NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mafia / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / CEO / Menikah dengan Musuhku / Diam-Diam Cinta
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir tertangkap Rayyan

Ayra jongkok di dekat kotak sampah besar di ujung gang sambil ketakutan. Ia tutupi wajah dengan kedua lengannya, tak berani menatap anjing yang terus mengerang, memperlihatkan barisan gigi tajamnya tepat di hadapan Ayra.

"Jangan mendekat...! Ku mohon pergilah!" rintihnya.

Anjing itu terus berdiri mengawasinya, ia mengerang sambil sesekali menggonggong.

"Moni...! Moni....!"

Tiba tiba ada seseorang mendekat dan memanggil anjing itu dengan panggil Moni.

Anjing itu menoleh dan berbalik mendekat ke arah orang itu.

Ayra membuka sedikit lengannya, ia melihat sepasang kaki memakai sepatu pria sedang memberi makan anjing itu.

Setelah diberi makanan, pria itu memerintahkan anjing itu untuk pulang, dan anjing itu dengan menurut kembali berlari pulang.

Ayra terkejut sekaligus bersyukur, ia membuka semua lengannya lalu berdiri sambil membersihkan celananya.

Saat akan mengucapkan terimakasih pada orang itu, ia terkejut sekaligus panik. Karena ternyata orang yang telah menolongnya itu adalah Rayyan.

Rayyan tersenyum, lalu melangkah memeluk Ayra.

"Ternyata benar kamu Ayra istriku. Aku sangat merindukanmu Ayra...!" ucapnya terus mendekap tubuh Ayra hingga sesak.

"Lepas...! Lepasin aku..!!" teriak Ayra berusaha lepas dari pelukan Rayyan.

"Kenapa? Kenapa Ayra? Apa kamu tidak merindukan suamimu ini?!"

"Brengsek...! Lepasin aku!" Ayra terus memberontak, ia pukuli dada Rayyan sekuat yang ia bisa.

Akan tetapi, Rayyan justru semakin erat mendekapnya, ia tak memberi kesempatan sama sekali Ayra untuk lolos.

"Ayo ikut aku ke rumah, aku akan tunjukkan padamu rumah baruku!" ajak Rayyan.

Ayra tak memperdulikannya, tak kehabisan akal, ia injak kaki Rayyan kuat kuat.

"Auuu...!" Rayyan meringis, dan tak sadar ia melepaskan pelukannya.

Merasa memiliki kesempatan, Ayra segera melepaskan diri dan mundur menjauhi darinya.

"Jangan mendekat...! Atau ku pukul kau dengan balok ini!" ancam Ayra sambil menodongkan balok yang ia ambil dari kotak sampah.

"Kamu kenapa sayang? kamu mau melukai ku? Ayo lah...! Aku sangat merindukanmu!"

"Ciihh...!! Aku tak sudi lagi memiliki suami macam kamu!! Pergi dari sini!!!" ancam Ayra terus.

"Kamu masih marah karena aku meninggalkan mu saat disekap tuan Daniel? Ayolah Ayra...! Lupakan hal itu, kamu tahu aku dalam keadaan terjebak."

"Kesalahan mu bukan hanya itu brengsek!! aku sudah tak mau bersama mu lagi, bahkan surat cerai kita sedang dalam proses, tunggu saja!"

"Apa?? Kamu mau cerai? Tidak bisa!! Aku tidak mu bercerai dengan mu!! Sekarang kamu harus ikut dengan ku!!" bentak Rayyan.

Ayra perlahan mundur sambil terus memegangi balok kayu itu. Ketika Rayyan mendekat, Ayra mengayunkan balok itu dan memukulkannya dengan kuat.

Tapi sayang, Rayyan terlebih dahulu menangkap balok itu, memutarnya lalu mengambil alih dari tangan Ayra.

"Hah...!" Ayra terkejut, ia mundur sambil terus waspada.

"Bruuukkk" Rayyan membuang balok itu ke sembarang arah.

Perlahan ia maju mendekati Ayra.

"Jangan mendekat...! pergi...!!" teriak Ayra terus mundur sampai tubuhnya mentok ke dinding.

"Hahaha...! Kamu sudah tak bisa lari lagi dariku Ayra!" Rayyan mendekat, lalu mencekal tangan Ayra dan menariknya hingga ia kembali jatuh ke pelukannya.

"Lepasin...!"

"Tidak akan! Sekarang kamu harus ikut dengan ku! menjadi istri ku seperti dulu lagi!"

"Tidak...!" Ayra terus memberontak, ia melorot berusaha lepas dari cengkeraman Rayyan.

***

Di sisi lain, Bram dan Daniel memerintahkan anak buahnya untuk menyebar ke sekitar lokasi pasar.

Sedangkan ia dan Daniel masih berputar putar di perumahan warga yang ada didekat pasar.

"Coba tanya pada preman itu Bram!" kata Daniel menunjuk pada beberapa preman pasar yang sedang nongkrong.

"Baik tuan!"

Bram turun dari mobil, lalu menghampiri beberapa preman itu, beruntung ia kenal dengan salah satu preman.

"Woyy Bram...! Apa kabar?" sapa Boni yang merupakan teman kecilnya.

Mereka saling tos dan saling berjabat tangan.

"Sejak kapan kamu pulang? sudah sangat lama kamu tidak pulang Bram! Makin tampan saja kamu!" puji Boni.

"Baru kemarin, Boni aku minta maaf, aku sedang sangat terburu-buru.

Aku ingin tanya padamu, apa kamu pernah melihat orang ini disekitar sini?" Bram menunjukkan foto Rayyan dari ponselnya.

Boni memperhatikan foto itu, lalu ia perlihatkan pada teman temannya satu persatu.

Beruntung salah satu dari mereka mengenalinya.

"Dia orang yang baru beberapa hari pindah kemari, istrinya seorang LC."

"Di mana rumah mereka?"

"Masuk ke gang ini, lurus sampai ke ujung jalan, rumah cat warna hijau, tapi mobil tidak bisa sampai ke depan rumahnya, karena gang selanjutnya adalah gang kecil."

"Terimakasih, aku akan kesana!" ucap Bram sambil berbalik.

"Eh Bram mau kemana? Kita belum ngobrol!" ujar Boni.

"Kita lanjutkan lain waktu! Aku sedang ada urusan!" teriak Bram sambil masuk kedalam mobil.

Bram segera masuk ke gang sesuai petunjuk preman itu. Setelah berjalan beberapa meter , mereka terpaksa berhenti karena gang selanjutnya yang mereka lewati terlalu sempit.

"Tuan tunggu di mobil, biar aku yang ke sana! kaki tuan belum terlalu sembuh!"

"Kamu berlarilah terlebih dahulu, aku akan menyusul nanti!"

"Tapi...!"

"Cepatlah...! Jangan lupa, suruh anak buah mu menyusul!"

"Baik tuan!"

Bram menghubungi anak buahnya. Beberapa langsung menuju lokasi, sebagian menghampiri Daniel menggunakan sepeda motor.

Bram berlari sekuat tenaga, berputar putar mencari rumah Rayyan. Tapi sesampainya di sana ternyata di rumah Rayyan hanya ada istri barunya.

"Di mana Rayyan?" tanya Bram dengan tegas.

"Aku tak tahu, dia baru saja keluar!" jawab istri baru Rayyan sedikit takut dan bingung.

"Siapa saja yang tinggal di sini?"

"Ada ibu mertuaku, adik dan mas Rayyan!" ucapnya dengan bibir bergetar, saat melihat senjata api yang dibawa Bram.

Ponsel Bram berdering, ternyata itu adalah panggilan dari anak buahnya yang telah berhasil menemukan posisi Rayyan.

Bram bergegas meninggalkan rumah Rayyan, segera menuju ke tempat yang telah diberi tahukan anak buahnya.

Bram berlari sekuat tenaga, dan akhirnya ia sampai ke jalan buntu tempat Ayra ditangkap oleh Rayyan.

Bram berhenti sejenak, mengatur nafasnya yang memburu, terlebih saat melihat Ayra sudah dalam pelukan Daniel sambil ketakutan.

Ia melangkah mendekat, menatap Ayra sekilas lalu beralih menodongkan pistol pada Rayyan yang sudah meringkuk ditanah, babak belur dihajar anak buahnya.

Mendengar ada suara Bram, Ayra mengangkat wajahnya, menatap wajah Bram yang berada di samping Daniel.

Perlahan, Ayra melepaskan pelukan Daniel, namun rupanya tubuhnya terus ditahan oleh Daniel.

"Tuan...!" kata Ayra lirih sambil mendongak menatap rahang Daniel.

Daniel tidak menghiraukannya, tatapannya masih tertuju pada Rayyan.

"Bawa dia ke dalam mobil!!" perintah Daniel.

Bram mengeluarkan tali, lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengikat Rayyan. Lalu Rayyan di naikan ke salah satu motor dibawa menuju mobil.

Bram menoleh menatap Ayra yang masih kikuk dan merasa tak nyaman dalam pelukan Daniel. Bram merasa khawatir karena luka yang ada di pelipis dan leher Ayra kembali memerah karena terkena gesekan.

"Tuan, sepertinya Ayra terluka..." ucapnya.

Daniel melepaskan pelukannya perlahan, memegang wajah Ayra dan memperhatikannya.

"Apa yang dia lakukan pada mu?" tanya Daniel.

Ayra hanya menggeleng, ia alihkan pandangan tak berani menatap mata Daniel.

Daniel menggandeng tangannya lalu berjalan keluar dari gang sempit itu diikuti oleh Bram dibelakangnya.

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!