NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya
Popularitas:35.3k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.

Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.

Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Barbie melihat sekeliling dengan pandangan bingung. Matanya menatap tajam pria asing di depannya, napasnya masih terengah, mencoba memahami situasi.

"Siapa kalian, dan kenapa membawaku ke sini?" tanyanya tajam.

Calvin melipat tangannya di dada, bersandar santai di dinding. Sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya, penuh ejekan. "Iya, aku yang membawamu ke sini," jawabnya enteng, seolah menculik orang adalah hal biasa baginya.

Barbie mendengus, matanya melirik tajam penuh amarah. Ia bangkit berdiri, dengan tetap membungkus tubuhnya dengan selimut. “Tidak peduli apa alasan kalian menculikku, setidaknya biarkan aku ganti pakaian. Malah membawaku ke sini di saat aku tidur nyenyak. Memang penculik rendahan,” ucapnya yang tanpa rasa takut.

“Semua wanita yang ditahan biasanya ketakutan. Kau malah berani melawan. Apa kau tidak tahu kesalahan yang dilakukan tunanganmu?” tanya Steven.

Barbie mengernyit, pikirannya berusaha keras mengingat. “Siapa tunanganku?” tanyanya bingung, lupa sesaat.

Tiba-tiba suara berat terdengar dari arah sofa. Damien, pria berpakaian rapi dengan aura dominasi yang tak bisa disangkal, duduk santai sambil menatap tajam. Matanya menusuk seperti belati. “Jadi ada berapa pria yang menjadi tunanganmu?” tanyanya datar, tapi penuh ancaman.

Barbie menoleh, tatapannya bertemu dengan mata Damien. “Anda siapa, dan siapa yang Anda maksudkan?” tanyanya waspada.

Dengan suara datar, Steven memperkenalkan, “Ini adalah Tuan Ximen. Andy Yang telah melarikan uang perusahaan dan menghilang. Jadi kau harus beritahu di mana keberadaannya. Kalau tidak, jangan salahkan kami bertindak kasar.”

Barbie menghela napas keras, matanya memancarkan ketidakpercayaan. “Aneh sekali. Kalian yang ditipu olehnya, kenapa aku yang kalian incar? Hanya karena hubungan kami?” katanya dengan suara santai.

“Andy Yang... tunanganmu, bukan?” tanya Damien sambil menyipitkan mata, meneliti setiap perubahan ekspresi di wajah Barbie.

“Benar!” jawab Barbie tegas, menegakkan dagunya, menunjukkan sikap pantang mundur.

Tiba-tiba, Damien menoleh pada anak buahnya, matanya menggelap. “Hilangkan nyawanya!” perintahnya dingin tanpa emosi, seperti menyuruh membuang sampah.

Calvin dan Steven saling pandang dengan raut terkejut. Mereka tidak menyangka keputusan atasannya berubah begitu saja.

"Bukankah harusnya hilangkan tangannya saja? Kenapa malah nyawanya? Tuan biasanya tidak berubah pikiran setelah mengambil keputusan..." batin Steven penuh curiga.

Barbie berdiri tegak, tanpa rasa takut. “Terserah kalian! Aku tidak tahu di mana dia. Kalian mau bunuh, itu urusan kalian. Tapi jangan pernah melibatkan aku dalam hal ini,” katanya penuh keberanian.

Tak lama kemudian, nada dering nyaring terdengar dari ponsel yang dibawa Calvin.

Barbie langsung melirik tajam. Matanya menyipit, penuh curiga. “Kenapa ponselku ada padamu? Kau ambil ponselku?” tanyanya dengan nada tajam.

Calvin mengangkat ponsel itu dengan santai, seolah mempermainkan Barbie. Sebuah senyum miring muncul di wajahnya. “Jangan harap kau bisa meminta tolong padanya untuk menyelamatkanmu,” balasnya dingin sambil memandang layar yang menampilkan nama panggilan masuk: Istri Salmon.

Dengan sengaja, Calvin menunjukkan layar itu ke arah Barbie. Namun reaksi yang ia dapatkan justru berbeda dari yang ia harapkan.

“Istri Salmon tidak akan peduli padaku, tenang saja,” jawab Barbie datar, seolah sudah terbiasa dengan ketidakpedulian wanita itu.

Calvin mengangkat alis, sedikit penasaran, lalu menekan tombol terima dan langsung mengaktifkan loud speaker.

“Anak durhaka! Kau di mana sekarang? Kenapa kau menyakiti papamu, ha? Dia hanya berniat baik padamu, tapi kau malah melukai kepalanya!” suara tajam Joey terdengar dari ponsel, penuh kemarahan.

Barbie mendengus sinis dan merebut ponsel miliknya. “Mama, Salmon yang ingin mengodaku. Makanya aku pukul dengan gelas. Besok aku akan pakai palu,” jawabnya santai.

“Bukan Salmon, bodoh, tapi Simon! Dia itu papamu! Kenapa kau selalu saja melawannya?” bentak Joey dengan kesal, nadanya meninggi.

“Dia bukan papaku, dia cuma suamimu yang ketiga,” balas Barbie tak mau kalah.

“Cepat pulang dan minta maaf padanya!” perintah Joey dengan suara tegas yang tak bisa ditawar.

“Aku diculik dan tidak bisa pulang,” jawab Barbie datar.

“Siapa juga yang sudi menculikmu, ha? Kalau ada, aku akan sangat berterima kasih padanya!” ejek Joey, tawa sinisnya terdengar jelas dari ponsel.

Barbie mencibir. “Tidak punya hati,” gumamnya pelan, namun cukup keras untuk terdengar oleh semua orang.

“Sudah, jangan banyak alasan! Cepat pulang, kau harus menunggu Andy Yang di rumah!” bentak Joey lagi.

“Aku juga tidak tahu aku ada di mana. Bagaimana aku bisa pulang? Kalau Mama tidak percaya, aku beritahu tahu berapa jumlah orang di sini. Ada belasan orang berpakaian hitam, semua tinggi-tinggi, mirip pasukan khusus. Dan ada dua pria yang tampan dan masih lumayan muda,” ujar Barbie, matanya melirik ke arah Calvin dan Steven dengan polos.

Namun tanpa sadar, tatapan Damien semakin tajam padanya. Ada bara api yang mulai menyala di balik bola mata pria itu.

Barbie sadar tatapan itu, tapi alih-alih takut, ia justru menambahkan dengan nada santai, “Dan satu lagi... mirip malaikat pencabut nyawa, Ma.”

Steven menahan napas. "Gadis ini cari mati," batinnya penuh kekhawatiran.

“Malaikat pencabut nyawa?” tanya Damien dengan senyum tipis yang sangat berbahaya. Langkahnya perlahan mendekati Barbie, seperti predator mendekati mangsanya. Ia menyambar pergelangan tangan Barbie yang memegang ponsel dengan cengkeraman kuat.

“Malaikat pencabut nyawa yang tampan,” sambung Barbie, tersenyum seolah menantang maut.

Suasana ruangan terasa menegang, udara seperti menekan dada mereka.

“Kalau begitu... apakah mereka baik-baik saja?” suara Joey tiba-tiba terdengar lagi dari ponsel

“Anakmu yang diculik, kenapa malah tanya kondisi mereka?” tanya Barbie getir.

“Sudahlah! Jangan banyak bicara! Cepat pulang! Dan kau harus tunggu Andy Yang di rumah!” perintah Joey keras.

“Aku tidak mau! Kalau Mama suka, nikahi saja dia. Aku tidak keberatan kalau dia jadi papa tiriku yang keempat,” balas Barbie, Dia mulai mundur perlahan, hingga punggungnya menyentuh sandaran sofa di belakangnya.

Damien tanpa bicara lagi langsung merebut ponsel itu dari tangannya dan menekan tombol end call. Suara ibunya menghilang seketika, meninggalkan hening yang mencekam.

Langkah Damien semakin mendekat. Barbie kini terduduk di sofa, tubuhnya terkepung oleh aura gelap pria itu. Tatapan mereka bertemu, tajam dan penuh teka-teki.

"Tuan Ximen yang baik hati, jangan membuat perhitungan dengan anak kecil. Usiamu pasti jauh lebih dewasa dariku," ucap Barbie, tersenyum tipis, mencoba meredakan ketegangan.

Damien menunduk perlahan, membisikkan sesuatu tepat di telinganya, suaranya mengoda.

"Sepertinya anak kecil ini memang perlu diberi pelajaran."

Tatapannya lalu menancap dalam ke mata Barbie dari jarak yang sangat dekat. Aksi Damien sontak mengejutkan semua anak buahnya yang berada di ruangan itu—terutama Calvin dan Steven, yang tak menyangka sang atasan bersikap seintim itu dengan gadis tersebut.

Barbie diam, seolah mencium sesuatu yang familiar. Ia mendekatkan hidungnya ke leher Damien, menghirup perlahan.

"Kenapa... wanginya begitu kuat? Aromanya tidak asing," gumam Barbie sambil terus mengendus pelan, tanpa ragu.

Damien tersenyum, lalu meraih dagunya dengan lembut.

"Apa kau menyukai aromaku?" tanyanya, nada suaranya seperti menggoda.

Barbie menatap matanya lekat-lekat. "Aromamu berbeda... tak seperti pria lain. Aku pernah menciumnya... tapi di mana?"

Raut wajah Damien berubah seketika. Sekilas, ekspresinya tampak terguncang, seolah ada sesuatu yang membuatnya tidak senang hati.

1
merry
takut kburr lgg mrkk ud tau nm mrk bakalan hncur dan kena denda
Bu Kus
gut gut banget musnah sekalian tu David sekeluarga cari masalah Mulu sih
Isnanun
lanjut yg banyak banyak aja thor
aku
jangan di bikin takut si david hell. nnti gk jd viral dia klo mundur 🤣🤣🙏🙏
Naufal Affiq
lanjut thor
Suci Dava
mantab thor, pemeran utamanya ngga menye-menye, lanjut thor
merry
viralkan dami biar se Beijing tau kelakuan busuk David he yg mencampakkan istri ank y demi seorang pelakkor kyk talia
Isnanun
nah pertarungan di mulai
Bu Kus
wah seru banget lanjut lg dong throoo
Lina Hibanika
ceritanya bikin geregetan
Lina Hibanika
good job ximen,, orang2 yg ga kompeten mah buang aja,, bikin ribet
Lina Hibanika
kadang pria berbahaya lebih baik daripada pria yg sok baik berhati serigala
Lina Hibanika
langsung percaya omongan laki2 mah lama lama bisa kena diabetes,, bener dengan sikap mu neng barbie,, setujuh pisan
Bu Kus
wah seru bagus Barbie hajar terus
Bu Kus
balas barbie balas tampar jangan takut
Naufal Affiq
kenapa orang bodoh timbul lagi,cari masalah aja sama demian,kau tampar calon istrinya,berarti cari mati kamu talia
Maria Mariati
talita mengantar kan tangan nya untuk di patah kan Damien,huhhhhhh
Isnanun
ingat David siapa yg di belakang Barbie sekarang gak takut apa
Bu Kus
wah Dami tepat waktu datang jadi bisa tahu yang di katakan david
Akai Kakazain
uwuwuuu...seru thor, tp nyambung deh😔 up bnyk2 dong thor🫰✊✊✊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!