Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB35
Kabar mengejutkan mengguncang seluruh Benua Timur. Anak Takdir telah muncul. Bagaimana tidak gempar, seorang penjaga primordial—entitas kuno dengan kekuatan tak terbayangkan—bersedia berlutut dan merendahkan diri di hadapan Adnan Bintan. Pemuda itu bukan hanya berasal dari Keluarga Bintang yang disegani, tetapi juga terhubung dengan tujuh Kelan legendaris dan beberapa Sakte misterius.
Ketujuh Kelan itu bukanlah entitas sembarangan. Kelan Kuil Batu, yang bersemayam di Benua Selatan, dikenal dengan pertahanannya yang tak tertembus. Kelan Bintan, yang berpusat di Benua Timur, mewarisi kebijaksanaan kosmik. Kelan Awan Bersalju, penguasa Benua Utara, mengendalikan badai dan hawa dingin yang mematikan. Kelan Mawar Malam, yang misterius dari Benua Barat Laut, menyimpan rahasia kegelapan dan ilusi. Taring Serigala, yang ganas dari Barat Laut Benua Utara, adalah simbol kekuatan dan keganasan. Matahari Hangat, yang penuh vitalitas dari Benua Timur Laut, membawa kehidupan dan penyembuhan. Teratai Melati, yang anggun dari Benua Barat Daya bagian Selatan, melambangkan kesucian dan pencerahan.
Kemunculan Adnan Bintan sebagai Anak Takdir mengusik keseimbangan kekuatan di dunia. Para penguasa kelan saling berspekulasi, para sakte mulai berbisik, dan bayang-bayang masa lalu kembali menghantui. Apakah Adnan akan menjadi penyelamat atau justru membawa kehancuran? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Kemunculan Anak Takdir membuat Penyihir Hitam Bayangan Darah, yang selama ini menjadi incaran utama Penyihir Putih, menjadi kalang kabut. Mereka dicekam ketakutan atas ramalan kuno yang menyebutkan kebangkitan sang esah dan kemusnahan Kelan Penyihir Bayangan Darah.
Di tengah kepanikan itu, seekor burung pembawa pesan tiba, membawa titah dari Ordo Kegelapan. Mereka menawarkan kerja sama kepada Penyihir Bayangan Darah dan sekutu mereka. Aliansi yang tak terduga ini bisa menjadi kunci untuk menghadapi Anak Takdir atau justru mempercepat datangnya kehancuran. Pilihan ada di tangan Penyihir Bayangan Darah.
Penyihir Bayangan Darah menerima tawaran tersebut. Aliansi gelap terbentuk, menjanjikan kekuatan baru dan strategi licik untuk menghadapi Anak Takdir dan para pendukungnya. Bayangan kelam menyelimuti dunia, dan perang besar tampaknya tak terhindarkan, tinggal menunggu waktu saja.
Ketua Penyihir Bayangan Darah menyeringai, "Tidak lama lagi, madah itu akan tiba. Kita hanya perlu mengumpulkan darah para pengkhianat untuk melawan sang Mesias dan menciptakan dunia baru, dunia kita sendiri!", yang tadinya takut dan cemas, kini menjadi tawa yang menggembirakan.
Tawanya bergema di antara para pengikutnya, dipenuhi kegembiraan yang mengerikan. "Kita telah menyusup ke dalam tujuh Kelan dan Sakte-Sakte itu. Mereka bahkan tidak curiga! Ini sangat menguntungkan kita. Banyak yang ingin bersekutu dengan kita."
Kembali pada Adnan, ia tengah berunding dengan Valerius. "Adnan," Valerius, "aku akan membangunkan Vortex dan menanyakan tentang seorang alkemis yang tahu tentang pengobatan supranatural, untuk menyembuhkan Ancient."
Adnan segera menuju kamar Vortex dan membangunkannya. "Vortex, apakah kau tahu tentang orang yang bisah menyembuhkan. Ancian vortex ya tuan aku tau orang itu?"
Vortex menjawab, "Orang itu tampak seperti orang biasa, tetapi ia memiliki tato bulan sabit merah di lengannya. Dulu, aku pernah mencoba ilmu yang sama dengan Ancient di suatu tempat, tetapi aku gagal. Orang itulah yang menyelamatkanku. Aku ingin sekali membalas jasanya, tetapi ia bilang ia hanyalah orang biasa yang tinggal di Desa Aethelgard."
Adnan tersentak. "Jangan-jangan orang tua itu..." Ia berkata, "Aku tahu orang itu. Aku pernah menolongnya. Semoga saja dia orangnya."
"Vortex, kau masih ingat wajahnya, kan?" tanya Adnan.
"Ya, Tuan. Kita bertiga akan pergi ke sana menemui orang itu malam ini juga dan meminta bantuannya. Semoga dia bersedia membantu kita," jawab Vortex.
Di sebuah ruangan yang remang-remang, dihiasi tengkorak dan lilin hitam yang menetes, Penyihir Darah mengundang para pemimpin ordo kegelapan dan Putri Elara yang kelihatan misterius. Aroma dupa memabukkan bercampur dengan bau anyir darah, menciptakan suasana yang menyesakkan.
"Selamat datang, saudara-saudari," sapa Penyihir Darah dengan suara serak. "Kita berkumpul di sini untuk membahas cara menjebak Anak Takdir dan menjatuhkannya. Jika perlu, kita harus membunuhnya."
Putri Elara, dengan mata sedingin es dan senyum sinis, menyahut, "Anak Takdir memang ancaman. Tapi dia bukan satu-satunya masalah. Tujuh Kelan dan para Sakte itu... mereka harus dilenyapkan juga."
Seorang pemimpin ordo berjubah hitam menimpali, "Kita sudah menyusup ke dalam barisan mereka. Kita bisa memprovokasi perang saudara, membuat mereka saling menghancurkan."
"Bagus," sahut Penyihir Darah. "Kita akan menyebarkan desas-desus, memutarbalikkan fakta, dan menciptakan kekacauan. Kita akan membuat mereka saling curiga dan membenci."
Putri Elara menambahkan, "Kita juga bisa menggunakan kelemahan mereka. Setiap orang punya rahasia, setiap orang punya ketakutan. Kita akan menggali informasi itu dan menggunakannya untuk keuntungan kita."
"Dan jika semua gagal," kata Penyihir Darah dengan seringai mengerikan, "kita akan menggunakan sihir tergelap kita. Kita akan memanggil entitas dari alam lain, kita akan mengorbankan jiwa-jiwa yang tak bersalah."
Percakapan berlanjut hingga larut malam, dipenuhi siasat jahat dan tipu muslihat yang mematikan. Mereka merencanakan setiap detail dengan cermat, memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh Anak Takdir.
"Ingat," kata Penyihir Darah pada akhirnya, "kita harus bekerja sama. Kita harus saling percaya. Jika kita bersatu, tidak ada yang bisa menghentikan kita."
Namun, di balik kata-kata itu, tersembunyi ketidakpercayaan dan ambisi pribadi. Setiap orang memiliki agendanya sendiri, dan aliansi ini bisa runtuh kapan saja. Tapi untuk saat ini, mereka bersatu dalam satu tujuan: menghancurkan Anak Takdir dan menciptakan dunia yang diperintah oleh kegelapan.
Di tengah hutan Eldoria yang rimbun, di mana pepohonan menjulang tinggi dan cahaya Bulan menari-nari di antara dedaunan, para pemimpin Kelan Elf berkumpul. Jenderal Tertinggi, dengan wajah bijaksana dan mata yang menyimpan kesedihan mendalam, membuka suara.
"Kita harus menarik Anak Takdir ke pihak kita," katanya dengan nada serius namun penuh harapan. "Jika dia bisa memecahkan teka-teki itu, masih ada harapan bagi kita. Kita bisa menyembuhkan Pohon Kehidupan."
Ketua Ketiga, seorang elf muda dengan rambut seputih salju, menyela dengan nada khawatir, "Tapi, Tuan..."
Jenderal Tertinggi mengangkat tangannya, menghentikan perkataannya. "Tidak ada 'tapi-tapi'an. Ini sudah menjadi keputusanku. Jika dia memecahkan teka-teki itu, biar aku yang akan menanggung risikonya." ke pada hewan penjaga si Singa terus.
Ia mengalihkan pandangannya kepada seorang, Pegintai Kelan Elf yang pemberani dan cekatan. Pegintai, lakukan segala cara apa saja agar dia mau bergabung bersama kita secara sukarela, tanpa ada paksaan. Gunakan kebijaksanaanmu untuk meyakinkannya."
Pegintai mengangguk hormat, dan langsung berlutut degan patuh kami. "Akan kulakukan yang terbaik, Tuan. Aku pemimpin Pegintai akan menunjukkan kepadanya keindahan dan kedamaian Eldoria, serta bahaya yang mengancam Pohon Kehidupan."
Suasana di ruangan itu dipenuhi harapan, namun juga terselip ketakutan yang mendalam. Mereka tahu bahwa Anak Takdir adalah kunci untuk menyelamatkan Kelan Elf, tetapi mereka juga sadar bahwa ia bisa menjadi ancaman yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
"Semoga saja dia adalah harapan kita," bisik Ketua Ketiga dengan nada lirih.
Jenderal Tertinggi menepuk pundaknya dengan lembut. "Kita harus percaya. Jika kita tidak percaya, siapa lagi yang akan percaya?"
Meskipun kata-kata itu terdengar meyakinkan, namun di dalam hati mereka masing-masing, tersimpan keraguan dan ketakutan yang tak terucapkan. Mereka tahu bahwa masa depan Kelan Elf berada di tangan seorang pemuda yang tak mereka kenal, dan itu adalah prospek yang menakutkan sekaligus menggembirakan.
eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌