Bias Masa Lalu

Bara melihat ke arah sekeliling area gedung. Malam ini sahabatnya melangsungkan pertunangan dengan seorang selebgram yang sedang naik daun, Freya Adhisti.

Freya bukan hanya sekedar selebgram, latar belakang gadis itu juga tak sembarangan.

Ayah Freya merupakan salah satu anggota DPR yang sudah menjabat tiga periode.

Jadi sudah tahulah bagaimana keadaan keluarga Freya yang tak kaleng-kaleng dan sangat serasi bila disandingkan dengan Arga seorang pengusaha muda yang tampan dan sukses.

Semua orang tampak menantikan momen ini, padahal acara malam ini baru pertunangan bukan pernikahan.

Tapi tidak dengan Bara, lelaki itu bergerak gelisah sambil mencari cara agar bisa berbicara berdua saja dengan sahabatnya yang kini berdiri di antara para pejabat daerah.

Bara tak mungkin langsung menyeruduk masuk ke tengah lingkaran orang-orang berpengaruh di kota bahkan negaranya.

Bisa-bisa Bara akan terkena teguran dari atasannya karena kelancarannya. Maklum saja dia hanya seorang polisi berpangkat rendah, berada di dalam ruangan ini pun itu karena harus menemani mamanya yang diundang oleh tante Helen.

Mamanya dulu berteman baik dengan tante Helen. Tapi beberapa tahun belakangan ini, mamanya terlihat menjauhi ibu tiri Arga itu.

Apalagi setelah bercerai, mama seperti memutuskan semua hal yang berhubungan dengan tante Helen. Walaupun dari tadi mamanya terlihat ramah dan tersenyum, tapi Bara melihat lintasan kebencian dan luka saat melihat tante Helen

Malam ini sebenarnya mereka datang bukan hanya sekedar menyaksikan acara pertunangan Arga dan Freya.

Ada sesuatu hal yang lebih besar dari itu. Baik Bara dan mamanya memiliki misi pribadi.

Bara yang mencari tau cara menyelamatkan Gita. Dan Eva, mamanya juga ingin berbicara sesuatu pada Arga.

Entah apa yang ingin disampaikan oleh mamanya. Tapi mamanya hanya memberi tahu Bara, jika suatu hal yang yang disampaikannya itu sangat penting dan membuat hidup mereka semua kacau.

"Ma... Kayaknya Arga susah banget kita dekatin. Ditempeli terus sama tunangannya." kata Bara sambil menatap kedua sejoli yang baru saja bertukar cincin tunangan.

"Cari cara, Bar. Harus... Kita gak bisa pulang tangan kosong begini. Kasian nasib temen kamu itu." kata Eva yang juga memikirkan cara agar mereka bisa menyeret Arga untuk bicara berdua saja.

Tiba-tiba Eva menepuk punggung Bara dengan kencang.

"Kenapa nggak kamu hubungi aja si Saka sih, Bar. Itu dia lagi mojok di dinding begitu. Kali aja punya cara buat bawa Arga keluar bentar." kata Eva

"Ck... Mama...mama... Kalau bisa pake telepon Bara gak bakalan datang ke acara yang bukan level kita, ma. Mana yang datang pejabat sama orang kaya semua."

"Yah, salah kamu juga sih. Udah tau si Arga demen sama Gita kamu pepetin terus, ya diblokir kan nomormu." gerutu Eva

"Demen tapi gak dinikahi buat apa, ma. Dia nyulik Gita tapi tunangan sama perempuan lain. Laki-laki apa seperti itu." ucap Bara dengan kesal karena mengingat tindakan semena-mena Arga.

"Ya udah, kalau gitu kamu tunggu di sini. Biar mama yang ngomong sama Saka." kata Eva lalu meninggalkan Bara dan segera menghampiri asisten Arga yang memantau atasannya dari jauh. Berjaga-jaga, jika Arga membutuhkan dirinya.

"Halo... Pak Saka... Apa kabar?"

Eva yang masih terlihat cantik dan anggun itu membuat Saka sempat bingung karena tiba-tiba saja wanita yang dikenal sebagai asisten kepercayaan tuan Rizal itu menghampirinya.

"Oh.. Ya_ya Bu Eva, sa_saya baik. Gimana kabar ibu?" Saka menyambut uluran tangan Eva dan menjabatnya dengan profesional.

Bagaimana Eva adalah seniornya di perusahaan keluarga milik Arga.

Sejujurnya Eva adalah legend dan idolanya Saka. Nama Eva cukup terkenal di kalangan perusahaan properti milik Rizal.

Walaupun kini sudah di merger dengan perubahan milik Ivanovic sejak Arga yang memegangnya.

Tapi wanita di depannya ini adalah asisten terbaik yang bisa menghandle semua pekerjaan Rizal di saat lelaki itu bersenang-senang dengan selingkuhannya.

Bisa dibilang Eva adalah ujung tombak perusahaan milik Rizal, wanita bertangan dingin itu berhasil menggiring perusahaan kecil menjadi Saputra Holding yang membuat Rizal kaya raya.

Tapi Eva hanya seorang asisten. Sehebat apapun dia, wanita itu tak akan mendapatkan apapun selain gaji dan bonus.

Banyak perusahaan yang ingin merekrutnya, tapi Eva tak ingin berkhianat dan tetap menjadi asisten Rizal hingga akhirnya dia mengundurkan diri karena si mantan suami melarangnya untuk bekerja.

"Ah... Begini, pak Saka... Pak Saka pasti tau kan kalau saya sudah bercerai dari pak Candra. Dan sejak saat itu saya menjalani bisnis travel kecil-kecilan." kata Eva mencoba memancing pembicaraan dengan Saka

"Saya mau ngajuin proposal kerjasama ke Arga. Dia kan punya hotel bintang lima di beberapa kota. Rencananya saya mau pakai hotel nya Arga sebagai tempat menginap para pelanggan saya. Mana tau dapat harga khusus dari Arga."

" Oh... Begitu ya, Bu. Kalau begitu ibu buat saja proposal nya. Saya yakin tuan Arga bakalan setuju. Dia itu sangat menghormati Bu Eva." kata Saka.

"Hmmm.... Kalau buat proposal sepertinya akan kelamaan. Dua minggu ke depan itu kan sudah liburan akhir tahun, saya takutnya gak bakalan ngejar. Belum lagi saya harus buat promosinya. Mendingan saya ngomong langsung ke Arga." kata Eva sambil menunjukkan raut cemas dan berharap.

"Gimana ya, Bu. Masalahnya Pak Arga juga masih sibuk dengan para tamu." kata Saka sambil melirik ke arah Arga yang masih asik berbicara dengan para pengusaha yang berbeda.

"Saya tungguin, deh. Saya yang perlu kok." kata Eva masih berusaha membujuk Saka.

"Baiklah, kalau begitu. Tapi saya tidak janji ya, Bu. Saya akan menghubungi anda jika tuan Arga bersedia." kata Saka akhirnya.

"Baiklah, kalau begitu. Hubungi nomor ini ya. Saya akan menunggu, sampai selesai acara juga nggak apa-apa kok." kata Eva sambil menyodorkan kartu nama travel yang berisikan nomor kontaknya.

"Kalau begitu saya balik ke sana dulu ya. Kasian itu Bara saya tinggal sendiri. Maklum duda galau, jadi lihat Arga tunangan dia yang pundung." ucap Eva lalu terkekeh geli melihat Bara yang sudah terlihat tak betah di tempat ini dan memberi kode pada mamanya jika dia akan menunggu di luar.

Saka pun ikut tersenyum mendengar guyonan wanita itu.

Eva pun meninggalkan Saka dan segera menghampiri Bara yang sudah menunggunya di luar ballroom.

Namun belum sempat dia sampai di tempat putranya, tiba-tiba saja tangannya ditarik dan dia diseret seseorang keluar dari ballroom hotel itu.

Eva dibawa keluar menunju sebuah lorong penghubung antara ballroom dengan area jalur belakang hotel.

"Kamu???!! Ngapain sih, nyeret-nyeret gini." Seketika saja ekspresi Eva berubah keras saat melihat wajah lelaki yang menyeretnya.

"Mau apa kamu di sini? Mau buat masalah, heh?" tanya Candra yang terlihat tak suka dengan kehadiran Eva di tempat ini.

Eva tersenyum sinis lalu bersedekap sambil menatap dengan tatapan hina mantan suaminya itu.

"Aku disini karena diundang sama Helen. Memangnya dia nggak ngasih tau kamu? Tumben, dulunya datang bulan aja ngadu ke kamu."

Candra hampir saja hendak menampar Eva saat mendengar sindiran dari mulut mantan istrinya itu. Tamun tangannya ditahan oleh Eva.

"Dengar ya, Candra. Kamu jangan coba-coba menyentuh aku. Kalau sampai itu terjadi, maka aku pastikan nyawa kalian juga akan hilang. Paham?!"

"Ka_kau sudah berani melawan ku, heh?!"

Candra cukup kaget karena Eva berani menatapnya tajam dan bahkan begitu mendominasi.

Kepercayaan diri dan juga tatapan intimidasi Eva yang sudah hilang dua puluh tahun lebih itu kini muncul kembali.

Secepat itukah mantan istrinya kembali menjadi sosok asisten Evalia Damayanti yang disegani.

"Kau bukan suamiku lagi, tak ada kewajibanku untuk patuh padamu."

Eva mengambil tisu basah dari tasnya lalu mengelap tangannya yang tadi dia gunakan untuk menahan tangan Candra.

"Dasar sampah... Sebenarnya aku menyesal tak mendengarkan Yvonne. Tapi aku tak pernah menyesali kehadiran Bara. Hanya saja aku kasian pada anakku karena punya ayah yang bejat sepertimu."

Eva membuang bekas tisu itu ke tempat sampah di dekatnya dengan ekspresi jijik

"Ah... Ya... Selamat ya kalian sudah maju selangkah lagi. Aku tunggu undangan pernikahan kalian." kata Eva lalu pergi meninggalkan Candra yang menggeram marah pada wanita yang pernah menjadi istrinya.

"Dasar perempuan sialan. Dari dulu selalu saja jadi ancaman untuk kami. Sepertinya aku harus segera bertindak sebelum dia membocorkan semuanya ke Arga.."

"Hah.. Sial..."

Kesal karena tak bisa bertindak apapun pada wanita itu, Chandra pun menendang tempat sampah yang berada di sebelah sisi pintu hingga terdengar suara nyaring saat benda itu terjatuh.

Bersamaan dengan jatuhnya tempat sampah itu, lampu hotel pun mendadak mati. Tak lama kemudian terdengar teriakan histeris dari arah jalur ruang panel.

Terdengar suara ledakan-ledakan yang diikuti kabut asap pekat yang sudah menyelimuti hampir seluruh lorong panel.

"Kebakaraaan!!!! Tolong!!!!"

Seketika saja suasana yang tadinya meriah karena pesta pertunangan mendadak riuh karena orang-orang yang berlarian dan berebut untuk keluarga dari ruangan.

Acara pertunangan yang megah itu berubah menjadi bencana, menimpa para pejabat dan pengusaha yang hadir di malam itu.