Aluna terpaksa harus menikahi seorang Pria dengan orientasi seksual menyimpang untuk menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Dia di tuntut harus segera memiliki keturunan agar perjanjian itu segera selesai.
Namun berhubungan dengan orang seperti itu bukanlah hal yang mudah. Apa lagi dia harus tinggal dengan kekasih suaminya dan menjadi plakor yang sah di mata hukum dan Agama.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Baca terus ya, semoga suka! Dan maaf jika cerita ini agak kurang mengenakkan bagi sebagian orang🙏
Warning!
"Ini hanya cerita karangan semata. Tidak ada niat menyinggung pihak atau komunitas mana pun"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Memainkan permainan
Siang harinya. Dean pergi ke kantor, sedang Jeff pergi ke lokasi syuting, hanya tinggal Luna sendirian menganggur di rumah itu, dia mulai merasa bosan jika tiap hari hanya duduk diam di kamar tanpa melakukan apa-apa. Dia pun memutuskan menelpon Tuan Adiyasa untuk menanyakan kondisi perusahaannya.
“Ya Luna?” sahut Tuan Adiyasa dari sebrang telpon.
“Tuan, bagaimana keadaan perusahaan sekarang?” tanya Luna to the points.
“Sudah lebih baik, aku melakukan pembersihan pada karyawan-karyawan yang tidak jujur, aku juga menerapkan peraturan baru agar mereka lebih disiplin.” Jelasnya.
“Ya kedengarannya sangat bagus, apa aku sudah boleh datang ke perusahaan?”
“Untuk sekarang lebih baik tidak. Terakhir kali kau mengambil alih perusahaan, perusahaan ini hampir bangkrut. Aku akan mencari orang untuk mengajarimu bisnis, tapi untuk sekarang lebih baik kau fokus saja pada tugasmu untuk memberikanku cucu, urusan perusahaan biar aku dan Dean yang menanganinya.”
“Haish, ya sudah kalau begitu. Tapi aku benar-benar bosan sendirian di rumah,” keluh Luna.
“Aku sudah mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu, belilah gaun yang cantik untuk pesta akhir pekan ini.”
“Pesta?”
“Ya, aku mengadakan pesta untuk pembukaan perusahaan cabang yang Dean kelola, jadi kau harus hadir,” jelasnya.
“Baiklah, aku akan datang.”
“Ya sudah, Ayah tutup telponnya. Ayah sedang banyak pekerjaan.”
“Oke.”
“Pergilah bersenang-senang.” Sambungan telpon pun terputus.
Luna menyeringai senang, bagaimana mungkin dia akan melewatkan kesempatan belanja barang-barang mewah seperti dulu, momen seperti ini amat jarang terjadi. Setelah mengganti pakaian dan merias wajah seadanya, Luna pun langsung meluncur pergi.
Wajah Luna sudah cantik alami meski tanpa polesan makeup sekalipun, makanya dia jarang dandan berlebihan seperti wanita-wanita lainnya, dia juga kurang percaya diri jika menggunakan riasan yang terlalu tebal.
Dia menyinggahi sebuah toko pakaian yang cukup terkenal. Disana dia memilih gaun berwarna hitam yang dia rasa cocok dengannya.
“Hoho lihat siapa ini, bukankah ini nona besar yang kini sudah jatuh miskin.” Dua orang wanita datang menyatroninya, dia adalah Martha dan Rose.
“Pria tua mana yang kau temani hingga kau punya uang untuk belanja barang-barang disini?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Tentu saja pria tua yang jauh lebih kaya dari Ayahmu,” balas Luna santai, emosinya tak terpancing sama sekali, dia masih tetap memilih-milih pakaian dan benda-benda lainnya.
“Ck, jadi kau mengakuinya, heh menjadi simpanan pria tua itu menyenangkan ya?”
“Tentu, kau bisa mencobanya jika penasaran,” balas Luna masih dengan nada yang sama.
“Rose ....–,” samar-samar Luna mendengar bisikan dari mereka berdua, sepertinya mereka merencanakan sesuatu terhadapnya.
‘Heh, baiklah. Aku akan menemani kalian berdua bermain,’ seringai Luna.
Luna pura-pura meninggalkan tasnya di atas meja yang ada di area itu, sedang dia sendiri lanjut mencari sepatu yang cocok dengan pakaiannya.
‘Aku beri kalian kesempatan, lakukanlah yang terbaik,’ Luna tersenyum samar.
Setelah beberapa saat kemudian Luna mengakhiri belanjanya dia hendak keluar selepas membayar belanjaannya, namun belum sempat dia melewati pintu alarm keamanan pun berbunyi.
“Ada pencuri ada pencuri!” teriak penjaga toko. Dua penjaga keamanan pun datang dan langsung menahan Luna.
“Nona maaf, kau dilarang pergi.”
“Baiklah, silahkan periksa,” tanggap Luna santai.
“Ck, aku kira dia punya uang datang kesini, ternyata dia datang untuk mencuri,” ujar Martha.
“Kau berharap apa dari orang yang sudah jatuh miskin,” Ledek Rose.
Mereka berdua tertawa dengan puas.
“Heh, tertawalah selagi kalian biasa sebelum tertawa itu dilarang. Kau tahu ada pepatah mengatakan, kesenangan terjadi sebelum badai,” ucap Luna santai sambil menyilangkan tangan di dada, dia tak merasa panik atau apa pun saat petugas keamanan menggeledah barang bawaannya.
“Cih, aku tidak pernah mendengar pepatah semacam itu.”
“Tentu saja, karena aku orang pertama yang mengatakannya.”
“Ini dia. Nona ini mencuri baju ini yang dia selipkan di kotak baju yang lain.” Ucap si penjaga.
“Nona anda terbukti bersalah anda harus mempertanggung jawabkan perbuatan anda, ayo bawa dia ke kantor polisi.”
wkwkwkwkwk