Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman..
Devan memeluk Asha erat.
"Maafkan aku.." Bisik Devan lembut.
Asha mengangguk pelan.
"Maafkan aku.." Ucap Devan lagi dengan lirih, melepaskan pelukannya dan menatap wajah Asha.
Asha mengangguk lagi.
"Tidak apa apa..aku mengerti.." Jawab Asha lagi berusaha tersenyum.
Devan menatap wajah istrinya, melihat bibir tipis sang istri membuatnya bergairah, hasratnya muncul seketika.
Devan mendorong perlahan tubuh istrinya hingga membuatnya bersandar pada dinding pintu.
Asha semakin terkejut ketika Devan memegang dagunya, perlahan semakin mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir tipisnya.
Devan mengecupnya sekali, dilihatnya Asha hanya terdiam seakan pasrah, Devan kembali mencium bibir istrinya, kali ini bukan hanya mengecup, dia bermain sedikit lama dengan melumatnya.
Tak ada yang bisa dilakukan Asha selain diam dan pasrah, hanya kedua tangannya yang melingkar di pinggang Devan terus meremas baju suaminya perlahan.
Devan terlihat semakin bergairah, perlahan dia terus ******* bibir Asha seakan tak memberinya jeda untuk menarik napas, cukup lama hingga akhirnya dia menghentikan ciumannya.
Devan menatap Asha, tersenyum kecil melihat istrinya yang menunduk malu.
Devan kembali mengangkat wajah Asha.
"Aku mencintaimu.."
Asha tersenyum dan mengangguk.
Devan mengecup kening istrinya, menempelkan keningnya pada kening istrinya, hingga hidung mereka saling beradu.
"Aku sangat mencintaimu.." Ucap Devan lagi sembari memejamkan matanya.
Asha semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku juga.." Jawab Asha pelan.
Keduanya terdiam beberapa saat.
"Mana Nando..?" Tanya Asha tiba tiba.
"Di kamar sebelah.."
"Dia baik baik saja kan..?"
Devan tersenyum.
"Dia baik baik saja, ini semua rencananya.."
Asha juga tersenyum kecil.
"Kita harus memanfaatkan kesempatan ini..jangan membuat rencana Nando sia sia.." Bisik Devan lembut.
Asha mengerutkan keningnya.
"Apa maksud kamu..?" Tanya Asha takut
"Menjalankan kewajiban kita masing masing..?" Jawab Devan pelan.
Asha menunduk malu.
"Bagaimana..?" Tanya Nando berbisik lembut.
Salah satu tangannya mengelus halus pipi dan leher istrinya.
Asha tidak menjawab, dia semakin menundukkan kepalanya, jantungnya berdegup sangat kencang.
Devan menarik perlahan dagu istrinya, mereka kembali saling menatap.
"Aku menginginkannya.." Ucap Devan pelan penuh hasrat, menciumi pipi istrinya, hingga dia kembali berniat mencium kembali bibir Asha.
Devan mendekatkan bibirnya namun Asha yang sudah sangat ketakutan langsung memalingkan wajahnya, terlihat jelas wajah Asha yang pucat dan badannya gemetar ketakutan.
Devan menyadari kesalahannya.
"Maafkan aku..pasti ini terlalu cepat untukmu.."
Asha menundukkan kepalanya.
Devan melepaskan pelukannya perlahan.
Namun tiba-tiba Asha menahannya dengan menarik tangan suaminya.
"Maafkan aku.." Asha menatap Devan dengan rasa bersalah.
"Tidak seharusnya aku menolak..silahkan lakukan apa maumu.." Ucap Asha dengan menunduk, namun Devan masih melihat tangan dan tubuh istrinya yang gemetar.
Devan tersenyum dan kembali memeluk istrinya.
"Aku tahu kamu belum siap, aku akan sabar menunggu.." Devan mencoba menenangkan Asha, meyakinkannya bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu yang membuatnya takut.
Asha kaget dan melihat Devan.
"Cintai saja aku dulu sepenuh hatimu, itu saja sudah membuatku sangat bahagia, dan yang lainnya, biarkan mengalir dengan sendirinya.." Bisik Devan dengan diakhiri ciuman di kening istrinya.
***
Nando tersenyum memikirkan apa yang sedang terjadi di kamar sebelah, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, berarti kurang lebih sudah dua jam pasangan suami istri itu berduaan di dalam kamar.
Nando tahu persis semenjak mereka menikah, keduanya belum merasakan indahnya malam pertama, karenanya dia menyusun rencana ini agar keduanya menjalankan hak dan kewajibannya masing masing, dia juga ingin segera mendengar kabar baik, dia berharap Asha segera hamil sehingga akan membuat hubungan keduanya semakin erat karena hadirnya seorang anak diantara mereka, dia juga yakin jika keluarga Devan akan menerima Asha apabila dia sudah melahirkan penerus keluarga dari Devan Mahawira.
Ada hal lain yang membuatnya juga merasa senang, setelah beberapa hari memperhatikan, Nando dengan mudah menemukan dan mengenali orang orang suruhan Nyonya Fenny, yang terus membuntuti bosnya kemanapun dia pergi, tak terkecuali malam ini, namun akhirnya dia bisa mengelabui mereka semua.
"Hari ini pak Devan kecapaian setelah menghadiri pesta dengan tunangannya kemudian harus melakukan pertemuan dengan kliennya sampai larut malam, karena itu dia akan menginap di hotel malam ini.." Nando berpura pura menelepon seseorang dengan suaranya yang lantang di lobby hotel agar penguntit pak Devan yang berada tidak jauh dari sana juga mendengarnya.
Mendengar itu orang suruhan Nyonya Fenny itu langsung pergi meninggalkan hotel, Nando langsung tersenyum puas melihat kepergiaannya.
"Kenapa Nyonya Fenny memperkerjakan orang-orang bodoh seperti mereka.." Nando menahan tawanya
***
"Putra anda malam ini menginap di hotel tempat berlangsungnya pesta ulang tahun temannya.."
"Dengan siapa dia menginap.."
"Sepertinya sendirian.."
"Kami yakin tidak ada seorang wanita bersamanya..?"
"Saya yakin nyonya, dari yang saya dengar tadi, pak Devan kecapaian karena baru saja kembali dari menghadiri pesta denagn nona Angel kemudia harus melakukan pertemuan dengan kliennya, karena itu dia memilih untuk menginap di hotel malam ini.."
"Baiklah kalau begitu, terus ikuti anak saya, jangan sampai lengah dan terus laporkan kepada saya.."
"Baik nyonya.. "
Fenny menutup teleponnya.
"Kenapa setelah beberapa hari diikuti, mereka tidak menemukan apapun.."
"Devan sama sekali tidak melakukan hal yang aneh, tidak sekalipun menemui wanita lain selain Angel.."
"Siapa wanita itu sebenarnya..?" Gumam Fenny dalam hatinya.
***
Di atas sofa, Asha mengusap lembut rambut Devan yang tertidur di pangkuannya, sesekali melihat keluar jendela menikmati pemandangan kota malam hari di dalam kamar hotel itu.
"Gaun yang bagus.." Ucap Devan tiba tiba sambil memegang baju yang dipakai istrinya.
Asha tiba tiba teringat sesuatu.
"Aku..tadi..mengambil uang di kartu itu.." Ucap Asha ragu ragu.
Devan tersenyum.
"Baguslah..aku senang mendengarnya.."
"20 juta.."
"Ambillah semaumu, semua itu uangmu.."
"Banyak sekali..aku tidak bisa.."
"Semua uangku adalah uangmu, jangan ragu untuk memakainya.." Devan membenamkan wajahnya pada perut Asha, mengeratkan pelukan tangannya yang melingkar di pinggang istrinya.
Asha terdiam, tangannya terus mengelus rambut suaminya dengan lembut.
"Tunanganmu.. sepertinya sangat mencintaimu.."
Devan terdiam sejenak.
"Dan aku sangat mencintaimu.." Jawab Devan melepaskan pelukannya, beranjak dari tidurnya dan membenarkan posisi duduknya, menghadap Asha dan memegang tangannya.
"Lihat aku.." Pinta Devan menatap Asha serius.
Asha menatap wajah suaminya.
"Aku mencintaimu, begitupun kamu..tapi cinta kita hadir pada waktu yang salah, aku masih terpenjara dalam belenggu cintanya, kadang ingin ku renggut saja belenggu itu agar aku terbebas, namun logika menahan langkahku, menyadarkan aku bahwa akan ada banyak hati yang tersakiti..Tapi aku yakin cinta sejati akan menemukan jalannya, bersabarlah.." Devan mencium kening Asha.
pikir tdi bnran jetua gangster ...