Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
$3x ďi Pantai
Melisa terbangun saat jam menunjukkan pukul 4 pagi, ia langsung menguncang pelan badan ayahnya.
"Bangun yah udah mau pagi."
Rudy melirik pada jam dinding dan ternyata ia dan Melisa telah cukup lama berada di kamar kosong yang tidak pernah lagi di tempati.
"Aku kembali ke kamar ya yah."
"iya...., " Jawab sang ayah.
Sementara Rudy kini sedang bersiap untuk memakai pakaiannya lagi, pria itu pun berjalan menuju kamar isterinya.
Melisa pun kini telah berada di kamarnya dan mulai membersihkan badannya, setelah itu ia akan bersiap ke pasar dan merawat kembali ibunya.
Saat Rudy masuk ke dalam kamar pria itu hanya mendapati istrinya masih tidur, Rudy pun berbaring di samping istrinya. Sejujurnya ia merasa sangat bersalah pada Lusi. Namun h4s r*t mengalahkan logikanya.
Rudy merengkuh isteri yang usianya lebih tua darinya. Entah setan apa yang merasukinya hingga ia begitu tergoda dan terpesona oleh Melisa.
"Mas, kamu sudah pulang?"
"Iya baru saja." Bohong Rudy.
"Kenapa kamu malah bangun, tidur lagi saja sayang."
"Aku kangen kamu mas." Bisik Lusi, yang membalas pelukan suaminya.
Melisa yang baru saja mandi langsung bergegas ke pasar, disana ia mencari banyak bahan sayuran serta bumbu untuk 3 hari kedepan.
Tak lupa Melisa membeli ikan yang segar, juga daging ayam serta daging sapi kesukaan ayahnya.
Melisa kini berada di dapur untuk menyiapkan makan pagi, ia membuat bubur ayam serta masakan untuk ayah tercintanya.
"Bu, ayah kita sarapan dulu yuk!!" Ajak Melisa yang sudah masuk ke dalam kamar saat ibunya sedang di gantikan baju ayahnya.
"Ayo." Jawab ibunya dan ayahnya pun mengandeng tangan Lusi.
Melisa tersenyum kala ia melihat rona wajah ibunya yang terlihat agak sehat. Melisa menarik kursi dan mempersilahkan ibunya duduk.
Rudy duduk di samping istrinya, Melisa pun langsung mengambilkan makanan kepada ibunya di mangkuk berisi bubur dan kuah kuningnya.
"Mel, ayahmu ambilkan juga!!"
"Baik Bu." Jawab Melisa dan mengambilkan piring yang ia isi dengan nasi, sayur dan lauk pauknya.
Melisa melirik pada ayahnya, begitu juga sebaliknya. Ruangan itu sunyi senyap hanya ada denting sendok dan garpu saja.
"Mel lebih baik kamu ikut kursus dari pada di rumah terus, lagian katanya kamu juga pingin kuliah di luar kota?"
"Tidak jadi Bu, ibu masih sakit. Prioritas pertama Melisa sekarang adalah kesehatan ibu."
Lusi tersenyum dan terharu melihat ketulusan hati Melisa. Tanpa tahu bahwa puteri angkatnya sudah bermain api dengan suaminya.
Namun dalam lubuk hati Melisa, ia begitu menghormati dan menyayangi Lusi, yang ia anggap sudah seperti ibu kandungnya sendiri.
"Sayang antar Melisa mencari tempat kursus yang bagus." Titah sang isteri pada suaminya.
Rudy mengangguk dan melirik pada Melisa yang kini tengah menyudahi sarapannya.
"Ayo Mel nanti ayah temani, kebetulan ayah libur kerja, dan baru masuk kerja besok."
"Baik ayah."
Pada siang harinya Rudy mengajak Melisa pergi dengan memakai mobil ke sebuah tempat kursus yang cukup di minati oleh banyak orang.
Melisa mengambil kursus design grafis, ia ingin setelah ibunya sembuh, akan mengambil jurusan informatika.
Sebenarnya pendaftaran pun berlangsung cepat dan tak banyak waktu lama dalam pengurusannya. Namun Rudy mengajak Melisa untuk jalan-jalan, dan saat ini Rudy membawa Melisa ke sebuah mall besar.
"Belilah apapun yang kamu mau Mel...."
Mata Melisa langsung berbinar, tanda ia sangat senang. Tidak ada seorang g4 d1s seusianya yang mampu menolak kenikmatan dunia dalam urusan shoping.
"Benarkah boleh Melisa meminta apapun?" Cicit Melisa dengan menyenderkan kepalanya pada bahu ayahnya.
"Boleh, apa sih yang gak ayah kasih buat kamu?" Ujarnya sembari mencubit dagu Melisa karena gemas.
"Makasih ayah." Manja Melisa dan langsung menarik ayahnya menuju barang yang ia inginkan.
Sampai pada sebuah counter hp yang banyak berjajar ponsel-ponsel dari yang murah hingga yang harganya fantastis.
Mata Melisa menatap hp i-phone terbaru, Rudy yang melihat itu paham bahwa sejatinya anak seusia Melisa memang paling menyukai barang-barang yang mahal dan canggih.
"Kamu mau beli i-phone itu?" Tunjuk Rudy pada salah satu ponsel yang sudah Melisa incar dengan sentuhan tangannya.
"Ambilah.....!!"
"Ayah yakin? Ini mahal lho?" Tanya Melisa tak percaya.
"Benar sayang, ambil saja. Toh selama ini kamu sudah menyenangkan batin ayah." Bisik Rudy yang hanya terdengar oleh Melisa.
Melisa seketika itu terlihat malu dengan rona wajah yang kemewahan, namun ia begitu senang saat keinginannya terpenuhi.
"Yeee, thanks you ayah." Sorak Melisa yang memeluk ayahnya.
Tanpa mereka sadari ada sanak sodara dari pihak ibunya melihat kedekatan antara ayah dan anak angkat ini, wanita itu adalah adik kandung dari Lusi, ibu angkat Melisa.
Wanita itu yang seusia dengan Rudy terlihat sedang hendak berbelanja, namun langkahnya terhenti saat ia melihat suami dari kakaknya jalan mesra dengan Melisa, keponakan tirinya.
Sempat merasa aneh dan curiga pada hubungan keduanya, namun wanita itu akhirnya memutuskan untuk melanjutkan shopingnya dan akan bertandang untuk menemui kakaknya.
Balik lagi pada Melisa yang kini telah memegang benda yang ia impikan, Melisa merasa senang. Tidak hanya itu, Rudy pun membelikan dirinya banyak pakaian juga perhiasan.
Melisa begitu senang dan bahagia, pada sore harinya Rudy mengajak Melisa makan setelah mengisi perut keduanya yang sudah meronta minta di isi makanan.
Keluar dari mall setelah makan di food court, Rudy tidak mengajak Melisa langsung pulang. Pria itu mengajak Melisa melihat sunset di pantai.
Rudy menepikan mobilnya di tempat yang sepi, mereka pun turun dan sepat bermain air sembari menunggu matahari terbenam.
Saat yang di tunggu tiba, Melisa dan Rudy duduk berdekatan menatap proses matahari yang akan terbenam.
Tangan Rudy memeluk pinggang ramping Melisa dan sesekali mengecup pipi putih nan mulus Melisa.
"Lihat ayah indah sekali pemandangannya...."
Rudy menatap kecantikan Melisa, b1b1r nya mendekat ke telinga Melisa, " Tidak seindah dan secantik wajahmu sayang....."
Melisa menoleh pada Rudy, dan kesempatan itu tak Rudy sia-siakan untuk meraup bi1 bir ranum Melisa.
Bersamaan dengan itu kegiatan keduanya, matahari pun terbenam. Rudy dan Melisa sempat melihat proses itu sembari menghirup oksigen yang banyak.
Beberapa menit saat matahari yang selalu menyinari itu terbenam, Rudy kembali menyerang alat ucap Melisa lagi.
Kali ini terkesan terburu-buru, hingga Melisa kewalahan, namun ia tidak bisa menolak pria yang usianya jauh di atasnya itu.
Sedangkan kini Lisa, adik kandung dari ibu tiri Melisa tengah mengunjungi kakaknya yang sedang berada di rumahnya.
"Hai kak apa kabarmu?" Tanya sang adik sembari keduanya saling berpelukan, melepaskan rindu.
"Sudah cukup baikan, kamu sendiri gimana?" Tanya baik Lusi pada adiknya.
"Aku sehat kak."
"Ayo duduk!!"
"Dimana suami dan Melisa?" Tanya Lisa yang mulai penasaran.
"Suamiku sedang mengantarkan Melisa ke tempat kursus, sementara ini Melisa tidak kuliah dulu, jadi aku yang menyuruhnya mengambil kursus."
"Oh begitu? Lalu hubungan suamimu dengan Melisa seperti apa?"
Lusi mengerutkan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan adiknya yang menurutnya aneh.
"Maksudnya....??" Tanya Lusi tak paham.
Lisa pun seakan kesulitan menjawab pertanyaan balik dari kakaknya. Namun jika ia tak kepo mungkin ini akan menjadi ganjalan atau rasa penasaran tentang hubungan yang tadi sempat terlihat Lisa sebagai hal yang tak wajar.
"Maksud aku apakah mereka cukup dekat? Kau tahu sendiri mereka bukan ayah dan anak sesungguhnya." Ungkap Lisa memberi alasan.
"Oh begitu, mereka cukup dekat. Wajarlah jika Melisa kadang suka manja dengan ayahnya. Sedari kecil hanya kami yang Melisa tahu sebagai orang tuanya." Jawab Lusi tanpa memikirkan kecurigaan yang di layangkan adik kandungnya itu.
"Pantes tadi aku sempat melihat mereka sedang berbelanja di pusat perbelanjaan, dan mereka sangat dekat sekali." Cetus Lisa yang ngomong langsung to the point.
"Ngapain mereka ke mall? Bukannya cari tempat kursus ya?" Batin Lusi yang mulai sedikit curiga.
Lisa, sang adik yang melihat kakanya termenung langsung paham akan yang dirasakan kakaknya itu.
"Bagaimana hubungan r4n jangmu selama sakit, apakah baik?" Kembali tanpa di saring Lisa mengajukan pertanyaan yang cukup menguras hati dan emosinya.
Bagaimana mungkin ia akan gamblang jujur mengatakan bahwa selama dirinya sakit, Rudy bahkan tidak menyent*hnya atau pun dirinya yang tidak bersemangat mengajak suaminya.
"Mbak.....? Kenapa diam?"
Lusi tersentak saat adiknya memanggilnya, namun kembali Lisa menanyakan hal pribadi r4n jangnya, yang seharusnya tidak ia umbar dan bersifat privasi.
"Sebenarnya sudah hampir 5 bulan kami jarang berhubungan suami istri. Tapi itu semua karena......."
"Mbak sakit? Atau memang suami mbak sudah tidak tertarik lagi denganmu?" Ungkap Lisa yang langsung memotong ucapan kakaknya.
"Tidak seperti itu, aku tahu mas Rudy tidak pernah main serong dengan wanita lain." Bela Lusi yang sepenuhnya percaya pada suaminya.
"Mbak, suamimu masih terbilang muda. Bahkan usianya denganmu terpaut 5 tahun. Dan pria semakin matang akan semakin suka bereksplorasi dalam hal r4n jang. Mereka akan mengalami puber kedua." Jelas Lisa yang mulai menambah pikiran kakaknya.
"Aku tahu itu, untuk itu aku sudah menyuruh mas Rudy untuk menikah lagi. Tapi dia tidak mau." Balas Lisa dengan nafas yang seakan berat ia hembuskan.
Setelah mengatakan rasa kecurigaannya, sang adik pamit pulang. "Aku pulang dulu. Jaga kesehatan mbak, jangan lupa periksa rutin dan minum obat." Peringat Lisa.
"Iya kamu tenang saja, Melisa menjaga dan merawat ku dengan baik."
Lisa hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar, karena sampai sekarang ia masih curiga dengan hubungan antara Rudy dan Melisa.
"Oiya kamu juga hati-hati. Maaf Minggu lalu aku gak bisa hadir di acara nikahan anakmu." Ungkap Lusi di iringi pelukannya.
"Tidak apa."
Bersambung.......