KONTEN INI AREA DEWASA‼️
Lima tahun cinta Shannara dan Sergio hancur karena penolakan lamaran dan kesalah pahaman fatal. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali di atas kapal pesiar. Sebuah insiden tak terduga memaksa mereka berhubungan kembali. Masalahnya, Sergio kini sudah beristri, namun hatinya masih mencintai Shannara. Pertemuan di tengah laut lepas ini menguji batas janji pernikahan, cinta lama, dan dilema antara masa lalu dan kenyataan pahit.
Kisah tentang kesempatan kedua, cinta terlarang, dan perjuangan melawan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RYN♉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GTTS chapter 6
Dek bawah kapal pesiar itu terasa seperti labirin yang ditinggalkan malam itu. Hanya terdengar suara mesin yang bergetar samar, seperti dengungan mengerikan di perut baja kapal. Cahaya lampu neon berwarna kekuningan memantul di dinding logam lembap, menciptakan bayangan panjang dan goyah yang mencerminkan kegelisahan Shannara.
Shannara berjalan perlahan, baki di tangannya bergetar setiap langkah. Ia baru saja selesai mengantarkan minuman. Rasa lelah yang menusuk membuat punggungnya kaku. Ia hanya ingin kembali ke kabin kecilnya dan melupakan tiga hari terakhir.
Namun langkahnya terhenti. Dari balik pintu ruang staf yang sedikit terbuka, terdengar suara keras, suara yang sangat ia kenal, diselimuti panik.
"Kita harus lakukan sesuatu, Ris! Sergio udah mulai nyari tahu apa yang terjadi malam itu!" Suara Bayu yang berat terdengar bergetar karena ketakutan. "Kalau dia tahu ini semua cuma permainan kita... cek itu bisa jadi bukti pemerasan!"
"Kamu pikir aku nggak takut, Bayu?" potong Risa dengan nada tajam. Napasnya tersengal, dan suaranya sedikit bergetar. "Aku bahkan nggak tahu siapa yang tinggal di kamar 308 A itu. Katanya cuma pria tua bangka mesum yang doyan perempuan. Aku—aku cuma butuh uang itu buat operasi anak kita!"
Risa terisak nyaring. Shannara terpaku di tempatnya.
Nama Sergio.
Kamar 308A.
Dan... Uang?
Tubuhnya menegang, tangan kirinya menutup mulut agar tak mengeluarkan suara. Keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia tak berani bergerak. Hanya matanya yang bergetar, menatap kosong ke pintu seolah bisa menembusnya.
"Kita nggak bisa mundur lagi, Ris," lanjut Bayu dengan nada frustrasi yang kejam. Langkah kakinya menghentak-hentak lantai. "Kalau Sergio tahu, kita bisa dipenjara seumur hidup! Dan semua gara-gara kamu ngambil risiko bodoh ini dengan memalsukan korban!"
"Aku nggak bodoh!" seru Risa, terisak. "Aku nggak peduli! Aku cuma pengen anak kita hidup! Kalau harus menipu satu orang, biar! Tuhan ngerti kenapa aku lakukan ini!"
Shannara menggigit bibir bawahnya sampai nyaris berdarah. Emosinya campur aduk antara kasihan, marah, dan ngeri. Tapi langkah kecil yang tak sengaja ia gerakkan membuat lantai kayu berderit pelan.
Kreeet.
Risa langsung menoleh, Disusul oleh suaminya. Seketika, perdebatan di dalam ruangan terhenti.
"Siapa di luar?!" Suara Bayu mengguntur
Pintu terbuka mendadak. Bunyi engselnya melengking, membuat Shannara memejam karena kaget.
Ketika matanya terbuka, dua pasang mata menatapnya. satu kaget, satu marah.
Dan di ambang pintu, berdiri Shannara. Tubuhnya gemetar, wajahnya tegang dengan air mata yang menggantung di sudut matanya.
"Nara?" suara Risa serak. "Sejak kapan kamu di situ...?"
Shannara berdiri kaku, bahunya tegang, air mata menetes di pipinya tanpa ia sadari.
Risa panik, melangkah maju, tapi Nara mundur satu langkah, seolah Risa adalah racun. Tatapannya penuh luka yang tak tersembuhkan.
"Nara... kumohon dengarkan penjelasanku dulu. Aku bisa jelasin!"
"Jelasin apa, Ris? Bahwa kamu pakai tubuhku sebagai jaminan pemerasan? Kalian tega banget! Kalian benar-benar hancurin aku!"
Nada Nara meninggi, matanya menyala. Tangannya mengepal di sisi tubuh, tubuhnya sedikit condong ke depan seolah menahan diri agar tidak menampar mereka berdua.
Bayu menatapnya tajam, matanya merah penuh tekanan. Ia berjalan mendekat perlahan, setiap langkahnya berat seperti predator mendekati mangsa.
"Kamu pikir kamu bersih, Shannara?" desisnya pelan, setiap kata menusuk. "Sergio menyentuhmu malam itu. Tubuhmu adalah barang bukti. Kamu cuma... bagian dari skenario yang kebetulan sempurna."
"Aku dijebak!" Shannara menangis, suaranya serak karena pengkhianatan. "Aku nggak tahu apa-apa! Aku juga korban! Sahabatku sendiri yang menjebakku!"
Bayu menyeringai dingin. "Tapi kamu nggak punya bukti, 'kan? Siapa yang akan percaya pelayan rendahan yang keluar dari kamar tamu VIP? Cuma butuh satu laporan ke media bahwa kamu pelayan murahan yang mencoba memeras klien kaya. Kamu mau, hah? Mau dunia lihat kamu begitu?"
Risa menatap suaminya cemas, lalu memalingkan wajah ke Nara. Sekejap, rasa bersalah melintas di matanya, tapi cepat digantikan tatapan dingin dan tajam.
"Dengar, Nara," suara Risa kini menjadi menenangkan secara manipulatif. "Kamu nggak paham. Kalau kamu buka mulut, bukan cuma kami yang hancur. Kamu juga. Kita semua tenggelam bareng. Kamu yang akan disalahkan. Kamu yang ternoda. Kamu yang akan kehilangan karir."
Nara terisak keras. Tubuhnya melemas, tapi matanya masih menyala dengan campuran marah, takut, dan dendam.
"Aku nggak akan terus diam! Aku nggak akan!"
"Kamu akan diam," potong Risa cepat, mendekat satu langkah, menatap lurus ke wajah Nara, suaranya kini berbisik namun mengikat. "Karena kamu takut. Karena kamu tahu, cuma butuh satu gosip, satu pernyataan dari Bayu sebagai saksi, dan hidupmu sebagai Shannara Althea berakhir."
Sunyi.
Tiga manusia berdiri saling menatap dalam ruangan sempit yang berbau garam dan ketakutan.
Shannara menggigit bibir sampai berdarah. Ia melangkah mundur dengan tubuh gemetar, lalu berbalik dan keluar dari kamar tanpa sepatah kata.
Risa jatuh terduduk di lantai, menangis tanpa suara. Bayu hanya berdiri menatap pintu yang kini tertutup rapat, wajahnya menegang.
Sementara di lorong, Shannara menahan tangis di balik dinding. Nafasnya sesak.
Ia menatap ke arah laut di kejauhan dari jendela kecil kapal. airnya gelap, beriak pelan, seperti menyembunyikan ribuan rahasia di bawah permukaannya.
ada aja kelakuan bapak ini gmesss🤭