Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman yang Ampuh
Liora duduk di sofa kamar apartemennya sambil memainkan kukunya, menggigit bibir bawahnya pelan. Ya, saat ini Liora sudah pulang ke apartemennya. Harusnya dirinya menunggu Felix, tetapi dia memutuskan untuk pulang duluan.
Alasannya? Karena Felix kedatangan ibunya. Dugaan Liora mengatakan bahwa Felix pasti akan pulang terlambat.
Hari ini bertemu dengan ibu Felix membuat Liora gugup luar biasa. Semua perasaan Liora begitu campur aduk. Takut, cemas, khawatir semuanya melebur menjadi satu. Rasanya Liora belum siap jika ibu Felix tahu tentang hubungannya dengan Felix.
Liora menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Wanita itu berusaha untuk menenangkan dirinya dari rasa gugup yang menghantui. Dalam kepalanya muncul berbagai dugaan yang belum tentu terjadi. Buru-buru, dia menepis pikiran buruk yang muncul di otaknya.
Dering ponsel terdengar, menandakan adanya pesan masuk. Refleks, Liora mengambil ponselnya yang ada di atas nakas, dan melihat di layar tertera Felix mengirimkan pesan. Tanpa ragu, dia membuka pesan masuk itu.
[Buka pintu.]
Mata Liora melebar membaca pesan masuk Felix. Buka pintu? Apa maksudnya? Wait! Seketika raut wajah Liora berubah di saat sesuatu muncul di pikirannya. Detik selanjutnya, Felix bangkit berdiri—berlari ke arah pintu—dan membuka pintu apartemennya.
Ceklek!
Pintu apartemen terbuka. Liora menatap ke depan pintu—Felix sudah berdiri di sana. Senyuman di wajah wanita itu terlukis tipis. Dia sama sekali tak mengira kalau Felix akan datang.
“Felix?” Liora menghamburkan tubuhnya ke pelukan Felix.
Felix mengangkat tubuh Liora, lalu wanita itu melingkarkan kakinya di pinggang kekasihnya itu. Mereka berciuman dengan penuh kelembutan dan sedikit agresif melepaskan kerinduan. Padahal hanya beberapa jam saja tak bertemu, tapi nyatanya mereka sudah saling merindukan satu sama lain.
Felix melangkah menuju ke dalam kamar Liora, dia meletakkan tubuh Liora ke atas meja rias, dan menundukkan kepalanya menciumi leher Liora.
Desahan lolos di bibir wanita itu ketika embusan napas Felix menyentuh lehernya. Pun pria itu memberikan kecupan basah di lehernya.
“F-Felix, jangan meninggalkan bekas di leher,” desah Liora.
“Hanya sedikit,” bisik Felix sambil meremas pelan gundukan kembar di dada Liora.
“J-jangan di situ. Tempat lain saja,” desah Liora lagi.
Felix sedikit menjauhkan wajahnya, menatap Liora.
“Tell me, bagian mana yang kau maksud?” bisiknya serak.
Liora menarik tangan Felix, membawa tangan pria itu ke dadanya. Tampak senyuman di wajah Felix terlukis. Tak menyia-nyiakan, pria itu melucuti dress Liora, menumpuk hingga ke pinggang—lalu mengisap puncak dada wanita itu seperti bayi yang lapar.
“Ah!” Liora mendongakan kepalanya, mendesah saat merasakan puncak dadanya, berada di dalam mulut hangat Felix. Dengan sengaja, Liora membusungkan dadanya, seakan meminta Felix untuk tak menghentikan permainan panas itu.
Felix menarik celana dalam berenda Liora, melempar ke sembarangan arah, lalu pria itu membuka ikat pinggangnya, menurunkan celananya setengah—dan mulai memasuki Liora dengan satu kali hentakan keras.
“Ah!!!” jerit Liora saat Felix memasukinya. Dia meringis bercampur mendesah nikmat. Tangan lentiknya kini memeluk punggung kekar Felix.
Felix menatap Liora yang meringis, nampak sangat puas, membuatnya kini bermain dengan liar dan semakin dalam. Dua buah dada Liora naik turun, begitu menggemaskan di mata Felix. Pria itu menghunjam semakin dalam.
“Felix, pelan,” ringis Liora seraya kian memeluk Felix semakin erat.
Felix mengecup leher Liora. “Not now,” bisiknya dan terus menghunjam Liora semakin dalam.
Desahan dan erangan lolos di bibir keduanya. Dua insan bergelut menikmati permainan panas yang tercipta. Beberapa kali Liora menjerit memanggil nama ‘Felix’.
Sedangkan Felix begitu puas dan senang setiap kali Liora menyebut-nyebut namanya di setiap pelepasan.
Liora tidur dua jam setelah melakukan pergulatan panas dengan Felix. Wanita itu begitu terlelap di pelukan sang kekasih, sampai lupa akan waktu. Bahkan dia seakan tak ingin pergi ke mana pun.
“Apa kau lapar?” Felix membelai pipi Liora, menatap manik mata abu-abu wanita itu.
Liora tersenyum dan membenamkan wajahnya di dada bidang Felix. “Belum. Aku belum lapar.” Dia memberikan pukulan di dada bidang Felix. “Kau ini datang langsung menyerangku. Seperti singa lapar yang menerkam mangsanya.”
Felix menarik dagu Liora, melumat bibir wanita itu. “Kau memang makananku.”
Liora berdecak jengkel.
Felix memeluk erat Liora, menghujani kecupan di kening wanita itu.
Liora tersenyum samar saat Felix memeluknya begitu erat. “Aku pikir kau tidak akan ke sini.”
“Kau tidak menungguku. Jadi aku langsung ke sini saja,” jawab Felix sambil membelai punggung telanjang Liora.
Liora mendongakkan kepalanya, menatap Felix. “Tadi kan ibumu datang. Aku berpikir kalau kau pasti akan mengobrol lama dengan ibumu. Aku tidak mau mengganggu. Jadi aku memutuskan untuk pulang saja.”
“Aku tidak pernah mengobrol lama dengan ibuku,” jawab Felix datar.
“Kenapa tidak pernah?” tanya Liora bingung.
“Ibuku hanya menyusahkan hidupku. Terlalu banyak aturan yang dia buat. Aku paling benci diatur. Sejak dulu, aku kurang akur dengan ibuku. Aku lebih menyukai bertemu ayahku daripada ibuku,” jawab Felix tersirat kesal.
Liora terdiam sebentar. “Felix, jangan seperti itu. Aku yakin ibumu pasti selalu menginginkan yang terbaik untukmu.”
“Terbaik untuknya, bukan untukku. Sudah jangan membahas ibuku lagi.” Felix membelai pipi Liora, meminta wanita itu untuk tak lagi membahas ibunya.
Liora mengangguk menuruti keinginan Felix.
“Liora, aku ingin mengajakmu pergi,” ucap Felix sambil mengecup bibir Liora.
“Kau ingin mengajakku pergi ke mana, Felix?” tanya Liora pelan.
“Dua minggu lagi, sepupuku akan memperkenalkan calon suaminya padaku dan kedua orang tuaku. Aku ingin membawamu di acara itu,” jawab Felix yang sontak membuat Liora terkejut.
Mata Liora melebar. “Felix, maksudmu kau akan membawaku ke acara keluargamu?” ulangnya memastikan. Liora takut kalau apa yang didengarnya ini adalah salah.
Felix mengangguk tanpa ragu sama sekali. “Ya, aku akan membawamu ke acara keluargaku. Tadi ibuku mendesakku membawa pasangan. Jika aku sendirian, maka pasti ibuku menjodoh-jodohkanku dengan anak teman-temannya. So, membawamu adalah pilihan yang paling tepat.”
Liora nyaris tak mampu berkata-kata mendengar apa yang Felix katakan. Sungguh, dia tak percaya kalau Felix akan memiliki ide segila ini. Bisa-bisanya Felix berpikir akan membawanya ke keluarga pria itu. Bukan tak mau, tapi Liora sangat malu. Apalagi tadi dirinya baru saja bertemu dengan ibu Felix.
“Felix, bukan aku menolak, tapi tadi saja aku baru bertemu dengan ibumu. Pasti ibumu akan berpikir tidak-tidak tentangku. Lagi pula hubungan kita masih terlalu baru. Tidak enak kalau kau langsung memperkenalkanku pada keluargamu,” ucap Liora berusaha memberikan pengertian pada Felix.
Felix tersenyum mendengar apa yang Liora katakan. “Cepat atau lambat semua orang akan tahu tentang hubungan kita. Tapi kalau memang kau belum siap, aku terpaksa membayar seorang wanita untuk menjadi kekasih pura-puraku. Jika aku tidak melakukan itu, maka pasti ibuku berusaha menjodoh-jodohkanku.”
Raut wajah Liora berubah. “Felix, kau ingin membayar seorang wanita menjadi kekasih pura-puramu?” ujarnya tak suka, dan tersirat cemburu.
Felix mengangkat bahunya tak acuh. “Itu cara terpaksa yang harus aku lakukan. Kau kan tidak mau diajak bertemu dengan keluargaku.”
Mata Liora memancarkan rasa kesal bercampur dengan cemburu. “Tidak boleh! Kau tidak boleh menyewa wanita untuk kau jadikan kekasih pura-pura!”
Sebelah alis Felix terangkat, menahan senyuman di wajahnya. “Jadi, kau mau diajak ke acara keluargaku?”
Liora mengangguk tanpa ragu. Dia tak rela kalau sampai Felix menyewa wanita asing untuk dijadikan kekasih pria itu. Meskipun hanya sekadar pura-pura, tetap saja Liora tidak rela.
“Ya, aku mau kau ajak pergi. Kau tidak boleh menyewa wanita untuk kau jadikan kekasih pura-puramu! Aku tidak suka itu, Felix!” seru Liora.
Felix tertawa pelan melihat wajah marah Liora. Selanjutnya, pria itu menangkup kedua pipi Liora, dan memberikan kecupan gemas di bibir wanita itu.
“Felix! Kau ini kenapa tertawa, huh?! Tidak ada yang lucu sama sekali!” tukas Liora jengkel.
“Kau menggemaskan,” Felix menggigit bibir bawah Liora, membuat wanita itu merintih kesakitan.
“Felix sakit!” Liora memukul lengan kekar Felix saat pria itu terus menggigit bibir bawahnya.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah