NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Bekas Edward

Saat meninggalkan ruang tamu, Susan langsung menuju ke kamarnya. Beberapa pelayan terkejut melihat Susan tergesa-gesa. Karena mereka mendengar kabar bahwa Nyonya itu baru saja di culik.

Susan langsung menuju ke telpon yang ada di atas laci sebelah ranjangnya. Memencet beberapa angka disana. Menelpon seseorang. Namun sudah tiga kali Susan mencoba tak kunjung mendapat jawaban.

Lalu dia mencoba menelpon nomor yang lain. Beruntunglah langsung di jawab.

"Traver, dimana Peter?" Tanya Susan di telpon.

"Nyonya! Anda baik-baik saja?" Traver malah menanya balik, karena dia belum mendapat kabar apapun soal kepulangan Susan.

Peter dan Traver masih di kepolisian untuk mengurus perihal bom yang meledak di kafe tadi siang. Kepolisian dan pemerintah benar-benar memeras mereka habis-habisan.

Peter yang mendengar Traver berbicara di telpon segera merampas ponselnya. "Susan?"

"Peter? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Susan lagi.

"Harusnya aku yang bertanya kondisi mu! Kau ada dimana?" Tanya Peter.

"Aku sudah di mension. Ceritanya panjang sekali. Kau cepatlah pulang!" Pinta Susan.

"Aku akan segera pulang setelah semuanya beres. Kau tetap tunggu di mension dan jangan pergi kemanapun!" Kata Peter sembari menutup telpon.

******

Susan menunggu Peter hingga pukul 2 pagi. Dia sudah menunggu selama 2 jam, tapi Peter belum juga kembali.

Akhirnya Susan memutuskan untuk pergi membersihkan badannya terlebih dahulu, berganti piyama dress berwarna maroon yang panjangnya selutut. Serta seutas tali di bahunya semakin membuat leher jenjang Susan terlihat seksi.

Saat dirinya masih berada di walk in closet, Susan mendengar seseorang memanggilnya.

"Peter." Ucap Susan. Wajahnya langsung berubah kegirangan mendengar suara Peter.

Susan berlari mencari dimana asal suara Peter. Sedangkan Peter masih berdiri di depan pintu kamar yang besar dan tinggi. Mereka pun saling memandang dan tersenyum. Tiba-tiba air mata Susan sudah membasahi pipinya.

Susan berlari ke pelukan Peter. Yang membuat tangisannya semakin pecah.

"Tenang saja, sekarang kau sudah aman. Aku sudah mendengar semuanya dari ayah." Kata Peter.

"Aku takut..." Susan masih menangis di pelukan Peter.

"Edward sudah membereskan mereka. Tapi, apakah dia tidak berbuat buruk pada mu?" Tanya Peter.

Seketika Susan terdiam. Termenung dengan pertanyaan Peter. Jika bisa, jika boleh, Susan sangat ingin menceritakan semuanya pada Peter. Apa yang sudah Edward lakukan pada dirinya. Tapi apa boleh buat, Susan terlanjur setuju dengan kesepakatan itu.

Akhirnya Susan hanya menggeleng lemah. Peter meraih tangan kanan Susan dan memegangnya lembut.

"Apa masih sakit?" Tanya Peter.

Pergelangan tangan Susan memang memerah dan lebam. Pasti karena Susan berusaha melepaskan borgol itu.

Belum sempat menjawab, Peter sudah mencium bibir Susan. Pelan, pelan, semakin lama semakin dalam. Mereka berdua tenggelam dalam lautan gairah. Tubuh mereka pun semakin memanas.

"Apa aku boleh melakukannya sekarang? Aku benar-benar ingin." Kata Peter.

Susan mengangguk. Sebenarnya dia merasa sangat lelah dengan kejadian hari ini. Di tambah ini sudah jam 2 dini hari. Namun, ciuman Peter mampu membangkitkan saraf-sarafnya.

Sudah sebulan penuh mereka tidak melakukannya. Walaupun Peter sangat ingin, dia harus menahan diri karena mengingat keadaan Susan yang baru saja keguguran. Di tambah setiap malam Susan selalu menangisi mendiang calon anaknya.

Susan juga seakan lupa akan kewajibannya sebagai seorang istri. Membiarkan Peter begitu saja tanpa ada yang mengurusnya. Tak membuatkan teh di lagi hari, tak menyiapkan bajunya dan membiarkan Peter pergi ke perusahaan begitu saja.

Malam itu, Susan seakan ingin menebus kesalahannya. Sebenarnya dia juga ingin karena terprovokasi dengan ciuman Peter.

Peter yang melihat Susan menganggukkan kepala langsung tersenyum. Dia mengangkat tubuh mungil Susan untuk menggendongnya sembari mencium lagi bibir Susan.

Peter membawa Susan ke ranjang. Membaringkan Susan disana. Membuat piyama Susan sedikit menyingkap. Peter yang melihat itu menyeringai, bertambah semangat untuk menghabiskan malam ini dengan panas.

Peter mulai menciumi paha Susan. Paha yang mulus dan putih bersih. Menciumi hingga ke pangkal paha, membuat Susan memejamkan matanya menahan kenikmatan yang di berikan oleh Peter.

Peter melumat paha itu, kadang juga membuat tanda-tanda cinta disana. Tangannya mulai meraba milik Susan.

"Sepertinya kau memang menyambut ku malam ini." Kata Peter yang menyadari Susan tak memakai segitiga bermuda.

Susan tersenyum malu, dia memang sangat merindukan malam yang panas bersama Peter. Sengaja tak memakai segitiga bermuda untuk jaga-

"Kau mulai nakal rupanya." Tangan Peter mulai naik turun meraba milik Susan.

Lalu memasukkan kedua jarinya kesana. Sontak Susan membusungkan dadanya menahan kenikmatan.

"Aagghhh.. Sakitt.. Satu jari saja!" Pinta Susan.

Peter menurutinya. Dia mengeluarkan jari telunjuknya. Lalu melanjutkan dengan jari tengahnya saja. Itu saja sudah membuat Susan tak mampu menahannya lagi.

"Cepat lakukan, Peter!" Pinta Susan lagi.

Peter yang mendengar itu kembali menyeringai. Dia juga sudah tak tahan ingin mengagahi istrinya lagi.

Peter dengan cepat membuat jas dan kemejanya, membuangnya ke sembarang arah. Lalu cepat-cepat membuka gesper dan celana. Kini pria tampan gagah itu hanya menggunakan celana dalam.

Dia langsung mengangkat piyama Susan sampai ke perut, menciumi tubuh Susan dengan penuh gairah.

Susan dapat melihat sesuatu yang sudah mengeras dan berdiri tegak sedari tadi. Tertutup celana dalam berwarna hitam yang membuatnya merasa ingin cepat mendapat kenikmatan yang lebih.

Peter berpindah ke gunung kembar milik Susan. Terasa semakin padat pertanda Susan sedang panas-panasnya. Dia meremas keduanya, memintil ujungnya lalu menyesapnya. Benar-benar malam yang panas bagi mereka.

Peter beralih ke bibir Susan, menciumnya begitu dalam. Seperti sedang melampiaskan nafsu yang tertahan selama sebulan. Tangan Susan mulai meraba milik Peter, begitu keras dan menegang. Sampai Susan dapat merasakan urat-uratnya berdenyut.

Peter yang merasakan itu menutup matanya dan mengerang kenikmatan. Lalu dia menciumi telinga Susan, menggigitnya pelan. Membuatnya Susan semakin tak karuan.

"Hmmbbb.." Suara Susan akhirnya lolos.

"Lakukan sekarang, Peter!" Pinta Susan.

Peter tiba-tiba berhenti dan mengangkat tubuhnya, masih berada di atas tubuh Susan.

"Siapa yang melakukannya?" Tanya Peter memicingkan mata.

Susan terkejut dengan pertanyaan Peter. Memaksa dirinya untuk cepat-cepat keluar dari lautan gairah.

"Melakukan apa?" Susan tak mengerti.

Sontak Peter bangkit dan menarik tangan kanan Susan. Sepertinya dia lupa jika tangan kanan Susan lebam.

Susan yang terkejut dengan perilaku Peter langsung ikut bangkit dari ranjang. Peter menarik tubuh Susan menuju walk in closet. Susan tak dapat berkutik, dia hanya mempercepat langkahnya mengikuti Peter.

Peter berhenti di depan cermin yang besar. Memperhatikan dirinya yang hanya menggunakan celana dalam dan Susan yang sudah berantakan di mabuk gairah.

Namun tiba-tiba saja Peter menarik Susan agar menghadap ke tubuhnya. Manarik rambut panjang Susan ke bahu kirinya. Lalu menunjuk sesuatu di belakang telinga Susan.

"Siapa yang melakukannya?" Tanya Peter lagi.

Susan terkejut dan membulatkan kedua matanya. Maju selangkah ke cermin untuk melihat lebih jelas. Itu adalah bekas cupang, tepat di belakang telinganya.

"Kau memang badjingan, Edward!" Batin Susan mengumpati Edward.

Susan termenung di depan cermin dengan pikiran-pikirannya.

"Siapa?" Tanya Peter sekali lagi.

Susan menggeleng pelan. "Aku tidak tau!"

"Bukan dia kan? Apa dia memaksa mu melayaninya?"

Sontak Susan menelan ludahnya dengan kasar. Susan tau, pasti Peter tidak suka dengan kehadiran Edward di kehidupan mereka. Karena Peter juga tau bagaimana hubungan istrinya dan Edward dulu. Bagaikan kuku dan jari, rambut dan kulit, darah dan daging. Mereka begitu lengket dan tak terpisahkan.

Di tambah lagi, Edward lah yang membantu Susan saat di culik oleh musuh. Pasti Peter merasa tersaingi sekarang.

"Aku tidak tau, Peter!" Jawab Susan.

"Aku pingsan dan saat aku sadar aku melihat Edward dan James menembak beberapa orang." Lanjut Susan berusaha menjelaskan.

"Jadi, sebenarnya kau juga tidak tau persis siapa yang menculik mu. Edward atau mafia-mafia kecil itu." Kata Peter mulai curiga.

Susan gelagapan, padahal jawaban itu sudah sesuai dengan apa yang minta oleh Edward sebelumnya agar dirinya tak di tanyai banyak hal. Namun, seakan jawaban itu menjadi boomerang bagi dirinya sekarang.

Susan berpikir keras untuk menjawab. "Jika Edward yang melakukannya, tidak mungkin dia akan mengantar ku pulang kan?" Akhirnya jawaban itulah yang keluar dari mulutnya.

"Kau tau dia, Peter. Dia tidak mungkin mengantarku kembali pada mu, padahal dia sangat menginginkan diriku." Sambung Susan.

"Itulah yang sedang aku pikirkan. Mengapa dia datang di waktu yang tepat. Mengeluarkan ku dari kepolisian dan menawarkan diri menjadi investor di perusahaan kita dengan jumlah yang sangat besar." Kata Peter.

Susan seakan kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Tenggorokannya tersekat. Karena Susan juga terkejut mengapa Edward begitu cepat mengambil tindakan. Dia kira Edward hanya akan mengeluarkan Peter dari kepolisian saja malam ini.

"Bukankah Edward orang yang perfeksionis? Bukankah tindakannya ini akan di curigai oleh ayah dan Peter?" Batin Susan.

"Susan, jika dia berani menyentuh mu! Katakan pada ku, aku sendiri yang akan mematahkan tangannya." Peter yang terbawa emosi menggenggam pergelangan tangan Susan begitu kuat.

Susan meringis kesakitan, memegang tangan Peter agar melepaskan genggamannya.

Peter tersadar dan segera melepas tangan Susan. "Maaf, sayang!" Ucap Peter .

"Pergilah istirahat, aku akan mandi." Peter meninggalkan Susan yang masih berdiri memegangi pergelangan tangannya.

Susan hanya melihat punggung Peter yang berlalu masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras. Akhirnya dia memutuskan kembali ke ranjang.

Berbaring di atas kasur yang empuk dan besar. Pikiranya menerka-nerka dan mengumpati Edward.

"Apa yang sebenarnya dia rencakan? Apa dia benar-benar meniduri diriku saat aku pingsan? Apa dia sengaja menyuntikkan itu agar dia bisa meniduri diriku dengan bebas tanpa khawatir aku akan mengandung anaknya? Tapi bukankah itu yang dia mau, dia selalu memimpikan memiliki 2 atau 3 anak bersama ku?"

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi pikiran Susan. Membuat kepalanya pening.

Sampai Peter selesai mandi pun, Susan masih belum bisa tertidur. Dia seakan di hantui oleh sosok Edward yang menjadi dalang ini semua.

Peter naik ke atas kasur dan langsung berbaring disana. Membelakangi Susan tanpa berkata apapun. Membuat Susan semakin bingung dan tak tau harus melakukan apa.

Gairah dan hasrat yang sudah memuncak seakan hilang begitu saja. Mereka tak melanjutkannya. Malam yang panas itu gagal. Membuat Susan kembali mengumpati Edward di dalam hatinya.

"Jika kau tidak bisa membuktikan apapun dalam 3 bulan, aku yang akan mematahkan tangan mu, Ed!" Batin Susan.

Akhirnya mereka berdua sama-sama tertidur tanpa ada yang berkata sepatah katapun. Dan tak ada yang berani memulai membuka pembicaraan.

Bersambung...

1
Adi Putra
ku tunggu janda mu🤣
Adi Putra
dalam batin Edward, akhirnyaaaa🤣
Adi Putra
menggatal🤣
Riska Rosiana
🥲🥲🥲
Riska Rosiana
auto trauma🤣
Andreee
kesempatan🤣
Andreee
mampus kouu ana
Andreee
pokol teros peterr, jan kasih amponn
Andreee
🤣🤣🤣🤣
Andreee
amunisi gk tuu
Adi Putra
kasi napas eddd🤣
Riska Rosiana
🤣🤣🤣🤣
Olivia
susan bakal plh pa y
Adi Putra
Edward ini katanya cinta, tp nyusain susan mulu y
Olivia
Peter bangs*t bgt ya, benci bgt gue
Olivia
Peter ma Anna jodoh keknya, sama2 gk ada otak
Riska Rosiana
Wait waittt Peter bisa menggila jg ye
Riska Rosiana
Oh jadi si Peter yg selingkuh..aku kira susan yg bakalan selingkuh ama edward
Riska Rosiana
kayaknya Susan ini masih ada perasaan ya sm si edward
Adi Putra
si Edward bener bener lu ye
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!