Hamil Anak Siluman.

Revisi.

Sesampainya di kampus, Mecca sudah melihat ayahnya dan ibu tirinya beserta adik tirinya bernama Mona. Mecca memperkenalkan Pandita pada ayahnya dan ibu tiri nya. Ibu tiri Mecca sama seperti ibu tiri pada umumnya. Jahat dan kejam, Ayahnya tidak berani memberikan uang untuk Mecca jika ada istri barunya. Ia akan mengirim uang untuk biaya kuliah Mecca melalui rekening Paman nya.

"Ayah, ibu. Kenalin, ini Pandita." Mecca menarik Tangan Pandita agar menyalami orang tuanya. Pandita masih tetap sama seperti bertemu dengan teman-teman Mecca, dingin dan kaku.

Ayah Mecca senang karena Mecca memiliki kekasih bule, Sedangkan ibunya mencebik kan bibirnya karena iri dengan Mecca. Orang tua Mecca datang bersama dengan adik tirinya yang bernama Mona. Mona terus mencuri pandang kearah Pandita, ia langsung terpesona dan menginginkan Pandita menjadi miliknya.

"Hai, kenalin, aku Mona adiknya mbak Mecca." ucap Mona tanpa malu mengulurkan tangannya pada Pandita, pandita hanya diam tak membalas uluran tangan Mona, hingga membuat Mona malu dan kembali menarik tangannya.

"Dasar nggak sopan, ajarin pacar kamu ini etika Mecca." ucap ibu tirinya bernama Linda. Mecca hanya tersenyum melihat Pandita tak menerima uluran tangan Mona.

"Maaf buk, di negri nya Pandita, tidak ada acara salam-salaman untuk berkenalan dengan orang asing. Lagipula jika bukan karena ke bapak sama ibu, aku nggak akan mau ngenalin Pandita. Hanya karena kalian orang tuaku, jadi aku pikir harus mengenalkan Pandita." ucap Mecca dengan menatap remeh pada adik tirinya.

"Pandita, kamu masuk duluan ya. Nanti aku duduk di bagian peserta wisuda bareng temen-temen aku, kamu duduk di bagian tamu undangan. Kamu nggak papa kan sendirian?" tanya Mecca. Pandita tersenyum dan mengangguk. Melihat senyuman Pandita, sumpah demi apapun, Mona benar-benar terpesona. Ia benar-benar ingin merebut Pandita dari Mecca.

Pandita akhirnya masuk menuju gedung auditorium tempat berlangsungnya wisuda.

"Buk, ayah, Mona, kalian juga langsung masuk aja ya. Aku mau masuk juga soalnya. nanti ketemu di dalam. Da da!" Mecca meninggalkan kedua orang tuanya dan masuk ke dalam gedung melalui pintu lainnya.

"Anakmu ini nggak punya sopan santun ya mas, pantes aja punya pacar juga nggak punya sopan santun. dasar a, , ,"

"Sudah sudah, kamu nggak usah berisik. kalo mau masuk ayo masuk. kalo nggak mau sebaiknya kalian pulang saja." Rahmat memotong perkataan istrinya dan lalu berjalan meninggalkan istri dan anak tirinya.

Saat ini Mecca sedang berfoto bersama teman-temannya, ia juga mengabadikan momen tersebut dengan keluarga nya meskipun tak ingin.

Tak lupa Mecca mengambil gambar bersama Pandita, seusai itu, Mecca memutuskan untuk kembali ke kosannya.

"Loh, kakak nggak ikut kami pulang ke rumah. Jangan bilang mau enak-enak sama pacar kakak itu di kosan." ucap Mona sengaja ingin memancing kemarahan ayahnya.

Mecca tersenyum dan mendekati Mona.

"Aku, pulang kerumah? Mau tidur dimana? dikamar mandi? Kamu kan tau rumah almarhum IBUKU hanya ada 2 kamar. Kecuali kalian pergi dari rumah itu, baru aku akan pulang ke rumah. Lagipula memang apa masalahmu jika aku enak-enak bersama pacarku, iri?" Mecca sengaja menekankan kata rumah ibuku. Karena memang rumah yang di tempati ayahnya dan istrinya milik ibunya. Bukan ayahnya.

"Ayah, Mecca pulang ke kos aja ya. Ayah hati-hati di jalan. Mecca nggak akan pulang ke rumah sebelum ayah mengusir 2 tikus itu dari rumah. Mau seperti apapun kehidupan Mecca nantinya, Mecca harap ayah tidak mempermasalahkan nya. Mecca tau apa yang Mecca lakukan." ucap Mecca lalu meninggalkan keluarga nya dengan menggandeng tangan Pandita. Sementara Linda dan Mona merasa kesal bukan main mendengar perkataan Mecca, Rahmat menatap kepergian putri kandungannya dengan perasaan sedih. Sebagai seorang ayah, dirinya tidak bisa menjaga putri kandungnya, tapi malah menampung putri orang lain.

"Apa mereka jahat sama kamu Mecca?" tanya Pandita saat mereka sedang berjalan menuju kos-kosan.

Mecca menatap Pandita dengan mendongakkan kepalanya karena Pandita sangat tinggi, tubuhnya hanya sebatas dada Pandita.

"Hmm, sebenarnya ayah baik, tapi istri dan anak tirinya yang jahat. Tapi sekarang aku tidak perduli, setelah bersamamu aku merasa memiliki semangat hidup lagi Pandita. Terimakasih ya." ucap Mecca tersenyum.

Pandita merangkul pinggang Mecca tanpa malu-malu meskipun banyak pasang mata yang menatap kearah mereka.

"Mecca, setelah ini menikahlah dengan ku, aku akan membuatmu bahagia. Aku tidak akan membuatmu bersedih. Kita hidup bahagia di castil kristal bersama anak-anak kita." ucap Pandita sambil menggandeng tangan Mecca.

Mecca menoleh kearah Pandita dan tersenyum.

"Aku harus memikirkannya matang-matang Pandita. biar bagaimanapun aku masih memiliki ayah. Jika nanti ayahku mencariku bagaimana?"

"Kamu masih bisa menemui ayahmu kapanpun kamu mau, tapi jika nanti kamu mengandung, kamu harus tetap berada di dalam dunia siluman. Karena jika kau kembali ke dunia manusia, itu bisa berbahaya buatmu dan calon anak kita." ucap Pandita.

"Baiklah Pandita, aku akan segera memberikan keputusan padamu." ucapnya. Pandita senang mendengar jawaban Mecca.

sesampainya di kos-kosan, Mecca tidak melihat teman-temannya. Mereka tadi mengadakan acara makan-makan di sebuah restoran bersama keluarga mereka masing-masing.

"Mecca, sebaiknya mulai hari ini kamu ikut dengan ku tinggal di castil kristal ya." ucap Pandita.

"Bagaimana caranya? Aku tidak ingin meninggalkan badanku disini sendirian, aku takut teman-teman ku mengira bahwa aku mati dan menguburku." tanya Mecca sambil membuka satu-persatu kancing kebayanya.

"Tenang saja, karena kita sudah menyatu, maka kamu bisa menembus portal gaib yang akan aku buka." jawab Pandita.

"Hmm, baiklah. Kalau begitu aku izin ibu kos dulu, aku takut mereka mencari-cari ku." ucap Mecca.

Mecca lalu menuju keluar kamarnya dengan memakai celana legging dan tanktop, menuju ke kamar pengurus kos-kosan.

Kos-kosan tempat Mecca tinggal adalah sebuah rumah berlantai 2. Terdapat 10 kamar di dalam rumah itu yang di sewakan. Bagian atas khusus kamar wanita dan bagian bawah khusus kamar pria.

"Bu, Mecca mau ngomong sama ibu." Mecca mendekati pengurus kos-kosan yang sedang mencuci pakaian milik penghuni kos.

"Ada apa Mecca, kayanya serius banget?" tanya ibu Wati dengan raut wajah penasaran.

"Buk, Mecca mau izin sama ibu. Mecca mau pergi ikut pacar Mecca ke luar negeri. Mecca nitip kamar ya buk, nanti kalo pulang Mecca langsung pulang kesini lagi. Dan ini uang sewa kos bulan ini. Untuk bulan depan, Mecca akan datang lagi membayarnya." Mecca menyerahkan beberapa lembar uang sewa kos pada Bu Wati.

"Owh, pacar kamu yang tadi pagi ngajak kamu ke negaranya ya?"

"Iya buk, oh iya. Kalo nanti temen-temen pada nyariin bilang aja Mecca udah pergi ya buk." Mecca juga menitipkan salam untuk teman-temannya, setelah itu Mecca meninggalkan ibu Wati menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Mecca melihat Pandita juga sudah melepaskan pakaiannya.

"Pandita, kok kamu nggak pake pakean sih?" tanya Mecca malu-malu, karena melihat tubuh bagian atas Pandita yang sangat macho.

Pandita tersenyum dan mendekati Mecca. Tanpa mengatakan apapun Pandita membopong tubuh Mecca keatas ranjang dan merebahkannya, ia lalu mencumbui tubuh Mecca hingga membuat Mecca merinding.

Mecca dan Pandita bercinta sebelum kembali ke negeri siluman.

Pandita yang merupakan Siluman sangat kuat dan tak memiliki rasa lelah. Mecca benar-benar kewalahan melayani nafsu Pandita yang sangat gila.

"Pandita, stop. Sudah aku lelah." rintih Mecca menahan pinggul pandita dengan kedua tangannya. Pandita menatap Mecca yang terlihat sangat kelelahan.

"Baiklah sayang. Maaf membuatmu lelah, aku lupa jika dirimu manusia biasa, bukan seperti diriku yang tidak memiliki rasa lelah." Pandita mengecup kening Mecca yang berkeringat lalu turun dari atas tubuhnya.

Mecca langsung memejamkan matanya karena ingin istirahat.

Pandita menyiapkan makanan bergizi untuk Mecca hanya dengan gerakan tangannya.

Saat ini meja belajar Mecca sudah penuh dengan berbagai makanan mewah dan enak. Pandita kembali memakai pakaiannya yang sempat ia lepas.