Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau, Adalah Ayahku
" Nak,.. " Suara lembut Nath mengalihkan pandangan Nathan yang sedari tadi sibuk menatap Berly dari kejauhan.
Nathan terdiam begitu melihat sosok yang sangat mirip dengannya.
Ayahku? iya. Dia benar-benar Ayahku.
Nathan terdiam tanpa bisa mengatakan apapun. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa bertemu dengan Ayah kandungnya. Iya, Nathan sudah mengetahui semuanya saat tak sengaja mendengar percakapan Ibunya dan Bibi Devi. Saat itu juga, Nathan langsung mencari tahu tentang Presdir Nath yang sedang dibahas oleh Ibu dan Bibinya.
Saat itulah, Nathan sering diam-diam memandangi Photo Ayahnya. Orang yang selama ini berstatus mati baginya.
Seiring kaki Nath melangkah mendekat, ada sedikit genangan air mata yang mengisi pelupuk matanya. Mungkin perasaan haru atau karena terkejut? entahlah, tiba-tiba mengetahui jika sudah memiliki anak, membuat Nath sulit mengartikan perasaan yang ia rasakan. " Nak,....
Ayah? Ayah aku ingin memelukmu. Tapi, aku tidak bisa melakukanya. Sepertinya, Ibuku masih ingin menyembunyikan ku darimu.
Nathan bersimpuh dengan sebelah lutut yang menopang tubuhnya. " Bisa kita bicara?
Ya Tuhan,... entah mengapa, aku ingin sekali memeluk anak ini. Tapi aku takut dia akan ketakutan jika tiba-tiba aku melakukannya.
" Iya. " Jawab Nathan.
Nath membawa Nathan ke sebuah Restauran dengan memesan ruangan VVIP tentunya. Ia tidak ingin diganggu atau ada yang melihatnya. Bukan karena malu sudah memiliki anak, tapi dia juga perlu menjaga privasi putranya itu.
" Apa kabarmu? " Tanya Nath mengawali pembicaraan.
Ayah, aku merindukanmu.
Mata Nathan mulai memerah. Rasanya ingin sekali ia berhambur di pelukan pria yang kini ia sebut Ayah. " Aku baik.
Nath yang melihat Nathan seolah menahan tangis, ia langsung merubah posisi duduk yang tadinya berhadapan, kini menjadi bersebelahan.
" Kau baik-baik saja? " Tanya Nath sembari menepuk punggung Nathan.
" Iya. Aku, aku hanya,... " Jawab Nathan yang terbata-bata hingga tidak dapat lagi menahan air matanya.
Nath memeluk tubuh mungil itu erat. Meski ia bingung dengan respon Nathan, tapi entahlah, dia bahkan merasa jika Nathan memerlukan pelukannya.
" Tidak apa-apa,.. tenanglah. Apa kau takut padaku? " Tanya Nath sembari menangkan Nathan yang masih terisak.
" Aku tidak takut padamu. " Jawab Nathan yang sudah mulai tenang.
Setelah beberapa saat, Nath melanjutkan obrolan mereka saat Nathan sudah mulai tenang.
" Bolehkah aku tahu siapa namamu? " Tanya Nath dengan jantung yang berdegup kencang. Apa arti debaran di dadanya, Nath juga belum bisa memahaminya.
Nathan menatap Nath sesaat. " Nathan.
" Apa? kau tahu namaku? " Tanya Nath yang justru mengartikan, jika Nathan sedang memanggil namanya.
" Namaku Nathan. " Nathan mengulangi kata-katanya dengan ekspresi dan intonasi yang menegaskan jika dia tidak berbohong.
" Apa?! Namamu juga Nathan? " Nath masih menatap bingung dan tidak percaya.
" Iya.
Apa-apaan sih ini? Anakku dan aku namanya sama? Ibu dari anak ini benar-benar tidak kreatif.
" Baiklah Nath,
" Panggil aku Nathan.
" Baiklah, Nathan, boleh aku tahu siapa Ibumu?
Nathan terdiam dengan segala pertimbangan yang memberatkan dirinya untuk bungkam.
Ibuku selalu berusaha menyembunyikan kebenaran ini. Aku harus bagaimana sekarang? mau tidak mau aku hanya bisa menunggu Ibu siap dengan semua ini.
" Kenapa paman begitu penasaran siapa Ibuku?
Paman? kenapa hatiku sakit saat dia memanggilku paman?
Nath menatap Nathan lekat. Perasaan sedih juga bahagia, bercampur aduk. Membuat Nath tidak tahu harus bagaimana berekspresi.
" Nathan, aku ingin memberitahu sebuah kebenaran. " Nath menatap Nathan yang juga menatapnya fokus.
" Tentang apa?
" Bisa aku mengajukan pertanyaan terlebih dulu? " Nath.
" Iya.
" Apa kau tahu tentang Ayahmu? " Nath mengepal tangannya kuat. Takut, benar-benar takut jika jawaban Nathan akan menyakitinya bahkan juga Nath sediri.
" Aku sudah tahu beberapa waktu belakangan ini. " Ujar Nathan menunduk tak berani menatap Nath yang terus menatapnya.
" Lalu? siapa Ayahmu?
Nathan mengepalkan tangannya kuat. Benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan bosa-basi yang tidak berkesudahan ini.
" Paman, kau lebih tahu kan? tentang siapa Ayahku?
Nath terdiam dalam keterkejutan. Ada perasaan takut dan gugup yang menyeruak dari hatinya lalu menguasai seluruh tubuhnya.
" Apa, apa kau tahu kalau aku,...
" Iya. Aku tahu. " Nathan menatap Nath dengan tegas. " Kau adalah Ayahku.
Semakin pula Nath terkejut. Bagaimana seorang anak kecil bisa menyembunyikan kebenaran sebesar ini?
" Kenapa kau tidak mengatakannya?
" Aku tidak bisa tiba-tiba memanggilmu Ayah kan?
Nath menggaruk tengkuknya yang tak gatal. " Dari mana kau tahu kalau aku adalah Ayahmu?
" Secret.
" Kenapa?
" Maaf,.... sepertinya Ibuku belum siap memperkenalkan aku kepadamu. " Jawab Nath dengan raut wajah kecewa.
" Apa kau tahu kenapa dia belum siap?
" Secret.
Nath mendesah sebal. Benar-benar sulit mengorek keterangan dari anak ini. Baiklah, langsung ke intinya saja. Batin Nath.
" Beri tahu aku. Siapa Ibumu?
Nath menaikkan sebelah alisnya sembari menunggu jawaban Nathan. Gugup sekali rasanya.
" Secret.
" Apa?! " Nath terlihat sangat kecewa. Lagi? anak ini benar-benar menguji kesabarannya.
Apa-apaan sih?! secret,secret,secret. Aku rasa aku mulai phobia kata secret. Menyebalkan. Sepertinya, hari ini bukan waktu yang tepat untuk mengetahui siapa Ibunya. Baiklah,... yang paling penting kan Nathan.
Nath tersenyum setelah memikirkan beberapa hal. Ah,..! Rasanya sangat senang rupanya memiliki anak yang wajahnya serta sifat yang mirip. Ingin sekali dia meloncat kegirangan dan mengumumkan kepada dunia, Oh, tidak-tidak. Seluruh alam semesta jika Nathan, adalah putra kandungnya.
Ibu, aku bisa mengulur waktu untukmu. Tapi aku tidak janji lain hari. Kau sudah menyembunyikan aku dari Ayahku. Dan sekarang Ayahku sudah mengetahui keberadaan ku. Banyak-banyaklah berdoa, Ibu. Semoga keahlian berbohong mu meningkat. Iyah, meski aku tidak yakin.
Setelah beberapa saat, Nath menghubungi Kevin untuk menjemput Nathan. Karena Nathan menolak Ayahnya mengantarnya ke tempat semula.
" Nak, kau harus terus menghubungi Ayah ya? jangan ragu meminta apapun dari Ayah. Jika kau membutuhkan Ayah, segeralah hubungi Ayah. Ayah akan langsung datang menemui mu. " Pesan Nath sebelum mereka berpisah.
Nathan menganggukkan kepalanya tanda setuju. " Baiklah Ayah. Sampai jumpa. Aku akan menghubungi Ayah saat sampai dirumah.
Ck! pasangan Ayah dan anak ini benar-benar membuatku iri. Menyedihkan sekali rasanya. Kenapa sih kami harus berpisah saat mendekati hari pernikahan? Rien? kau benar-benar terkutuk!
Batin Kevin yang mendengus iri melihat bagaimana pasangan Ayah dan anak itu terlihat saling menyayangi meski baru pertama bertemu.
***
Esok harinya. Hari ini adalah hari minggu, tepat dimana Tuan Rudi dirgantara atau Ayah kandung Vanya, akan menggelar pesta ulang tahun dikediaman miliknya.
Vanya memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Dia menatap Dress selutut yang ia kenakan. Memastikan kembali jika tidak ada masalah dengan Dress yang ia kenakan.
" Hemmm.... malas sih, tapi harus pergi. Aku juga harus mempersiapkan diri untuk bertemu Tristan dan Rina. Andai saja Nathan mau menemaniku. Hiks..hiks..." Kesal rasanya, anak semata wayangnya itu, selalu enggan menghadiri pesta. Maklum saja, Nathan paling tidak suka tempat yang ramai.
***
" Nath, apa kau tidak merasa aneh? kau kan punya kekasih? kenapa mengajakku pergi ke pesta ulang tahun?
Nath menatap Lexi tajam.
" Iya baiklah. Aku akan menutup mulutku. " Lexi hanya bisa mengalah dan diam.
Sudah jelas bisa ia baca ekspresi sahabat sekaligus Bosnya itu. Diam! jangan banyak bicara. Atau akan ku telan kau hidup-hidup. Bisa juga ku kuliti terlebih dulu juga boleh. Kira-kira begitulah arti dari tatapan Nath.
To Be Continued