Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Tidak Nyaman
Alea menatap suaminya kembali pergi bersama dengan perempuan yang dia ketahui namanya Riska itu. Alea menatapnya dengan nanar, meski dia menikah dengan Rean bukan karena cinta, tapi Alea tetap merasa sakit. Rean adalah suaminya, tapi dia tidak menganggapnya sebagai istri.
Hembusan napas panjang, menunjukan betapa berat hari-hari yang dilalui oleh Alea. "Apa yang kamu harapkan Alea? Dia hanya seorang pria yang terpaksa menjadi suami pengganti untukmu. Jangan terlalu berharap lebih"
Alea berlalu ke dapur, menemui Mbak Ika disana yang sedang menata sarapan di atas meja. Alea menarik kursi meja makan dan duduk disana.
"Silahkan makan Nona, harus banyak makan dalam usia kehamilan ini"
Alea tersenyum dan mengangguk pelan, dia mengambil makanan di atas meja. Memakannya sedikit, karena rasa mual selalu menyerang hanya dia memakan satu suap nasi saja.
"Masih mual ya Nona? Itu wajar di kehamilan muda ini. Nona harus sabar, karena nanti akan hilang sendiri kok, tapi tetap harus memaksakan makan"
"Mbak, aku pergi dulu ya"
"Loh, Nona mau kemana?"
"Aku bekerja Mbak"
"Bekerja? Bekerja dimana?"
"Di penerbit buku, aku kerja disana sejak kuliah. Jadi, sekarang masih bekerja disana"
"Ah begitu ya, lalu Nona bisa bertemu dengan Tuan Muda Athan dimana?"
"Tidak sengaja bertemu, Kak Athan membantuku di jalan saat aku di ganggu pereman. Dan sejak itu kami kenal"
"Saya juga bingung kenapa Tuan Muda Athan tidak mau bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan"
Alea hanya tersenyum miris, jika saja dia tidak memberikan dirinya pada Athan. Mungkin semuanya tidak akan terjadi, tapi apa yang bisa dia lakukan atas semua yang sudah terjdi. Alea tidak ingin lagi berandai-andai.
"Mbak, aku berangkat dulu ya"
"Baik Nona, hati-hati. Eh, Nona berangkat dengan siapa?"
"Aku bisa naik ojek online"
"Diantar Pak Sopir saja ya"
"Tidak perlu Mbak, aku pergi ya"
Alea pergi dengan ojek online, pulangnya dia akan pergi ke Kosannya. Membayar sisa kontrak dan mengambil motornya disana. Alea hanya punya satu barang berharga, yaitu motor peninggalan Ayahnya.
Hari pertama bekerja setelah dia menjadi seorang istri, meski tidak ada yang tahu tentang pernikahan ini. Alea masuk ke dalam tempat kerjanya, seseorang menyapanya dan langsung merangkul tangannya, itu Vina, temannya sejak dia masuk ke tempat kerja ini.
"Kemarin izin kemana? LIburan ya, gak ajak-ajak aku"
"Ish, apasih. Liburan kemana? Aku hanya ingin istirahat saja, ada sedikit pusing, sepertinya masuk angin"
Vina mengangguk mengerti, mereka duduk di meja kerja masing-masing. Melakukan pekerjaan mereka dengan fokus, dengan sesekali mengobrol. Sejauh ini, hanya Vina yang bisa dianggap teman dekatnya. Karena Alea tidak begitu banyak teman dekat.
"Lea, ayo makan siang, kita mau makan siang dimana?" ajak Vina.
"Pesan saja bagaimana? Aku malas pergi"
"Yaudah, aku pesan ya"
"Eh Vin, bisa pesan rujak juga gak? Aku pengen rujak mangga muda"
Vina menatap ke arahnya, mengerutkan kening sedikit bingung. "Tumben banget, kayak orang ngidam aja kamu mau rujak"
Alea terdiam, tangannya saling meremas di bawah meja. Merasa gugup dengan Vina yang mengatakan itu, dia belum siap bercerita tentang kehamilannya ini. Apalagi ceritanya yang bukan hanya tentang hamil diluar nikah, tapi pria yang menghamilinya bahkan tidak mau bertanggung jawab dan malah menyerahkan tanggung jawab pada Kakaknya.
"Apasih Vin, kan gak harus orang ngidam yang makan rujak. Aku lagi pengen aja"
"Haha.. Iyalah, mana mungkin kamu ngidam. Pacaran kamu sama Athan sehat-sehat aja kan? Awas jangan sampai melampaui batas"
Alea hanya tersenyum tipis, tidak berniat menjawab. Karena sudah bingung harus menjawab apa.
Vina menatap Alea dengan sedikit bingung, gadis itu terlihat memakan buah mangga muda tanpa terlihat merasa asam atau apapun. Padahal Vina saja merasa mangga muda itu begitu asam.
"Kamu gak papa 'kan Le? Aneh banget makan mangga muda kayak makan apa aja. Apa tidak asam ya?"
"Ini enak Vin, seger"
Vina hanya tersenyum saja, dia mengangguk meski merasa bingung dengan sikap sahabatnya ini. "Ah baiklah, makan saja sepuas kamu"
*
Sore hari Alea kembali ke rumah dengan membawa motornya. Dia juga sudah berpamitan pada pemilik kosan jika dia tidak lagi tinggal disana.
Langkah kaki yang lelah itu, terhenti saat melihat seseorang yang duduk di sofa dan sedang bersama wanitanya. Alea memegang dadanya sendiri yang berdenyut sakit, melihat adegan di depannya. Rean sedang berciuman dengan Riska, terlihat sekali pria itu sangat menikmati ciuman itu.
Ya Tuhan, apapun alasannya, dia tetap suamiku. Dan hatiku sakit.
Alea menghembuskan nafas berat, dia berjalan ke arah mereka. "Tidak seharusnya kalian melakukan hal seperti ini di rumah ini. Tuan harus ingat jika Tuan Rean sudah menikah"
Keduanya menghentikan ciuman mereka, Riska mengusap bibirnya yang basah dan Rean menoleh pada Alea dengan tatapan yang tajam.
"Siapa kau berani mengatur? Ingat, kau hanya perempuan mura*han. Jadi, tidak perlu mengatakan hal seperti itu, jika kau saja hamil diluar nikah" tekan Rean.
Alea terdiam, napasnya memburu, air mata mengalir begitu saja tanpa bisa dia cegah lagi. Dadanya sesak sekali. Yang Rean ucapkan adalah benar, tapi dia juga tidak pernah ingin hal seperti ini terjadi.
"Maaf"
Alea pergi meninggalkan pasangan kekasih itu. Mengusap kasar air matanya, tidak ada pembelaan apapun karena Alea sadar jika yang Rean ucapkan adalah benar adanya.
Rean menatap punggung Alea dengan perasaan yang tak menentu. Tiba-tiba saja ada sedikit rasa tidak nyaman di hatinya. Mendengar kata maaf yang begitu lirih dari perempuan itu, membuat perasaan Rean tiba-tiba tidak nyaman.
"Rean, sudahlah tidak perlu memikirkan dia"
Rean mengerjap kaget, dia melepaskan tangan Riska yang mengelus dadanya. Dia berdiri. "Kau pulanglah, aku ingin istirahat sebentar. Jangan ganggu aku dulu"
Riska menatap kekasihnya dengan bingung, tidak biasanya Rean seperti ini. "Rean, kamu kenapa? Kok tiba-tiba meminta aku pulang, bukannya kamu mengajak aku makan malam bersama ya malam ini"
"Lain kali saja, aku lupa jika ada pekerjaan"
Rean berlalu ke lantai atas menuju kamarnya. Dia memegang dadanya, mengerutkan kening saat merasakan adanya perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba hadir dalam hatinya.
Sial, aku ini kenapa?
Bersambung
Silahkan berkomentar... Aku tahu kalian semua gedek.. luapkanlah emosi kalian.. Wkwk
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....