NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Teringat Masa Lalu

Sore itu, di ruang perawatan, Wulan dengan santai menimang putranya setelah selesai menyusuinya. Tatapannya lembut, suaranya lirih ketika berkata,

“Dia sangat mirip dengan almarhum Mas Didi…”

Mama Rini yang duduk di sampingnya mengelus pundaknya pelan.

Wulan tersenyum menoleh ke arah ibunya.

“Jangan larut dalam kesedihan, Nak,” ucap Mama Rini lembut.

“Tidak, Ma. Aku sudah tidak sedih lagi. Aku sudah ikhlas. Saat ini, aku hanya ingin anakku sehat. Mas Didi pasti bahagia kalau aku merawat putra kami dengan baik.”

“Kamu pasti bisa, Nak. Yang penting, selalu jaga kondisi tubuhmu agar tetap kuat.”

“Tentu, Ma. Apalagi aku juga ingin membantu Baby Rey. Aku harus bisa menjaga diriku dengan baik.”

Mama Rini tersenyum bangga. “Putri Mama memang hebat.”

“Karena Mamaku wanita hebat. Cermin hidupku ya Mama.”

Mama Rini tak kuasa menahan haru, lalu memeluk Wulan dari samping.

Namun suasana hangat itu tiba-tiba terusik oleh suara ceria.

“Wah… ada apaan nih? Masuk-masuk langsung dapat pemandangan so sweet Mama sama Wulan.” Adam yang baru datang bersama Papa Dean sengaja menggoda mereka.

“Ck… berisik, Kak…” Wulan manyun.

Adam malah tertawa tanpa rasa bersalah. “Ponakan jagoan Kakak boleh digendong nggak, Lan?”

“Boleh, tapi cuci tangan dulu,” jawab Wulan tegas.

“Siap, Bu Bos!” Adam langsung menuju kamar mandi.

Sementara itu, Papa Dean menghampiri Wulan. Setelah mengecup kening putrinya dan si kecil, ia melangkah ke sisi Mama Rini, lalu bersandar manja di bahu istrinya. Seperti itulah cara ampuhnya mengusir lelah.

“Kerjaan banyak, Pa?” tanya Wulan, menangkap wajah ayahnya yang tampak letih.

“Lumayan,” jawab Dean singkat namun hangat.

“Maksud Papa, lumayan banyak dan ribet karena ada klien yang rewel,” sahut Adam ketika keluar dari kamar mandi.

“Kak Adam jangan bikin Papa tambah lelah dong. Kakak kan ada di kantor, harusnya bantu Papa biar nggak terlalu capek,” celetuk Wulan sambil melirik kakaknya.

Dean terkekeh. Anak perempuannya itu, sejak dulu paling cerewet soal dirinya, meski tetap saja manja.

“Pasti, dong. Kakak nggak mungkin biarin Papa kerja sendirian. Tapi semua ada alurnya. Bagaimanapun juga, di perusahaan ada aturan dan sistem yang harus jadi koridor Kakak saat bekerja,” jelas Adam sambil dengan hati-hati mengambil keponakannya dari gendongan Wulan.

Dean masih bersandar pada bahu istrinya sambil ikut berbicara.

“Damar pulang jam berapa, Ma?”

“Mungkin jam makan malam. Katanya masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan,” jawab Mama Rini.

“Sejak terjun langsung ke perusahaannya, dia makin sibuk,” gumam Dean.

“Itu juga sudah pilihannya, Pa. Lagi pula, Papa sendiri yang support waktu dia bilang ingin akuisisi perusahaan perhiasan Opa Felix. Ya sekarang, beginilah jadinya,” sahut Mama Rini.

Dean menghela napas, teringat masa lalu. “Saat itu Papa lihat dia sangat tertarik pada bidang itu. Walau masih anak SMA yang belum sepenuhnya mengerti bisnis, dia sudah banyak belajar dari Opa Felix. Papa lihat keseriusannya. Jadi Papa cuma bantu akuisisi perusahaan peninggalan Opa Felix, dengan begitu dia bisa meneruskan perusahaan perusahaan opa felix sekaligus berkembang di bidang yang dia sukai.”

Rini tersenyum, lalu mengelus kepala suaminya yang masih bersandar manja.

“Terima kasih, Pa… selalu memberi yang terbaik untuk anak-anak kita.”

***

Di sebuah rumah yang asri dan tenang, Stasia sedang bercengkerama dengan seorang wanita paruh baya. Wanita itu duduk di atas kursi rodanya, wajahnya sumringah. Terlebih lagi, ada sosok bocah kecil yang sangat ia rindukan kini berada di dekatnya.

“Terima kasih sudah menjaga cucu Tante dengan baik, Si,” ucap wanita itu lembut.

Stasia tersenyum. “Ares juga bagian dari keluarga saya, Tante. Justru saya yang berterima kasih karena Tante mengizinkan Ares bersama saya.”

“Tidak ada alasan bagi saya menolak permintaanmu. Sejak kecil, Ares memang lebih dekat denganmu dibanding dengan Tante. Kamu sudah ada untuknya bahkan sejak dia masih dalam kandungan anak Tante. Kamu ikut merawatnya, kamu lebih tahu bagaimana dia. Tante tidak bisa egois mengambilnya darimu.”

Stasia menunduk, suaranya bergetar menahan haru. “Tante adalah nenek yang selalu Ares banggakan. Meski terpisah jarak, Ares tetap menganggap Tante sosok nenek yang hebat di matanya.”

Wanita itu menghela napas pelan, matanya berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Nak. Tante banyak berhutang budi padamu. Kamu anak yang baik.”

Stasia menggeleng. “Tidak, Tante. Tante tidak pernah berhutang budi.”

Wanita itu tersenyum tipis lalu berkata pelan, “Andai Andreas mau, Tante pasti izinkan dia menikah denganmu.”

Stasia terkekeh ringan. “Kak Andre berhak bahagia dengan wanita pilihannya. Aku selalu menganggap Kak Andre seperti kakakku. Jadi, akan sulit bagi kami kalau harus melangkah ke hubungan asmara.”

Wanita itu ikut terkekeh kecil. “Kalau begitu, kalau kamu menganggap Andreas kakakmu, maka kamu harus menganggap Tante sebagai bundamu. Jadi tidak ada lagi panggilan ‘Tante’. Yang ada hanya… ‘Bunda’.”

“Tante…” Stasia refleks memanggil seperti biasa.

“Hmm? Kok masih Tante?” goda wanita itu sambil tersenyum.

Stasia menahan tawa, lalu berkata lirih, “Bunda…”

Wanita paruh baya itu mengusap lembut puncak kepala Stasia. “Melihatmu, membuat rindu pada almarhumah putriku sedikit terobati.”

Suasana mendadak haru. Stasia merasakan dadanya hangat. Kehadiran Maya membuatnya merasa lebih disayang, lebih dipeluk. Ia tidak sendiri. Perasaan itu mengingatkannya pada Rini, wanita pertama yang dulu memperlakukannya seperti anak sendiri. Tiba-tiba ia merindukan sosok itu.

Sementara di tempat lain, seorang pria melangkah masuk ke kamar rawat Wulan. Wajahnya terlihat begitu lelah, seolah sedang menanggung beban yang teramat berat.

Wulan hanya menatapnya, tak segera bertanya.

Pria itu, Damar, langsung menghampiri Rini, lalu tanpa berkata apa-apa memeluk ibunya erat. Ia kemudian merebahkan kepala di pangkuan Rini, seakan hanya di sana ia bisa bernafas lega.

Semua mata di ruangan itu saling berpandangan, heran. Sikap Damar mengingatkan mereka pada masa lalu, pada saat pertama kali ia merasa kehilangan seseorang.

“Apakah harimu begitu berat, Nak?” tanya Rini lembut sambil mengusap rambut putranya.

Damar mengangguk pelan, matanya masih terpejam.

“Putra Mama adalah pria hebat. Kamu tahu apa yang harus dilakukan. Tapi sehebat apa pun kamu, tidak apa-apa kalau ingin berkeluh kesah. Kamu boleh menumpahkan semua gundahmu di depan Mama,” ucap Rini lirih, penuh kasih.

“Terima kasih, Ma…” suara Damar bergetar. Ia menggenggam tangan Rini erat, seakan mencari pegangan agar tidak jatuh dalam kerumitan batinnya sendiri.

Wulan memandangi saudara kembarnya dengan iba. Ia tahu persis bagaimana karakter Damar, sekali ia merasa nyaman, sekali ia jatuh hati, akan sulit baginya untuk melepaskan.

Dan entah mengapa, naluri Wulan berkata bahwa yang membuat Damar sesulit ini… lagi-lagi adalah karena sosok masa lalu, Stacy. Saudara kembarnya itu belum juga bisa benar-benar move on.

Mungkin memang inilah ikatan batin antara mereka, saudara kembar yang saling merasakan luka yang tak pernah benar-benar terucap.

1
Erna Fadhilah
sangat sangat sangat banyak kan malah
Erna Fadhilah
menang di Damar kalau posisinya kaya gitu 😁😁
Nittha Nethol
lanjut kak.jangan pakai lama
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
asiiik 😂😂😂skrg gantian Damar yang ngejar Stacy ya😄😄
Erna Fadhilah
pada shock semua ini denger Ares manggil Damar dengan panggilan papa 😁😁
Erna Fadhilah
kamu ikuti aja Stacy nan pas akhir pekan biar kamu tau siapa orang yang di panggil sayang sama Stacy
Erna Fadhilah
Stacy bingung dia mau sama Ares tp di suruh sama Damar ketemu mama Rini
Erna Fadhilah
kirain tidur di kamar di dalam ruangan Damar 😂😂
Erna Fadhilah
tenang res sebentar lagi kamu bakal punya papa yang bakal sayang sama kamu
Erna Fadhilah
jangan jangan orang yang di maksud Stacy itu pak hadi sama hana 🤔🤔
Erna Fadhilah
yang di panggil sayang sama Stacy itu Ares ponakannya bukan orang special lainnya Dam 🤦‍♀️😁
Erna Fadhilah
makanya Dam ingat kata mama Rini ya kamu jangan gedein gengsi nanti bakal nyesel baru tau rasa
Erna Fadhilah
kirain wulan atau ayu eeeh ternyata mama Rini yang masuk ruangan Damar
Erna Fadhilah
siapa tu yg datang, wulan atau ayu kah🤔🤔
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
begitu Damar masuk langsung liat pemandangan yang buat dia kebakaran
Erna Fadhilah
hana PD sekali mengaku calon istri Damar, masih untung Damar ga langsung ngomong sama para karyawan kalau hana bukan calon istrinya, kalau sampai itu terjadi bisa malu pakai banget pasti
Erna Fadhilah
aku seruju banget kalau wulan sama Andre
Erna Fadhilah
aku penasaran adam belum nikah ya thor, padahal kan dia lebih tua dari wulan dan Damar, wulan aja malah udah punya anak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!