Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!
Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.
Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.
…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Cahaya Lentera di Yunshan
Guru Lin mengangguk. “Pendaftaran murid baru akan dibuka tiga bulan lagi. Jika keluarga Yun menyetujuinya, aku akan menulis surat rekomendasi pribadi dan menyerahkannya langsung ke dewan penguji cabang.”
Yun Zhen mengepalkan tangannya. Sorot matanya menyala penuh tekad.
“Diedie, Niangqin… aku ingin mencobanya.”
Nyonya Yun menatap wajah putranya sambil menepuk pelan tubuh Yun Ruona dalam pelukannya.
“Zhen’er, dunia luar jauh lebih besar dari yang kau bayangkan. Tapi juga lebih berbahaya. Zhen'er harus siap lahir batin.”
Matanya yang teduh, nada suaranya lembut, namun ketegasannya terasa jelas — seperti gema didikan keluarga militer.
“Tidak masalah, Niangqin. Zhen'er bisa, kok,” ucap Yun Zhen cepat, dengan antusias polos khas anak delapan tahun.
Nyonya Yun tersenyum samar, lalu mengusap kepala Yun Zhen lembut.
“Zhen'er sudah besar rupanya. Kini sudah memiliki keyakinan untuk mengejar mimpi,” ucapnya lirih, nada bangga dan cemas bercampur halus.
“Tapi… bagaimana dengan Niangqin dan Meimei?” suara Yun Zhen lirih, matanya melirik ke arah Yun Ruona.
Yun Haoran tersenyum samar, untuk kali pertama ia perlihatkan sisi lembut sebagai ayah.
“Zhen'er tetap anak keturunan keluarga Yun Duke (雲公府, Yún Gōngfǔ). Kemanapun Zhen'er pergi, ingatlah darah yang mengalir dalam dirimu.”
Kata Yun Haoran kembali bergema di kepala Yun Ruona yang masih dalam pelukan ibunya.
“Yun Duke … berarti keluarga ini bukan keluarga pejabat biasa. Jadi ... selama ini Diedie sedang menyembunyikan status bangsawannya yang asli? Tapi … kenapa?” pikir Ruona, matanya membulat seperti kucing kecil yang baru melihat dunia.
Nyonya Yun melanjutkan, “Zhen'er bukan hanya Gege bagi Nana dan anak lelaki pertama keluarga Yun, tapi juga penerus masa depan keluarga Yun Duke cabang ketiga. Jalanmu akan berbeda dari Nana. Niangqin tidak akan menahanmu.”
“Cabang ketiga? Sebenarnya keluarga ini sebesar apa, sih?” Ruona membatin sambil memiringkan kepala kecilnya.
Ada jeda hening. Hanya suara burung pagi dan desir angin yang menemani keputusan besar itu.
Akhirnya, Yun Zhen menatap ayah dan ibunya bergantian, lalu menggenggam tangannya erat.
“Baik. Aku akan belajar sungguh-sungguh. Suatu hari, aku ingin melindungi keluarga kita seperti Diedie melindungi semuanya!”
Kata-kata itu menggema lembut di dalam aula keluarga Yun, namun maknanya menembus hingga dasar hati setiap orang yang mendengarnya.
“Kalau begitu, saya permisi untuk menyampaikan pesan ini pada kepala akademi cabang Yunshan,” ujar Guru Lin, berdiri dan memberi hormat.
“Tuan Yun tinggal menunggu surat rekomendasi resminya sampai di kediaman Yun.”
“Baik, Lin Xiansheng. Terima kasih sudah datang dan mau direpotkan,” balas Yun Haoran dengan hormat.
“Itu sudah menjadi tugas saya, Tuan Yun.”
Guru Lin menunduk sekali lagi sebelum keluar, diantar oleh pelayan, meninggalkan keluarga Yun dalam keheningan yang hangat.
"Saya pamit dulu, Tuan Yun, Nyonya Yun."
Yun Haoran dan Nyonya Yun mengangguk sebagai balasan.
Mata Nyonya Yun melembut; dalam tatapan itu tersimpan kebanggaan ... namun juga kecemasan yang tak bisa ia ungkapkan. Hatinya tahu pasti bahwa perjalanan putra sulungnya akan penuh ujian. Ia tahu dunia luar tak seindah buku-buku pelajaran yang akan dibaca putranya nanti. Dunia akademi punya jalannya sendiri — berliku, dingin, dan penuh rahasia.
Namun ia, Su Yulan 蘇玉蘭 (Sū Yùlán), seperti Yun Haoran, juga menyembunyikan masa lalu panjang yang tak diketahui anak-anaknya. Ia bukan sekadar wanita rumahan — ia tumbuh dalam keluarga Su Marquis (蘇侯府, Sū Hóufǔ), keluarga militer turun-temurun yang penuh disiplin dan rahasia. Kepribadiannya yang tenang hanyalah permukaan. Di balik itu tersimpan ketegasan dan kepekaan tajam terhadap perubahan politik. Ketegarannya disamarkan oleh kelembutan. Tapi matanya, tajam seperti bilah pedang yang disarungkan.
Su Yulan memeluk Yun Ruona lebih erat. Ada kilatan samar di matanya — bukan sekadar air mata seorang ibu, tapi juga refleksi masa lalu yang belum selesai.
“Zhen’er,” katanya lembut, “perjalananmu ke Akademi Tianwen cabang Yunshan akan menjadi awal baru. Tapi ingat, di mana pun Zhen'er berada, jangan pernah melupakan siapa dirimu.”
Yun Zhen menunduk hormat. “Zhen'er tidak akan mengecewakan, Niangqin.”
Di pelukan ibunya, Yun Ruona menatap kakaknya lama-lama.
“Gege akan berangkat ke dunia luar… tapi masih di Yunshan. Aku masih bisa melihatnya pulang. Tapi entah kenapa, hatiku punya firasat… jalan Gege di akademi itu akan jadi awal dari sesuatu yang besar.”
Malam itu, setelah seluruh pelayan kembali ke bilik mereka, rumah keluarga Yun tenggelam dalam keheningan yang lembut.
Cahaya lentera di ruang kerja Tuan Yun menari perlahan, memantulkan bayangan pada dinding batu. Dari kejauhan, suara burung malam terdengar lirih.
Yun Haoran menatap gulungan surat bersegel naga—segel resmi dari istana Tianxuan. Ia membuka kembali surat itu. Di bawah cahaya lentera, tinta hitamnya memantulkan kilau halus, seolah huruf-huruf itu hidup.
> “Bayangan utara bergerak. Perbatasan mungkin segera terbakar. Persiapkan generasi penerus — waktu tidak menunggu.”
“Perubahan … akhirnya datang,” gumamnya pelan.
Ia menutup surat itu perlahan, mengembuskan napas berat.
“Jika benar seperti yang tertulis, maka pengiriman Zhen’er ke akademi bukan sekadar pendidikan … tapi juga perlindungan.”
Dari luar jendela, terdengar suara lembut Su Yulan.
“Kau masih membacanya, Haoran?” tanyanya, berjalan masuk membawa lentera kecil.
“Ya,” jawab Yun Haoran tanpa menoleh. “Pesan ini datang terlalu cepat. Aku khawatir, sesuatu mulai bergerak lagi di Longyuan.”
Su Yulan menatap surat itu sesaat, lalu berkata pelan, “Kau tahu? Saat aku masih di kediaman Su Marquis, Fuqin 父亲 (fùqīn - Ayah) selalu bilang — setiap kali angin dari utara bertiup terlalu dingin di musim semi, berarti istana sedang bergejolak.”
Yun Haoran tersenyum tipis. “Yulan masih mengingatnya.”
“Bagaimana mungkin Yulan lupa? Kau, aku, dan Longyuan ... semuanya punya ikatan yang lebih dalam dari yang disadari anak-anak.”
Keduanya saling berpandangan, seolah dalam diam mengakui: kedamaian di Yunshan hanya sementara.
Beberapa saat sebelumnya, Su Yulan sempat menidurkan Yun Ruona. Ia mengecup dahi bayi mungil itu sebelum keluar kamar.
Namun sebelum menuju ruang kerja suaminya, ia sempat berhenti di depan kamar Yun Zhen.
Melihat anak lelakinya sudah tertidur di atas meja belajar, pena masih tergenggam, ia tersenyum lembut.
“Sudah pantas jadi murid akademi, tapi tetap Zhen'er yang kecil,” gumamnya.
Nalurinya sebagai ibu sudah tidak perlu diragukan lagi. Ia sudah pantas terlihat seperti ibu-ibu kebanyakan.
Tak ada yang tahu, sebelum menikah dengan Yun Haoran, Su Yulan pernah memegang pekerjaan yang berbahaya — pekerjaan yang tak pantas disebut oleh wanita mana pun di dunia bangsawan.
Ia menatap lentera di jendela. Cahaya kecil itu bergetar, memantul di matanya yang menyimpan kecemasan.
Dirasa anak sulungnya sudah tertidur lelap, ia menutup pintu kamar perlahan dan bergegas menghampiri suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di kamar bayi, Yun Ruona menggeliat dalam tidurnya.
Dalam mimpi samar yang ia sendiri tak mengerti, ia melihat siluet kota besar berselimut kabut — menara-menara tinggi dengan atap giok berkilau, lentera merah bergoyang di jembatan batu, dan bendera bergambar naga berkibar di angin.
“Longyuan …” bisiknya lirih dalam mimpi.
Angin dari arah timur berembus lembut melalui jendela kecil, menyentuh pipinya seperti belaian masa depan yang tak bisa ia hindari.
✨ Bersambung ✨
Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.
Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.
Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.
Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!
/Good/
dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.
makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Kutunggu dewasamu, Nana!
alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!
pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/