MENGANDUNG BENIH AYAH ANGKAT

"Selamat Pagi, Bu Syafira!" sapa Garvin. Dia tersenyum dan tetap sambil melakukan kegiatannya.

"Kenapa aku ada di sini?" tanya Syafira.

"Tadi malam Bu Syafira mabuk. Aku tanya mau di antar kemana, tapi Ibu tak menjawab. Terpaksa aku bawa kesini," jawab Garvin, masih dengan tersenyum.

Syafira mencoba mengingat kejadian di klub. Kemarin setelah mereka melakukan audit hingga jam sembilan malam, Fira yang malas pulang ke rumah mengajak Garvin ke klub. Awalnya dia ingin mencoba minum alkohol. Garvin sudah melarang, tapi masalah rumah tangganya membuat dia ingin melupakan sejenak.

Namun, Syafira tak menduga jika dirinya di luar kendali, hingga mabuk. Yang jadi pertanyaan wanita itu, apa yang mereka lakukan setelah dia mabuk.

Syafira masih berdiri, dia ingin bertanya tapi malu. Dia takut telah terjadi sesuatu antara mereka saat tak sadar. Namun, yang dia ingat Garvin tidak ikut minum. Bahkan beberapa kali dia melarang dirinya minum.

"Kenapa aku memakai bajumu?" tanya Syafira akhirnya. Dia tak bisa lagi menyembunyikan rasa ingin tahunya.

"Bu Syafira muntah dan mengenai seluruh baju. Tak mungkin Ibu tidur dengan pakaian kotor dan bau. Tapi tadi aku telah pesan dengan seorang teman wanita baju buat ganti. Ibu bisa mandi dan ganti pakaiannya," ucap Garvin.

Garvin lalu berjalan menuju sofa dan memberikan sebuah bungkusan pada Syafira. Pria itu tak sengaja menatap ke arah tubuh wanita dihadapannya. Menyadari tatapan Garvin, Fira segera mengambil bingkisan dan segera masuk ke kamar.

Di dalam kamar, dia masih berpikir, apakah memang tidak terjadi apa-apa antara dia dan Garvin. Ingin bertanya dia malu.

Syafira masuk ke kamar dan membersihkan tubuhnya. Setelah mandi dia membuka bungkusan. Ada baju dan juga pakaian dalam. Wajah wanita memerah, membayangkan kemarin pasti Garvin telah melihat tubuhnya.

Memantaskan diri di depan cermin, Syafira tak percaya jika seorang Garvin yang baru dia kenal bisa tahu ukuran pakaiannya. Arya saja tak pernah membeli baju untuknya dengan alasan takut tak pas. Karena dia tak tahu ukuran baju istrinya itu.

Setelah berpakaian rapi, Syafira keluar dari kamar. Di meja makan telah menunggu Garvin. Pria itu juga telah berpakaian rapi. Pasti dia mandi di kamar mandi yang berada di dapur karena Syafira melihat tak ada kamar lain di apartemen ini selain yang dia tempati.

"Sarapanlah dulu, Bu. Setelah itu baru kita ke kantor menyelesaikan audit yang hanya tinggal sedikit," ucap Garvin.

"Aku akan pulang dulu sebentar. Jam sepuluh baru ke kantor. Kepalaku masih sedikit pusing," jawab Syafira.

"Jangan pernah pergi ke klub lagi Bu, jika ada masalah. Itu tak akan menyelesaikan masalahnya justru menambah masalah baru. Jika saja aku kemarin tak mau menemani Ibu, dengan siapa Ibu pulang dan entah apa yang Ibu lakukan," ucap Garvin menasehati.

Syafira hanya diam, dia sadar apa yang dilakukan kemarin memang tidak benar. Seharusnya dia tidak mabuk. Dalam hatinya wanita berjanji hanya sekali itu dia minum hingga mabuk.

"Aku antar pulang atau Bu Syafira pulang sendiri?" tanya Garvin.

"Aku pulang sendiri saja. Nanti kalau kamu antar akan jadi salah paham. Aku pulang dengan taksi saja. Sehabis makan siang kamu bisa datang lagi. Kita bahas siang saja lanjutan auditnya," jawab Syafira.

Setelah sarapan Syafira langsung pulang menggunakan taksi. Di dalam taksi pikirannya menerawang. Tak pernah menyangka rumah tangga yang telah di bina selama lima belas tahun akhirnya kandas.

Sampai di rumah, Syafira langsung masuk. Ketika sampai di ruang tengah dia melihat adik ipar dan mertuanya berkumpul dengan Kinara dan Arya.

Syafira tersenyum dan menghampiri ibu mertuanya. Dia masih menghormati orang tua suaminya itu.

"Dari mana kamu? Apa pantas seorang istri pulang pagi? Menginap di mana semalaman?" tanya Ibu Sari mertuanya.

"Paling menginap di hotel dengan selingkuhannya," jawab Arya.

Kinara tersenyum mengejek dengan tangan terus memeluk Sari mama mertuanya. Diakui Syafira jika ibu mertuanya sangat menyayangi anak angkatnya itu.

Saat pertama mereka mengangkat Kinara, ibu mertuanya paling bahagia. Dia begitu dekat dengan anak angkat mereka.

"Jangan samakan kelakuan kamu denganku, Arya. Kau tukang selingkuh, kau malah menuduhku. Dasar pecundang ...," ucap Syafira dengan tersenyum miris.

Ibu Sari yang begitu mengagumi putranya tentu saja tak terima Arya dikatai sang istri. Wajahnya memerah. Begitu juga adiknya Arya yang bernama Melly. Dia langsung berdiri menunjuk ke arah Syafira.

"Apa begini cara kakak bicara dengan suami. Tak ada sopan santun. Jika pun Bang Arya selingkuh, itu wajar. Mana ada pria yang tahan dengan wanita yang selalu keluar rumah, pulang pagi. Dan mandul lagi. Istri mandul itu, suami diizinkan kok untuk menikah lagi," ucap Melly.

"Sopan santun? Buat apa aku sopan dengan pria seperti abangmu itu. Apa kamu tahu jika dia dan Kinara berselingkuh dan saat ini sedang hamil!" ucap Syafira dengan nada cukup tinggi.

Di luar dugaan, ibu mertuanya terlihat senang. Bukannya marah pada Arya dan Kinara. Ibu Sari memeluk anak angkatnya itu.

"Apa benar kamu hamil, Sayang? Kamu akan beri aku cucu," ucap Ibu Sari bahagia.

Melly juga ikutan terlihat senang. Dia memegang perut Kinara sambil tersenyum. Setelah itu ibu mertuanya mengatakan sesuatu yang sangat menyakiti Syafira.

"Kamu seharusnya berterima kasih dengan Kinara. Dia bisa memberikan keturunan pada suamimu. Bukankah kamu sangat menginginkan kemarin hingga mengangkat anak. Mereka harus secepatnya menikah. Kau harus restui dan jangan buat drama," ucap Ibu Sari.

Syafira tersenyum miris mendengar ucapan mertuanya. Ternyata mereka satu keluarga gila, pikir wanita itu.

"Aku tak akan menghalangi. Aku telah menggugat cerai Arya. Setelah kami resmi bercerai, silakan Arya membawa Kinara pergi dari rumahku. Dan juga silakan cari pekerjaan baru. Perusahaanku tak menerima seorang pengkhianat seperti Arya," ucap Syafira dengan suara penuh penekanan.

"Apa maksud ucapanmu?" tanya Arya.

"Aku sudah mengaudit keuangan perusahaan. Kau banyak menyeleweng uang perusahaan untuk keperluan pribadi. Aku akan lanjutkan semua ke jalur hukum. Siap-siap aja panggilan dari pihak kepolisian untuk pertanggung jawaban semuanya!" ucap Syafira.

Mendengar ucapan Syafira, suaminya Arya langsung berdiri. Dia mendekati istrinya. Begitu juga Sari dan Melly. Mereka seolah ingin mengeroyok. Wanita itu menarik napas dalam. Dia sedikit mundur. Entah apa yang ingin suami dan mertuanya lakukan.

...----------------...