NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Perempuan Malang

Terjerat Cinta Perempuan Malang

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fafacho

Zahra, seorang perempuan sederhana yang hidupnya penuh keterbatasan, terpaksa menerima pinangan seorang perwira tentara berpangkat Letnan Satu—Samudera Hasta Alvendra. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena uang. Zahra dibayar untuk menjadi istri Samudera demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran ekonomi akibat kebangkrutan perusahaan orang tuanya.

Namun, tanpa Zahra sadari, pernikahan itu hanyalah awal dari permainan balas dendam yang kelam. Samudera bukan pria biasa—dia adalah mantan kekasih adik Zahra, Zera. Luka masa lalu yang ditinggalkan Zera karena pengkhianatannya, tak hanya melukai hati Samudera, tapi juga menghancurkan keluarga laki-laki itu.

Kini, Samudera ingin menuntut balas. Zahra menjadi pion dalam rencana dendamnya. Tapi di tengah badai kepalsuan dan rasa sakit, benih-benih cinta mulai tumbuh—membingungkan hati keduanya. Mampukah cinta menyembuhkan luka lama, atau justru semakin memperdalam jurang kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6.

Robi sepupu dari Samudera terlihat duduk di tepi kasur menatap sepupunya alias Samudera yang tengah sibuk di meja kerjanya.

Samudera terlihat mengabaikan Robi yang sesekali menatapnya. Robi menggelengkan kepalanya karena teramat tak habis pikir dengan sepupunya tersebut.

"Sam, ini pernikahan jangan kau buat main-main" ucapnya pada Samudera yang masih sibuk di meja kerja sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"siapa bilang pernikahan itu main-main" jawab Samudera tapi tetap fokus dengan ponselnya ketimbang menatap Robi.

"Sam, aku serius.. " Robi sedikit meninggikan suaranya.

Samudera yang mendengar ada perubahan suara dari sepupunya langsung melihat Robi yang berusaha untuk mengendalikan diri. Tatapan Robi sendiri terlihat cukup datar.

"Aku juga serius, kau pikir aku bercanda" pungkas Samudera.

"ya kau bercanda. Kau mempermainkan pernikahan. Sam bukan hal baik menjadikan pernikahan itu sebagai alat balas dendam" ucap Robi berusaha menasehati Samudera.

"kau tidak usah ikut campur dengan masalahku, Cukup lihat dan dukung saja" ucap Samudera tak perduli dengan nasehat Robi barusan.

"Bagaimana bisa aku mendukung sepupuku yang berbuat salah. Samudera ingat kau seorang abdi negara., apa pantas seorang aparat menghancurkan hidup orang" lagi Robi berusaha keras untuk menasehati Samudera.

"kau bisa diam tidak, tidak usah sok suci dan menasehati ku. Kalau kau hanya ingin bicara omong kosong lebih baik keluar dari kamarku" ucap Samudera mengusir Robi.

Robi berdiri dari duduknya tapi dia bukannya pergi melainkan malah mendekat pada Samudera yang fokus di meja kerja.

"ingat Sam, yang salah itu Zera dan masala lalu sudah berakhir tidak pantas kau membalaskan rasa dendammu itu pada orang yang tidak bersalah"

"ya aku tahu, tapi aku ingin dia merasakan apa yang aku dan abangku rasakan. Aku akan membuat Zera juga merasakan kehilangan seorang kakak seperti aku kehilangan abang" ucap Samudera sambil menatap tajam Robi.

"Tapi Zahra tidak tahu apa-apa Sam, kau akan menyakitinya. Aku tahu dia kakak Zera, tapi dia tidak salah Sam yang salah adiknya yaitu Zera. Kau akan menikahi Zahra karena sebagai balas dendammu pada Zera, itu hal yang salah Sam" pungkas Robi sekali lagi menasehati Samudera.

"Keluar dari kamarku, aku tidak butuh nasehatmu" lagi Samudera menyuruh Robi untuk keluar dari ruangannya.

RObi menghela napas panjang, seolah sedang menahan gejolak emosi yang semakin menyesakkan dadanya. Ia menatap wajah sepupunya yang tampak keras dan dipenuhi dendam.

"Aku tidak akan keluar sebelum kau sadar, Sam," ucap Robi, tenang tapi tegas. "Aku lebih memilih dibenci daripada melihat kau menghancurkan hidup orang lain dan menyesal seumur hidup."

Samudera menatap Robi, matanya menyipit, rahangnya mengeras. "Kau tidak tahu apa-apa, Rob. Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan abang karena ulah Zera. Zahra itu... bagian dari keluarga Zera. Dia juga harus merasakan akibatnya."

"Dan kau pikir abangmu akan bangga melihatmu seperti ini? Menikahi Zahra hanya untuk membuatnya menderita? Sam, abangmu bukan orang seperti itu. Dia mungkin sudah tiada, tapi kau masih hidup. Dan hidupmu seharusnya lebih berarti dari sekadar balas dendam."

Samudera terdiam. Tangannya yang tadi mengetik di ponsel kini menggenggam erat, gemetar. Sekilas, ada bayangan luka dan kehilangan yang begitu dalam di matanya. Namun ia segera menyembunyikannya, menepis emosi yang hendak muncul.

"Keluar, Robi," suaranya lebih pelan kali ini, namun masih tegas. "Jangan buat aku membencimu juga."

Robi melangkah mundur, menatap Samudera dengan sedih. "Aku hanya ingin kau tidak menyesal, Sam. Zahra gadis baik. Dia tidak pantas menerima luka dari seseorang yang bahkan belum dia pahami sepenuhnya."

Dengan langkah berat, Robi akhirnya membuka pintu kamar itu dan keluar, meninggalkan Samudera yang kini termenung sendirian. Hening menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara detak jam dinding.

Samudera menunduk, menatap layar ponselnya yang masih terbuka pada profil Zahra. Jemarinya terhenti. dia diam entah apa yang dia pikirkan saat ini.

.........................

Zahra diam melamun di dalam kamarnya sambil memegangi beberapa Undangan pernikahan di tangannya.

Itu undangan pernikahan dirinya dan Samudera, tak ada Foto dan hanya tulisan dan gambar ilustrasi.

Dia dan Samudera memang tak melakukan foto sama sekali. Bahkan undangan ini saja ia tidak tahu akan ada.

Samudera memberikan padanya agar ia memberikan itu pada beberapa temannya agar mereka tidak curiga karena pernikahan yang di lakukan.

"Apa aku harus memberikan pada teman-temanku" Gumam Zahra menatap undangan tersebut.

Di tengah kebingungan dirinya tiba-tiba ponsel yang ada di kasur sebelahnya berbunyi membuat Zahra langsung melihat beralih melihat kearah ponselnya tersebut.

Tertulis Nama Lettu Samudera di situ, Zahra menghela nafas terlebih dahulu sebelum mengangkat panggilan tersebut.

Ia ragu sejenak, tapi akhirnya menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.

Belum sempat ia menyapa, suara Samudera langsung meledak dari seberang.

"Zahra! undangan sudah kau sebar atau belum?

" Be.. belum mas" jawab Zahra terbata.

"Belum, Kenapa nggak kamu sebar sekarang juga Milikku saja sudah aku berikan pada teman-temanku. Awas kalau sampai undangan itu tidak kau sebar dan memicu kecurigaan pada teman-temanmu? Aku sudah bilang semalam, kan?!" ucap Samudera di seberang sana, pria itu terdengar emosional.

Zahra terdiam. Suaranya tercekat, tapi ia berusaha tetap tenang. "Aku belum sempat. Aku baru mau–"

"Baru mau? Sudah dua hari, Zahra! Kau pikir aku main-main? Jangan bikin malu aku! Ini pernikahan, bukan acara main main!" suara Samudera meninggi, terdengar frustasi dan marah.

Zahra menggenggam undangan-undangan itu makin erat. Matanya mulai berkaca-kaca. "Aku hanya butuh waktu, mas… Aku bahkan tak tahu harus bilang apa ke teman-temanku. aku butuh berpikir dulu mas"

"katamu berpikir? berpikir setelah menerima uangku begitu" tukas Samudera.

"Awas saja kalau kau membatalkan semua ini, akan ku tuntut dirimu" ucap Samudera mengancam di seberang sana..

"aku.. aku nggak akan membatalkan nya mas. Tapi tolong beri aku waktu, acara masih be.. " belum sempat Zahra bicara Samudera sudah bicara duluan.

"Jangan mulai lagi, Zahra. Aku sudah muak dengan keluhanmu. Kau tinggal sebarkan undangan itu. Titik!"

"Aku bukan robot, mas…" gumam Zahra, suaranya lirih, hampir tak terdengar.

"Kalau kau tidak bisa melakukannya, mungkin tak usah lanjutkan semua ini! Tapi ingat, yang malu bukan cuma kau, tapi juga keluargamu! dan kau harus siap-siap ganti rugi mengerti"

Setelah ucapan itu, Samudera menutup telepon tanpa memberi kesempatan Zahra membalas.

Zahra menatap layar ponselnya yang kembali gelap. Nafasnya sesak. Tangannya gemetar saat ia menurunkan ponsel ke pangkuannya.

Ia memandangi undangan itu lagi—yang kini justru terasa seperti simbol keterpaksaan. Sebuah pernikahan yang tak ia rancang, dengan pria yang tidak pernah benar-benar menunjukkan niat tulus.

Air matanya jatuh perlahan, membasahi sudut undangan.

"Kenapa aku harus menjalani ini…?" bisiknya pilu.

***

1
Ma Em
Samudra atau Hasta kamu jgn balas dendam dgn Zahra karena Zahra tdk tau bahwa kamu mantannya Zera, kalau itu kamu lakukan Samudra pasti akan menyesal karena sdh menyakiti orang yg salah.
Ma Em
Sabar Zahra sebentar lagi Samudra akan bucin sama kamu dan akan takut kehilanganmu pastinya.
Ma Em
Samudra kamu jgn terlalu menekan Zahra kasihan Zahra di keluarga nya dia selalu disisih kan sekarang sama suami selalu di bentak dan disalahkan.
Ma Em
Makanya Samudra kamu jgn terlalu keras dgn Zahra sdh dirumah Zahra tdk pernah merasakan kasih sayang dan sekarang punya suami juga malah yg ada hanya selalu menyalahkan nanti kalau Zahra sdh pergi meninggalkan kamu baru kamu menyesal Samudra
Ma Em
Semoga Samudra bisa segera menerima Zahra sebagai istri yg sesungguhnya.
Ma Em
Zahra kamu yg sabar kalau emang Zahra merasa tdk dianggap dan tdk dihargai sdh jgn memaksakan diri lebih baik menjauh dari Samudra pasti Samudra akan menyesal karena sdh menyia nyiakan istri yg baik seperti Zahra.
Ma Em
Samudra kamu pasti akan menyesal setelah Zahra pergi meninggalkan kamu.
Ma Em
Semoga Samudra baik2 saja sama Zahra jgn sampai menyakitinya dan berubah mencintai Zahra.
SJR
Assalamu'alaikum, mampir thor saling suportnya 🙏
Ma Em
Semoga Samudra segera mencintai Zahra dan jadi bucin tdk mau jauh dari Zahra jgn sampai Zahra disakiti sama Samudra.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!