Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.
Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.
Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 – Amarah yang Tertahan dan Rahasia Seorang Ayah
Li Yun menunduk perlahan, menatap wajah kecil di pelukannya.
Bekas air mata sudah mengering di pipi tembem Xiao Bao, meninggalkan jejak samar yang membuat kulitnya tampak sedikit kasar dan kemerahan. Li Yun mengelus pipi itu dengan ibu jarinya—gerakan lembut, penuh kehati-hatian, seolah takut sentuhan yang sedikit lebih keras akan melukai sesuatu yang jauh lebih rapuh dari tubuh mungil itu.
Hatinya mencelos.
Ia bisa merasakan tekstur yang tak seharusnya ada di pipi anak seusia itu.
Li Yun mengangkat kepalanya.
Tatapannya menyapu seluruh halaman dengan tenang… terlalu tenang.
“…”
Lalu ia berbicara, nadanya datar, nyaris tanpa emosi.
“Apa,” katanya pelan, “yang kalian lakukan pada putriku?”
—
Sunyi.
Sunyi yang menekan.
Sunyi yang membuat udara terasa berat seperti besi cair.
Xiao Zhen yang sedari tadi berdiri tegang, langsung bersiul pelan—siulan tidak bersalah—lalu berbalik dan pura-pura sibuk menyapu halaman yang bahkan tidak kotor.
“Oh? Debu di sini cukup mengganggu,” gumamnya serius.
Di kolam kecil, Naga Air yang beberapa saat lalu mengancam eksistensi dunia, langsung plung dan mengecil, berubah menjadi ikan koi biasa.
“Blup… blup…”
Seolah hidupnya hanya berputar pada satu hal: berenang tanpa dosa.
Pohon Nirvana yang daunnya sempat berkilau membunuh, kini mematung sempurna. Bahkan angin pun seakan enggan menyentuhnya.
Sementara itu…
“HAHAHAHA!”
Baal—tiba-tiba berlari memutar seperti serigala bodoh, mengejar ekornya sendiri dengan ekspresi polos.
“Eh? Ekor ini lucu sekali! Kenapa selalu kabur dariku?!”
Putar.
Putar.
Putar lagi.
Li Yun memicingkan mata.
“…Grey.”
Baal seketika berhenti.
Tubuhnya kaku seperti patung.
Keringat dingin—yang entah bagaimana bisa keluar dari seekor iblis—mengalir deras di pelipisnya.
Li Yun menatapnya tanpa perubahan ekspresi.
“Apakah ini ulahmu?”
Hawa di sekitar Baal berubah.
Tekanan yang tak kasatmata menghantam tubuhnya seperti gunung runtuh.
Li Yun melanjutkan, masih dengan nada tenang namun jauh lebih berbahaya.
“Apakah Xiao Bao terjatuh saat bermain denganmu?”
“……”
Baal ingin menangis.
KENAPA AKU LAGI!?
AKU NGAPAIN!?
AKU LITERALLY LAGI JADI ANJING BAIK-BAIK AJA!
Ia membuka mulut… lalu menutupnya lagi.
Tidak ada kata yang bisa keluar.
Akhirnya, dengan wajah putus asa, Baal menggeleng secepat mungkin, lalu mengangkat cakarnya dan menunjuk dua orang manusia di depan Li Yun.
Bai Yuan dan Mu Qinglan.
Sekejap kemudian—
DUAAARR!
Keduanya langsung berlutut bersamaan, dahi hampir menyentuh tanah.
“KAMI SALAH!”
“KAMI BERSALAH, SENIOR LI!”
Teriakan itu begitu sinkron sampai Li Yun refleks terkejut.
“Hah?” Li Yun berkedip. “Kenapa kalian tiba-tiba begini?”
Ia mengerutkan kening. “Aku cuma bertanya apa yang terjadi. Aku tidak—”
Ia berhenti sejenak.
“…tidak berniat membunuh kalian.”
Bai Yuan dan Mu Qinglan nyaris menangis lega.
Mu Qinglan langsung menunduk lebih dalam. “Ini salahku, Senior Li! Aku… aku terlalu gemas dan mencubit pipi Xiao Bao tanpa izin! Jika senior ingin menghukumku, aku menerimanya!”
Bai Yuan ikut bicara cepat. “Dan aku telah lancang! Aku bertanya tentang urusan keluarga Senior Li tanpa mempertimbangkan perasaan nona muda! Jika ini dianggap penghinaan, aku juga siap menerima hukuman! Asal… asal Senior Li tidak menghancurkan sekte kami!”
Li Yun: “……”
Ia menatap mereka dengan ekspresi kosong.
Dalam hati, pikirannya berteriak.
Hah??
HANCURIN SEKTE??
Lah gue siapa!?
Gue mah kalo ke sekte lo paling jadi samsak hidup, woi!
Li Yun menghela napas panjang, napas orang yang sudah terlalu lelah untuk meluruskan kesalahpahaman dunia.
“Tenang,” katanya akhirnya. “Aku tidak akan menghancurkan apa pun.”
Bai Yuan dan Mu Qinglan hampir bersujud sekali lagi karena lega.
Li Yun menatap Xiao Bao yang masih berada di pelukannya. Gadis kecil itu menatap Bai Yuan dan Mu Qinglan dengan mata besar yang penuh rasa ingin tahu, tanpa sedikit pun dendam atau marah.
Anak ini…
Li Yun menarik napas dalam-dalam.
Dalam hatinya, pikirannya melayang.
Soal orang tua Xiao Bao… khususnya ibunya…
Ia menggenggam tangan kecil itu sedikit lebih erat.
Memang benar aku mengarang cerita bahwa ibunya pergi ke dunia atas untuk berkelana.
Itu bohong.
Bohong yang ia ciptakan dengan sadar.
Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
Bahwa ibunya telah tiada.
Tatapannya mengeras sesaat.
Dia masih terlalu kecil.
Aku tidak ingin masa kecilnya dipenuhi kehilangan.
Aku tidak ingin senyumnya hilang sebelum waktunya.
Tiba-tiba Xiao Bao menarik baju Li Yun.
“Papa…”
Li Yun menunduk.
Xiao Bao menatapnya dengan wajah polos, lalu berkata dengan serius—
“Papa jangan marah sama bibi dan paman ya…”
Li Yun terdiam.
Xiao Bao melanjutkan, “Kalau papa marah-marah terus… nanti papa cepet keriput.”
“….”
Beberapa detik hening.
Lalu—
“Pfft—”
Li Yun tertawa kecil tanpa sadar.
“Xiao Bao sudah maafin bibi dan paman kok!” lanjutnya cepat. “Jadi papa jangan marah terus ya!”
Li Yun tersenyum hangat.
Ia memeluk Xiao Bao erat ke dadanya.
“Papa tidak marah,” katanya lembut. “Ini cuma tanda kalau papa sayang sama Xiao Bao.”
Mata Xiao Bao langsung berbinar. “Beneran?”
“Beneran.”
Xiao Bao langsung memeluk leher Li Yun. “Xiao Bao juga sayang papa!”
Hati Li Yun menghangat.
Beberapa saat kemudian, suasana kembali normal. Ketegangan memudar seperti kabut pagi.
Langit sudah gelap.
Mu Qinglan dan Bai Yuan pun akhirnya berdiri dan memberi hormat.
“Sudah larut,” kata Bai Yuan. “Kami izin pamit.”
Li Yun mengangguk. “Hati-hati di jalan.”
Xiao Zhen maju. “Aku akan mengantar.”
Xiao Bao menguap lebar. “Haaaah~”
Li Yun tertawa kecil. “Kamu mengantuk ya?”
Xiao Bao mengangguk pelan, lalu kepalanya bersandar di dada Li Yun… dan tertidur.
Li Yun tersenyum tipis, lalu masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan.
Di luar, Bai Yuan dan Mu Qinglan akhirnya bisa bernapas lega.
“Nyaris mati…” gumam Mu Qinglan.
Xiao Zhen berjalan di depan mereka dengan tangan di balik punggung.
“Tapi jujur saja,” katanya datar, “aku masih kesal.”
Dua kultivator itu langsung tegang lagi.
“Aku ingin sekali memotong kalian menjadi dua barusan,” lanjut Xiao Zhen tenang. “Namun… lupakan saja.”
Mu Qinglan menunduk cepat. “Aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Xiao Zhen menghela napas.
“Oh ya,” katanya seolah baru ingat. “Soal monster iblis itu.”
Bai Yuan mengangkat kepala. “Ya?”
“Kalian tidak perlu repot lagi.”
Bai Yuan tertegun. “Apa maksud senior?”
Xiao Zhen menoleh sedikit. “Apakah kalian tidak menyadari sosok serigala yang bisa membesar dan mengecil sesukanya tadi?”
Mu Qinglan dan Bai Yuan membeku.
“Jangan bilang…” desis Bai Yuan.
“Itu,” lanjut Xiao Zhen, “adalah iblis yang kalian cari.”
Kaki Bai Yuan melemas.
“Tapi… kami bahkan tidak bisa mendeteksinya…”
“Wajar,” jawab Xiao Zhen. “Karena meski kalian berdua bergabung, mencoba membunuhnya tetap saja sama dengan bunuh diri.”
Bai Yuan menelan ludah. “Kenapa… begitu?”
Xiao Zhen berhenti berjalan.
Ia menoleh, tatapannya tajam.
“Karena dia adalah Kaisar Iblis.”
Mu Qinglan dan Bai Yuan langsung lemas total.
“K-Kaisar… Iblis…?”
“Pantas saja…” gumam Bai Yuan. “Pantas kami tak bisa melacaknya… pantas korban begitu banyak…”
Ia mengangkat kepala, menatap ke arah kediaman Li Yun.
“Syukurlah… semuanya sudah berakhir.”
Mu Qinglan mengangguk pelan.
“Berkat Senior Li…”
Xiao Zhen tidak menjawab.
Ia hanya menatap langit malam, lalu berkata dalam hati—
Bukan hanya berakhir…
Dunia ini selamat… hanya karena satu orang.