Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5. Makan Siang Bersama
Sementara itu di kediaman Sugito, Elvaro saat ini sedang berkumpul bersama keluarga tercinta dan makan siang bersama.
"Ayah, aku akan pergi keluar Kota untuk pertemuan penting. Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini. Proyek ini sangat besar, jika proyek ini berhasil maka perusahaan kita akan semakin untung, " ucap Aiden Sugito.
Aiden Sugito adalah anak pertama Elvaro. Ia seorang Direktur di perusahaan Elvaro. Usianya sekarang 28 tahun. Dan ia sudah mampu mengurus dan mengelola perusahaan dengan sangat baik. Namun sayangnya ia belum menikah dan tidak pernah berpacaran. Ia selalu gagal dalam urusan cinta.
"Ayah tidak mau membahas soal pekerjaan sekarang ini. Itu bisa dibicarakan nanti. Ngomong-ngomong Aiden, kapan kamu akan menikah. Usiamu sudah cukup matang untuk menjalin sebuah keluarga. Sesekali pergilah berkencan dan jangan terus bekerja, " sahut Elvaro seraya memotong stick daging sapinya.
Aiden terdiam sejenak.
"Iyah, Ayah. Akan aku coba. Tapi tidak sekarang. Aku masih banyak pekerjaan. Lagi pula mencari calon istri itu tidak semudah itu," balas Aiden.
"Baiklah. Tapi ingatlah, pekerjaan itu bukan nomor satu. Kamu harus memikirkan masa depanmu juga, " balas Elvaro lagi.
"Kakak tenang saja. Kalau Kakak mau kencan buta, Kakak tinggal ngomong saja sama aku. Teman wanitaku banyak sekali, lho!" timpal Bima Sugito.
Bima Sugito adalah anak kedua Elvaro. Ia masih berusia 20 tahun dan masih kuliah. Bedanya Bima itu sangat kekanak-kanakan dan sangat manja. Sementara Aiden selalu bersikap dewasa dan selalu mandiri.
"Tidak usah. Aku tidak suka wanita yang lebih muda dariku, " balas Aiden.
"Jadi, Kakak lebih suka wanita yang lebih tua? Kalau begitu, aku punya kenalan. Usianya Sudan 35 tahun dan punya anak tiga. Dia kepala ibu kantin di kampusku. Walaupun sudah kepala tiga tapi body nya itu sangat seksi, langsing, kulitnya juga putih dan lagi dadanya itu lho... beuh besar banget. Mau aku kenalin?" balas Bima panjang lebar.
Aiden memukul kepala Bima dengan kuat.
"Aaaa....Hei! Sakit!" rengek Bima sambil memegangi kepalanya yang sakit.
Elvaro tidak menggubris mereka. Ia malah terdiam karena saat ini ia tersinggung oleh ucapan Aiden. Bagaimana tidak? Elvaro bahkan saat ini tengah memikirkan Anya. Entah kenapa ia tidak sabar menunggu kabar dari Ranti tentang menikahkan Anya dengannya. Tapi sampai sekarang Ranti belum memberinya kabar apapun.
"Ayah? Alih-alih menyuruhku menikah. Bukankah Ayah sudah menduda terlalu lama? Aku lihat Ayah selalu kesepian, " tutur Aiden.
"Hei! Ayah itu sudah tua. Lagi pula, Ayah itu sangat mencintai Bunda. Gak mungkin juga Ayah menikah lagi dengan wanita lain. Karena bagi Ayah Bunda itu satu-satunya wanita dalam hidup Ayah, " timpal Bima tidak menyetujuinya.
"Kamu jangan bilang begitu. Walau bagaimanapun juga, Ayah masih butuh pendamping. Suatu saat aku akan menikah. Dan kamu juga menikah. Kita akan sibuk dengan keluarga kita sendiri. Mungkin, kita tidak akan punya banyak waktu untuk bisa menjaga Ayah karena sibuk dengan keluarga masing-masing. Kamu jangan terlalu egois, " tegas Aiden.
"Ayah memang berencana untuk menikah lagi, " sela Elvaro setelah selesai makan dan mengelap bibirnya pakai tisu.
Sontak Aiden dan Bima menoleh bersamaan pada Elvaro.
"Sungguh?! " serentak mereka berdua terkejut mendengarnya.
"Ayah? Ayah beneran mau nikah lagi? Jadi aku bakal punya Ibu tiri? Dalam flm ibu tiri itu semua jahat. Bagaimana kalau ternyata wanita yang akan menikah dengan Ayah itu hanya menginginkan kekayaan Ayah saja. Dan pada akhirnya setelah ia mendapatkan apa yang dia mau, Ayah, aku dan Kak Aidan akan di bunuh dengan kejam, " ujar Bima berlebihan.
"Apaan sih, lebay!" seru Aidan mendelik geli melihat tingkah adiknya itu.
"Jadi, kapan Ayah akan menikah? Siapa wanita itu? Apakah kita mengenalnya?" timpal Aidan bertanya karena penasaran.
"Tunggu-tunggu! Setahuku Ayah tidak sering bertemu dengan banyak wanita. Dan Ayah jarang sekali bicara dengan lawan jenis. Apa mungkin, wanita yang Ayah maksud itu sekretaris Amira?" sela Bima menerka.
Aidan spontan terkejut mendengar siapa wanita yang ditebak Bima. Pupilnya membesar dan menoleh menatap Ayahnya. Seakan ia ingin bertanya apakah benar wanita itu Amira?
Elvaro tertawa kecil.
"Hahaha... Kalian ini. Tentu saja bukan Amira. Sudahlah, jika waktunya tiba nanti Ayah akan bawa dia kemari untuk bertemu kalian. Saat ini Ayah belum bisa memastikannya, " jawab Elvaro sambil meninggalkan meja makan karena ia sudah selesai makan.
Sementara itu Aidan terlihat merasa lega setelah mendengar jawaban Elvaro, bahwa bukan Amira orang yang ingin dinikahinya.
["Syukurlah"] Bathin Aiden.
***
Hari berjalan dengan sangat cepat. Tidak terasa malam pun menyapa. Anya termenung duduk di teras rumah sambil menatap langit. Hari ini langit terlihat sangat berawan. Tidak ada bintang atau bulan yang muncul. Dan cuacanya cukup berangin.
"Kakak sedang apa diluar?" tanya Syella keluar dan duduk disamping Anya.
"Hanya sedang berpikir. Kenapa kamu belum tidur?"
"Belum ngantuk aja."
"Biasanya juga kalau belum ngantuk kamu belajar. Kenapa malah keluar?"
"Entahlah. Hari ini aku sedang tidak mau belajar. Kakak? Haruskah aku berhenti sekolah saja dan cari pekerjaan?"
Anya sontak menoleh kaget mendengar ungkapan Syella.
"Kenapa?"
Syella menghembus nafas berat.
"Hanya saja. Aku sudah memikirkannya berkali-kali. Aku ingin membantu Kakak mencari uang. Lagi pula biaya sekolah terlalu mahal. Aku tidak mau membebani Kakak. Dan juga, Ibu mungkin bisa lebih tenang jika aku ikut membantu meringankan beban Kakak, " ungkap Syella sambil menatap langit.
"Jangan konyol!" seru Anya sambil mengetuk kepala Syella cukup keras.
"Aaa.. " Syella merintih kesakitan.
"Sadarlah! Jangan berpikir bodoh seperti ini. Kakak tidak merasa dibebani. Ini hanya sudah menjadi tanggung jawab Kakak. Jika kamu berhenti sekolah, lalu untuk apa Kakak bekerja keras siang dan malam? Kamu jangan khawatir. Kakak ingin kamu sekolah setinggi mungkin. Menjadi orang yang sukses dan hidup lebih baik lagi. Masalah uang biar Kakak yang usahakan. Jangan pikirkan itu dan belajarlah dengan giat, " lanjut Anya memberinya nasehat.
Syella sejenak terdiam dan menunduk sedih. Bibirnya bergetar menahan air matanya supaya tidak keluar.
"Tapi... bagaimana Kakak akan menanggung semuanya? Sementara, Kakak sekarang sudah tidak bekerja lagi. Hiks hiks hiks. "
Syella tiba-tiba saja menangis keras. Anya memeluk Syella dan mencoba menenangkannya.
"Kenapa kamu malah mengkhawatirkan hal itu. Biar itu jadi urusan Kakak. Lagi pula Kakak masih punya banyak uang sekarang. Sebelum Kakak mendapatkan pekerjaan yang baru, Kakak yakin uang ini akan cukup untuk kita saat ini. Jadi, jangan khawatir, yah?"
Anya menepuk pelan punggung Syella. Tentu saja Anya terharu melihat Syella yang peduli terhadapnya. Tetapi ia juga sedih karena ternyata selama ini Syella merasa tertekan sendirian selama ini.