Camelia mengulurkan tangannya untuk Raisa, ketika mereka masih kecil. Camelia meminta orang tuanya mengadopsi Raisa, menjadi kakaknya, karena Raisa sudah menjadi yatim piatu akibat kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan.
Sayangnya setelah dewasa, keduanya jatuh cinta pada pria yang sama. Raisa yang merasa iri dengki pada Camelia yang mendapatkan segalanya. Bahkan tega meracuni kedua orang tua Camelia, juga Camelia. Bahkan membakar rumahnya.
Setelah itu, Raisa melakukan operasi plastik persis seperti wajah Camelia. Rayyan yang baru kembali dari luar negeri, membawa Camelia palsu ke rumahnya, menikahinya.
Tanpa dia tahu, Camelia yang asli tengah berjuang antara hidup dan mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Awal Pertemuan Mereka
Sepasang suami istri dan anak mereka tengah berencana untuk liburan bersama. Namun ketika mereka menuju ke tempat dimana mereka akan menyenangkan hati putri mereka yang masih berumur 6 tahun itu. Mereka dikejutkan dengan sebuah kecelakaan yang terjadi di depan mereka.
"Sayang, kamu jaga Caca. Aku akan lihat apa yang terjadi!" kata pria itu.
Sang istri patuh, mengangguk dan memeluk anaknya yang duduk di jok belakang.
"Ibu, ayah mau kemana?" tanya gadis kecil bergaun hijau muda itu.
"Ayah akan menyelamatkan orang. Bukankah ayah Caca hebat? ayah Caca selalu menyelamatkan oran!" jawab wanita itu.
Wanita itu bernama Vania, dan suaminya Keanu. Keduanya adalah dokter yang bertemu dan jatuh cinta karena bekerja di sebuah rumah sakit yang sama. Keduanya sudah menikah selama 10 tahun. Dan memiliki seorang putri cantik berusia 6 tahun.
Gadis itu tersenyum senang. Dia juga bangga sekali pada ayahnya, yang memang sering menyelamatkan orang.
Namun tidak berselang lama. Keanu kembali dengan terburu-buru ke mobil.
"Vania, panggil ambulans Kecelakaannya parah!" ujar Keanu cepat dan segera berlari lagi untuk melihat bagaimana korban kecelakaan itu.
Vania yang memang sudah mengerti apa yang harus dia lakukan. Segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ambulans. Namun di dalam mobil, sinyalnya tidak bagus.
"Sayang, jangan kemana-mana ya. Sinyal ibu tidak bagus di dalam mobil. Ibu akan segera kembali!" kata Vania pada putrinya.
Vania keluar dari dalam mobil, dan mencoba untuk menghubungi ambulans.
Sementara itu dari dalam mobil, gadis kecil yang memegang boneka panda itu melihat ke arah belakang mobil. Kaki mungilnya berlutut di jok belakang. Dia melihat kerumunan orang banyak. Juga kepulan asap.
Tapi daripada itu, sebuah pemandangan membuatnya terpaku. Seorang anak kecil, mungkin seumuran dengannya. Dengan pakaian yang tidak bagus, sedang menangis sendirian sambil berjongkok di dekat dinding pagar sebuah bangunan.
Air matanya berderai, mungkin dari dalam mobil tidak terdengar suaranya. Tapi Camelia merasa, pasti anak kecil itu sedang menangis sambil menjerit. Terlihat dari bagaimana dia membuka mulutnya, dan tatapannya yang bingung, juga matanya yang terus mengalir tanpa henti.
Rasa penasaran membaut gadis kecil itu keluar dari dalam mobilnya. Dan berlari ke arah anak kecil itu.
"Kakak, kakak kenapa?" tanyanya dengan polos.
Namun anak kecil di depannya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Camelia. Anak itu bahkan terus menangis semakin kencang dan semakin kencang.
Tangan mungil Camelia, bergerak ke arah wajah anak kecil perempuan itu. Menyeka air matanya dengan tangan mungilnya.
"Jangan menangis kakak!" katanya polos.
Camelia kecil, sama sekali tidak tahu. Kalau ternyata anak perempuan di depannya itu baru saja kehilangan ayah dan ibunya. Mereka meninggal di tempat kejadian. Di tabrak oleh mobil yang kehilangan kendalinya, saat sedang sama-sama memulung.
Sementara Camelia tidak mengerti kenapa anak itu menangis sampai seperti itu. Vania yang sudah berhasil menghubungi ambulans segera kembali ke mobil.
"Sayang, ibu..." ucapan Vania terjeda. Dia tidak melihat putrinya itu di dalam mobil.
Vania langsung panik.
"Camelia, sayang! Camelia!" panggil Vania dengan kedua telapak tangan berada di kanan dan kiri mulutnya.
Mendengar suara ibunya berteriak memanggil namanya. Camelia menoleh ke arah ibunya. Gadis kecil yang tadinya berjongkok dan terus menyeka air mata anak perempuan malang di depannya itu. Segera berdiri dan melambaikan tangannya pada ibunya.
"Ibu, aku disini!" teriak gadis kecil menggemaskan itu.
Vania yang mendengar suara putrinya, dan melihat putrinya baik-baik saja. Memegang dadanya, tadi jantungnya sungguh nyaris berhenti. Ketika tidak mendapati anak semata wayangnya itu di dalam mobil.
Vania dengan cepat menghampiri Camelia.
"Sayang, apa yang kamu lakukan di..." ucapan Vania terjeda, ketika pandangannya tertuju pada anak perempuan yang tengah terduduk tak berdaya sambil menangis itu.
"Ibu, kakak ini terus menangis!" jelas Camelia yang matanya bahkan sudah berkaca-kaca.
Sepertinya melihat anak perempuan itu menangis. Camelia kecil juga merasa begitu sedih.
Vania kemudian berjongkok, mengusap dengan lembut kepala anak perempuan itu.
Tapi matanya melebar, melihat siku dan lutut anak perempuan itu berdarahh.
"Kamu kenapa nak? kamu..."
"Nyonya, dia anak dua pemulung yang mati mengenaskan itu. Mereka sering memulung di tempat ini. Mungkin apesnya mereka. Mobil itu katanya rem nya blong. Untung anak ini tadi langsung di angkat di lempar sama ayahnya dari gerobak. Kalau gak, mungkin anak ini juga gak selamat!" kata salah satu penjual pinggir jalan yang sepertinya mengenal anak itu.
Vania memandang anak itu dengan kasihan.
"Siapa nama anak ini ya Bu?" tanya Vania pada ibu penjual minuman pinggir jalan itu.
"Kalau yang saya pernah dengar, ayah sama ibunya panggil dia Raisa. Rumah aja gak punya mereka nyonya. Mereka tinggal di kolong jembatan. Baju anaknya ini aja, kemarin dapat pengasihan orang! gimana nasib anak ini sekarang. Apa bisa di bawa ke panti asuhan aja Nyonya! kasihan!" kata ibu itu lagi.
Vania kembali menatap ke arah anak yang bernama Raisa itu.
Dengan lembut, tanpa rasa jijik sama sekali. Vania mengusap lembut wajah Raisa.
"Kasihan sekali kamu nak!" lirihnya sedih.
"Bu, boleh tidak. Kalau kakak ini kita ajak pulang. Jadi kakak Caca?" tanya Camelia kecil dengan sangat polos pada ibunya.
Ibu pemilik warung pinggir jalan itu sampai tertegun mendengar ucapan Camelia kecil.
"Baek bener hati kamu nak. Semoga kamu mendapatkan apapun yang kamu inginkan ya!" kata ibu penjual itu sebelum pergi, karena dia sudah cukup lama meninggalkan warungnya.
Vania tersenyum pada Camelia.
"Mungkin kita juga berjodoh dengan Raisa, nak. Makanya dari sekian banyak hari ayah dan ibu cuti. Kita pergi hari ini. Camelia mau Raisa jadi kakakmu?" tanya Vania.
Dan gadis kecil itu mengangguk dengan cepat.
"Iya mau, Bu!"
"Baiklah, setelah ayah mengurus semuanya. Kita akan ajak Raisa pulang ke rumah kita. Jadi kakak Caca"
Camelia kecil bersorak senang. Dia segera memeluk Raisa yang masih menangis ketakutan itu.
"Sekarang kita ajak kakak Raisa ke mobil. Kita obati lukanya!"
"Hem!" angguk Camelia kecil dengan sangat patuh.
Tanpa mereka sadari, sebenarnya membawa Raisa ke kehidupan mereka. Adalah kesalahan paling besar yang telah mereka lakukan.
***
Bersambung...
m...
sulit berpaling dari pesona Camelia 🤭
hatinya Raisa kotor sekali ya, minta di Rinso sepertinya biar bersih tanpa noda 🤣🤣🤭🤭
kok jadi kayak gitu anaknya 🤭