NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05 Tiga hari penuh

Tiga hari penuh Nuha terlelap, tenggelam dalam tidurnya yang panjang. Naru tak beranjak dari sisi ranjang, jemarinya terus menggenggam erat tangan istrinya. Sesekali ia mengecup bibir lembut Nuha, membelai keningnya dengan kasih sayang tak terputus. Namun, semua itu masih belum cukup untuk membangunkannya.

Hingga akhirnya, kelopak mata Nuha bergetar pelan. Ia terbangun. Naru menahan napas, jantungnya berdentum kencang penuh harapan. Lalu, suara lirih itu meluncur rapuh, nyaris berbisik...

...“Kamu… siapa?”...

Seolah-olah dunia runtuh dalam sekejap. Hancur sudah perasaan Naru. Air matanya pecah, mengalir deras tanpa bisa dibendung. Nuha… istrinya… benar-benar melupakannya.

Suasana kamar sempat menegang, hingga kehadiran ibunda, ayah, dan Dina sedikit mencairkan udara. Mereka mendekat, menyapa Nuha dengan suara lembut. Anehnya, Nuha mengenali mereka semua. Senyum samar bahkan sempat terbit di wajahnya.

Naru terdiam.

Tubuhnya kaku, langkahnya goyah. Ia mundur perlahan, membiarkan keluarganya menenangkan Nuha. Tapi di dalam dadanya, pisau tajam telah menancap dalam. Mengapa hanya dirinya yang terlupakan? Mengapa hanya cinta mereka yang terhapus?

Jawabannya menyayat.

Nuha mengalami amnesia selektif.

Pandangan Naru kosong. Air mata menetes di pipi, “Tuhan… apa ini cobaan yang harus kami lalui? Kenapa setelah semua perjuangan, Nuha justru melupakan aku…”

Trauma emosional akut. Nuha mengalami amnesia selektif yang dipicu oleh tekanan psikologis sangat berat. Ingatan tentang suaminya dan hal-hal menyakitkan sementara terhapus atau ditolak oleh pikirannya sendiri sebagai bentuk perlindungan.

Biasanya ingatan tidak hilang seluruhnya, hanya terblokir pada hal-hal tertentu yang dianggap terlalu menyakitkan baginya. Dalam kasus ini, ingatan Nuha tentang Naru, pernikahan, bahkan hubungan mereka bisa jadi masuk ke dalam area itu.

Dokter menyarankan Naru untuk tidak memaksa. Tidak berusaha keras mengingatkan dia secara langsung, karena itu bisa memperparah kondisi. Yang paling penting sekarang adalah membuatnya merasa aman.

Meski hatinya terkoyak, Naru masih bisa bersyukur. Setidaknya, Nuha baik-baik saja. Walaupun harga yang harus ia bayar adalah hilangnya kenangan manis, hilangnya dirinya dari ingatan gadis itu.

Nuha selalu menatapnya seperti orang asing. Setiap kali pria itu masuk, membawa sapaan hangat dan berusaha mencairkan suasana, tatapan Nuha selalu menusuk, seakan berkata, "Siapa kamu? Pergilah! Aku nggak mau kenal."

Bibirnya manyun mirip grumpy cat, tapi justru mata belo itu terlihat menggemaskan. Setiap kali berkedip, Naru seolah menyaksikan bunga yang baru saja mekar di pagi hari. Indah, segar, cantik tapi tak bisa ia petik.

“Kenapa kamu harus selalu hadir dengan wajah tampan yang… membagongkan begitu,” sindir Nuha, suaranya akhirnya terdengar setelah sekian lama hanya diam.

Naru tertegun. Setidaknya kini gadis itu bicara, bukan lagi hanya diam penuh jarak. “Kamu… bener-bener nggak inget sama aku?” tanyanya lirih, menahan getar di dada.

“Entahlah.” Nuha menggeleng kecil. “Aku nggak punya memori tentang dirimu.”

Sejenak Naru menggigit bibirnya, menahan sesak yang terus menghantam berkali-kali. Tapi ia tak ingin lagi tenggelam dalam putus asa. Dengan gerakan kikuk, ia menggaruk tengkuk yang jelas-jelas tak gatal. “Yaa… kalau gitu… kenalan dulu boleh?”

Nuha mendengus. “Jangan SKSD. Aku bukan cewek murahan yang mudah kamu godain.”

Naru tersenyum tipis, perih bercampur hangat. Benar kata Kak Muha dulu. Nuha memang gadis yang sulit ditaklukkan. Gadis introvert yang lebih suka menghindar, menutup diri, bahkan menatap penuh penolakan pada siapa pun yang terlalu dekat. Tapi bagi Naru, itulah pesona yang membuatnya tak bisa berhenti mendekat.

"Aku Naru, aku su--"

Belum sempat menjelaskan, celoteh Nuha sudah memotong. "Bu-" suaranya seperti menahan tawa, seakan baru saja mendengar hal paling konyol.

"Eh?" Naru melongo.

"Naru? Nama macam apa itu? Namamu… aneh!" ucap Nuha nyaris tergelak, tapi wajahnya buru-buru kembali masam, seakan tak mau menunjukkan kelemahannya.

"Nuhaaa…" Naru merengek lirih.

"Stop! Namaku bukan Nuha. Panggil saja aku Nara." Ada getir di matanya. Nuha seakan benar-benar ingin menghapus jejak masa lalunya, bahkan namanya sendiri yang terlalu berat untuk dibawa. Icon sebagai 'Nuha' apakah akan hilang?

"Nara, ya? Manis juga. Kalau begitu… kita kembar, dong." Mata Naru berkilat nakal. "Aku Naru kamu Nara, kembar kan?"

"Apa maksudmu? Jangan samakan aku denganmu, Naru-to bodoh! Pergi sana!"

"Eits!" Naru tiba-tiba merapat, lututnya bertumpu di tepi ranjang. Suaranya merendah, usil tapi lembut. "Kalau aku Naruto, berarti kamu… Shikamaru. Pemalas yang pura-pura cuek tapi sebenarnya jenius. Cocok banget, kan, Nara Shikamaru?"

Chup! Sebelum Nuha sempat membalas, bibirnya dicuri sebuah kecupan singkat.

"Wa--!" Nuha terlonjak, wajahnya merah padam langsung ditutup dengan telapak tangan. "Jangan seenaknya mencium! Aku ini cewek baik-baik, brengsek!" Tangannya buru-buru mengusap bibir yang masih terasa hangat.

Naru tersenyum, matanya terpejam sebentar, seolah menikmati sebuah keajaiban kecil. "Istriku… ternyata Tuhan masih menyayangi kita. Ini udah lebih dari sekedar obat, sayang. Terima kasih, ya."

Deg!

Nuha membeku. Jantungnya kacau, lidahnya kelu. Ia hanya bisa membuang muka dan berseru dengan nada panik, "Keluar dari kamarku!! Aku akan panggil kak Muha untuk menghajarmu. Keluar!!!"

"Baiklah, aku akan keluar. Semoga harimu menyenangkan, Nara. Sekali-kali keluarlah dari kamar. Bermainlah dengan Dina, dia pasti senang."

Sementara itu,

Di apartemen Dilan. Naomi gelisah. Kabar bahwa Naru melaporkan dirinya ke polisi membuat darahnya mendidih sekaligus hatinya runtuh. "Itu artinya… dia benar-benar sudah nggak punya hati lagi buat aku." Suaranya pecah, tangannya meremas rambutnya sendiri. "Lalu… kenapa kamu menghamiliku, Naru?!" teriaknya, penuh amarah dan putus asa.

Dilan berjalan mendekat, lalu meletakkan segelas susu di atas meja dengan bunyi thak pelan. "Menghamilimu?" ia mengulang dengan nada dingin. "Jujur aja, aku sendiri ragu Naru bisa melakukan itu. Kalau memang dia mabuk bareng kamu… harusnya kamu nggak akan ditemukan tergeletak di pinggir jalan."

Wajah Naomi menegang. Tangannya terkepal, suaranya bergetar. "Cukup, Dilan! Aku nggak mau ingat kejadian itu!!"

Dilan bersandar, matanya menyipit tajam. “Jangan kamu kira aku ini bodoh ya. Kamu terlalu sibuk menyalahkan Naru sampai nggak sadar… bisa jadi ada orang lain yang mainin kamu.”

Naomi membeku, “Nggak mungkin!”

“Apa kamu nggak kepikiran kalau malam itu bukan sekadar mabuk biasa?” Dilan mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya berbisik namun menusuk. “Aku jadi khawatir, kalau ‘kehamilanmu’ ini bukan hasil dari Naru sama sekali?”

Deg.

Naomi menelan ludah, tubuhnya gemetar. Bayangan samar malam itu kembali menghantui, potongan memori yang ia tolak untuk diingat. “Berhenti… berhenti ngomong begitu, Dilan!” Naomi menutup telinganya, suaranya pecah. “Aku nggak mau tau! Aku ingin Naru harus tanggung jawab atas semua ini!”

Dilan tersenyum miring, “Kamu terlalu buta sama obsesimu. Dan buta itu berbahaya, Naomi… apalagi kalau ternyata monster yang kamu kejar bukan Naru, tapi seseorang yang jauh lebih kejam, yaitu dirimu sendiri.”

"Cukup..."

"Baiklah."

"Please… tenangkan aku, Dilan. Please..." Suara Naomi parau, nyaris putus asa.

Tangan Dilan akhirnya terulur, merengkuh tubuh wanita hamil itu ke dalam pelukannya. Hangat dan menenangkan. "Aku tidak bermaksud menghancurkan mentalmu," bisiknya pelan. "Aku hanya ingin menyadarkanmu. Tapi… karena kamu selemah ini, aku akan selalu ada di sisimu."

Air mata Naomi mengalir, namun bibirnya bergetar dengan pinta yang mengejutkan, "Bisakah kamu menciumku? Sentuhlah aku, Dilan. Buat aku larut dalam keintiman. Beri aku s3k seperti yang Naru berikan padaku."

Dilan menatapnya lama, lalu menggeleng tegas. "Itu… tak akan pernah kulakukan. Aku bukan playboy bejat seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya pria yang suka menenangkan hati wanita. Kalau kamu ingin selain itu, aku turuti. Shopping? Healing? Makan di restoran mewah? Aku bisa."

Naomi menahan napas. Senyum samar muncul di bibirnya. "Kalau begitu… cabutlah tuntutan Naru."

Dilan mengangguk. "Baiklah. Aku juga bisa melakukan itu."

Naomi memejamkan mata, menyembunyikan senyum liciknya. Dalam hati ia berbisik, "Setelah laporan polisi itu dicabut, aku akan kembali membalas. Aku akan temui Maya-san dan paman untuk menunjukkan perut ini. Dan kali ini… mereka tidak akan bisa menolak aku."

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!