kalau cerita sama Rania, tapi yang ada nambah beban.
Seperti tau apa yang difikirkan Rafa, Pak Rudi tertawa. "Begitulah Rania, sedikit keras kepala"
"Butuh kopi? Biar nanti Bapak minta tolong sama ibunya Rania" tanya Pak Rudi yang sudah berdiri dari kursinya.
"Ga usah, Pak. Sebentar lagi Rafa masuk" ucap Rafa menolak tawaran Pak Rudi.
"Oh, ya udah. Bapak masuk duluan ya, baju bapak sedikit basah" pamit Pak Rudi dan dianggukin Rafa. Rafa mulai masuk kedalam rumah ketika nyamuk sudah mulai menghisap darah ditubuhnya. Sangat berbeda dengan penthouse Rafa yang tidak ada nyamuk satupun.
Ketika Rafa masuk, Rania sedang main handphone ditempat tidurnya. Rania hanya menoleh sebentar, setelah itu kembali fokus pada handphonenya. Rafa tahu jika Rania sedang kesal padanya. Tak ada pembahasan lagi diantara mereka sampai waktu tidur datang. Rania yang tidur duluan sedangkan Rafa masih sibuk mengecek emailnya. Hanya lampu redup yang menyala dikamar Rania dan Rafa yang menyalakannya.
"Apa dia tidak gerah ya tidur tertutup begitu?" gumam Rafa yang melihat Rania tidur masih menggunakan kerudungnya. Rafa yang ingin ke kamar mandi sekilas melihat Rania yang sudah tertidur.
"Cantik hanya saja cerewet dan bawel" Rafa menyunggingkan senyum diujung bibirnya. "Semoga setelah cerai dari Abang, Kamu nemuin laki-laki yang cinta sama kamu".
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku