"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bi Oliv
“Bukankah saat pertama kali melihat lukisan ini kau sudah jatuh cinta padanya?” tanya Bi Nora.
Ternyata dugaan Agatha benar, ia tidak bisa menyembunyikannya karena tebakan Bibi memang selalu benar. Agatha hanya diam sambil memandangi lukisan di depannya yang tampak bersinar karena cahaya matahari yang menerpa lukisan itu.
Sebelum naik ke tempat tidur, Agatha masih memandangi lukisan Val.
"Memang benar, waktu pertama kali melihat lukisan ini. Aku ingin sekali bertemu dengan pelukisnya dan setelah bertahun-tahun akhirnya sekarang aku bisa bertemu dengan orangnya secara langsung…tapi apa benar hanya karena melihat lukisan ini, aku langsung jatuh cinta padanya?...ah Tidak! aku tidak boleh jatuh cinta padanya…tidak boleh!" batin Agatha.
...***...
Paginya, Agatha masuk ke dapur dan melihat Bi Oliv sedang sibuk membuat sarapan. Bi Oliv adalah pengurus rumah Bibinya, orangnya sangat baik dan ramah karena itu Agatha sangat menyukainya.
“Pagi Bi Oliv” sapa Agatha.
“Pagi nona Agatha, aku senang nona mau tinggal di sini, karena sudah lama sekali aku tidak melihatmu datang kerumah ini” ucap Bi Oliv dengan gembira.
“Iya, aku juga kangen sama Bi Oliv tapi tenang saja, mulai hari ini aku akan membantu pekerjaan Bibi” ucap Agatha sambil memeluk Bi Oliv.
“Terima kasih, nona baik sekali mau membantu saya” ucapnya sambil membalas pelukan Agatha.
“Bi, apa mereka sudah lama tinggal di rumah ini?” tanya Agatha ingin tahu.
“Baru seminggu yang lalu Non”
“Mereka bertiga orangnya seperti apa Bi?" tanya Agatha lagi, tapi Bi Oliv tidak sempat menjawab karena Val tiba-tiba masuk ke dapur.
Val sedikit terkejut melihat Agatha sedang ada di dapur.
“Agatha, kau tidak jadi pulang? Padahal teriakanmu begitu keras ingin minta pulang” ucap Val lalu menyuruh Bi Oliv untuk membuatkan segelas kopi untuknya.
“Sudah terlanjur datang” ucap Agatha jengkel.
“Sayang sekali, padahal aku ingin hidup tenang di sini” ucapnya dengan nada kecewa.
“Kau tidak suka aku ada di sini?” Agatha langsung menatapnya dengan tajam.
“Aku tidak suka tinggal serumah dengan perempuan” Val mengambil kopi nya dan berlalu pergi.
“Kenapa sih? Memangnya aku salah apa?” tanya Agatha dengan kesal dan ingin sekali segera keluar dari rumah ini sekarang juga.
“Sudah, jangan pedulikan dia” Bi Oliv mencoba menghibur Agatha, tapi kemudian Ian yang masuk ke dapur.
“Kau masih disini? Aku pikir kau sudah pergi” ucap Ian dengan raut wajah tidak senang hingga kekesalan Agatha semakin bertambah.
“Ternyata kalian berharap aku pergi yah?” Agatha mulai emosi sambil melempar kain lap di samping meja.
“Karena kami tidak suka melihat gadis jelek dan pendek ada di rumah ini” ucap Ian mengejek dan memang benar dengan apa yang Ian katakan barusan.
“Aku jelek, pendek dan berkacamata, karena itu aku tidak mau dekat dengan yang namanya pria” batin Agatha.
Agatha memperhatikan Ian dari ujung kepala sampai kaki, kemudian berkomentar. “Wajahmu sangat cantik seperti perempuan tap---” sebelum Agatha menyelesaikan ucapannya, Ian telah memotong ucapan Agatha.
“Kenapa? Kau iri ya karena ternyata pria seperti ku bisa lebih cantik dari kau yang seorang perempuan” ucap Ian dengan bangga, “Jadi ku sarankan, lebih baik kau pergi operasi plastik saja” wajah Ian begitu dekat dengan Agatha
Seolah-olah ingin menelannya hidup-hidup.
“Tapi kalau di lihat dari belakang, kau tidak bisa di bedakan antara pria dan wanita!” ucap Agatha dengan sengaja menyindirnya.