NovelToon NovelToon
SISTEM BLACK HOLE

SISTEM BLACK HOLE

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:404
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuadnan Saputra 31

Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB34

Ketua ke-7 Klan Awan Bersalju melangkah dengan mantap di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Udara dingin menusuk tulang, khas hutan di lereng Gunung Batu, namun hatinya tidak karuan. Pikirannya berkecamuk, antara senang dan khawatir. Ia baru saja kembali dari pertarungan perebutan Bunga Aging Malam dengan keturunan Klan Bintang, dan kekalahan itu terasa berat di pundaknya.

"Anak takdir," bisiknya, kata-kata itu bergema di antara pepohonan yang sunyi. Klan Bintang, dengan kebijaksanaan dan koneksi mereka pada alam gaib dan ramalan bintang, telah meramalkan kedatangan seorang anak yang ditakdirkan untuk membawa perubahan besar bagi seluruh klan. Anak ini, kata mereka, akan lahir di Klan Awan Bersalju.

Ketua ke-7 Awan Bersalju menghela napas. Sang jenderal penguasa, ketua klan tertua, adalah pemimpin yang dihormati, namun berita ini membuatnya merasa kecil hati dan tidak siap. Bagaimana mungkin ia, seorang pemburu dan pejuang yang lebih akrab dengan cakar dan gigi daripada ramalan dan takdir, bisa membimbing anak yang begitu penting? Dikarenakan di mana pun anak takdir yang dilahirkan akan diajari oleh ke-7 klan dan 15 sekte, ini kejutan buat ketua ke-7 ini, bencana apa keberuntungan?

Ia mempercepat langkahnya, bayangan pepohonan menari-nari di sekelilingnya. Ia harus segera kembali ke markas klan, di lembah tersembunyi di balik air terjun yang membeku. Ketua Tetua menunggu, begitu pula seluruh klan. Mereka berhak tahu tentang ramalan ini, tentang harapan dan tanggung jawab yang kini berada di pundak mereka. Keluarga Bintang, akankah ada dua anak takdir?

Namun, di lubuk hatinya, Ketua ke-7 Awan Bersalju merasakan keraguan yang mendalam. Klan Awan Bersalju adalah klan yang kuat dan mandiri, namun mereka juga keras kepala dan sulit menerima perubahan. Bagaimana mereka akan menerima gagasan tentang seorang anak takdir, seorang anak yang mungkin akan menggoyahkan tradisi dan cara hidup mereka?

Ia menggeretakkan giginya dan menggenggam erat tongkat kepemimpinannya, ukiran awan dan salju terasa dingin di tangannya. Ia harus percaya pada ramalan Klan Bintang, dan ia harus percaya pada klannya sendiri. Bersama, mereka akan menghadapi takdir ini, apa pun yang akan terjadi. "Aku harap keponakanku akan melahirkan seorang anak takdir juga, karena ia percaya ramalan itu," pikirnya.

Saat lembah itu terlihat di kejauhan, Ketua ke-7 Awan Bersalju berhenti sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara segar pegunungan. Ini adalah rumahnya, klannya, dan ia akan melakukan segalanya untuk melindungi mereka, bahkan jika itu berarti menghadapi takdir yang tidak pasti.

Dengan langkah yang lebih ringan, ia menuruni lereng, menuju air terjun yang membeku, menuju rumahnya, menuju takdirnya.

Di tengah hutan Eldoria yang rimbun, para elf sibuk bergegas dengan panik dan takjub. Kabar tentang anak takdir bagaikan petir yang menyambar, membuat mereka tersentak dan berdebar. "Anak takdir! Benarkah?" bisik mereka, mata mereka berbinar-binar antara cemas dan gembira. Para pejuang elf berlari cepat di antara pepohonan, napas mereka tersengal-sengal, menyampaikan pesan penting kepada Jenderal Tertua Tertinggi, pemimpin tertinggi mereka. "Jenderal! Jenderal! Kabar penting!" seru mereka, suara mereka bergetar karena urgensi.

Sementara itu, di kota-kota alkemis yang dipenuhi asap dan aroma ramuan, para alkemis juga sibuk bukan kepalang. Labu-labu kaca berjatuhan, ramuan mendidih tumpah ruah, namun tak ada yang peduli. Mereka menghentikan eksperimen mereka yang rumit dan mulai menyusun laporan dengan tangan gemetar, tinta muncrat ke sana kemari. "Anak takdir... ini gila! Ini luar biasa!" gumam mereka, mata mereka berputar-putar karena kegembiraan yang meluap-luap. Para penempa, dengan palu mereka yang perkasa, berhenti memalu dengan dentuman keras yang tiba-tiba. "Anak takdir? Waktunya telah tiba!" seru mereka, suara mereka menggema di seluruh bengkel. Mereka mulai berdiskusi dengan semangat tentang implikasi dari kehadiran anak takdir, ide-ide mereka berloncatan seperti percikan api dari landasan.

Di sudut-sudut gelap dunia, para penyihir bayangan malam juga merasakan getaran takdir yang mengguncang jiwa mereka. Mereka muncul dari bayang-bayang dengan gerakan tersentak-sentak, mata mereka menyala dengan cahaya aneh. "Anak takdir... akhirnya!" desis mereka, suara mereka serak dan penuh antisipasi. Mereka mulai menyusun rencana dengan tergesa-gesa, mantra-mantra terucap dengan cepat dan kacau. Keturunan Panglima Tertinggi pengikut Qilin Aqua belum musnah! Mereka masih ada dengan semangat dan kekuatan yang bergejolak di dalam hati mereka, dan mereka tahu bahwa anak takdir adalah kunci untuk membuka kekuatan itu. "Kita harus menemukan mereka! Kita harus melindungi mereka!" seru mereka, suara mereka penuh tekad yang membara.

Semua faksi ini, dengan kekuatan dan agenda mereka sendiri, tahu bahwa kehadiran anak takdir adalah peristiwa penting yang akan mengubah dunia. Mereka semua bergegas untuk melaporkan kabar ini kepada para pemimpin mereka, karena mereka tahu bahwa pengetahuan adalah kekuatan, dan kekuatan adalah kunci untuk mengendalikan takdir. Waktu terus berjalan, dan dunia bersiap untuk kedatangan anak takdir.

Di sebuah kastil terpencil yang tersembunyi di balik pegunungan yang diselimuti kabut, Putri Elara dan Ordo Kegelapan dilanda kepanikan yang mencengkeram. Kekalahan mereka di tangan anak takdir, Adnan Bintang Pratama, telah membuat mereka panik sejadi-jadinya. Mereka semua tahu bahwa ini adalah malapetaka yang tak terhindarkan.

"Kita dalam bahaya!" seru Elara, suaranya bergetar ketakutan. "Ketujuh klan akan memburu kita! Mereka tidak akan membiarkan kita mengganggu takdir anak itu barang sedikit pun!"

Para anggota Ordo Kegelapan saling bertukar pandang dengan cemas yang mendalam. Mereka tahu bahwa Elara benar. Ketujuh klan adalah kekuatan yang tak tertandingi, dan mereka tidak akan ragu untuk menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalan anak takdir, tanpa ampun.

"Kita harus bersembunyi," kata salah seorang anggota Ordo dengan suara gemetar. "Kita harus menemukan tempat yang aman, tempat di mana mereka tidak akan pernah menemukan kita, bahkan dalam mimpi terburuk mereka."

"Tidak!" bantah Elara dengan nada yang lebih tinggi, mencoba menyembunyikan ketakutannya. "Kita tidak bisa bersembunyi selamanya! Kita harus melawan! Kita harus menghentikan anak takdir sebelum mereka menjadi terlalu kuat, sebelum dia menghancurkan kita semua!"

Namun, di lubuk hati mereka yang paling dalam, mereka tahu bahwa peluang mereka sangat kecil, hampir tidak ada. Ketujuh klan terlalu kuat, terlalu terorganisir, dan mereka terlalu sedikit, terlalu lemah.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya salah seorang anggota Ordo dengan putus asa yang menggantung di udara.

Elara terdiam sejenak, pikirannya bekerja keras mencari solusi, mencari celah dalam takdir yang tak terhindarkan. Dia tahu bahwa mereka harus melakukan sesuatu, tetapi dia tidak tahu apa, tidak tahu bagaimana.

"Aku punya ide," katanya akhirnya, dengan nada yang lebih tenang namun penuh tekad. "Kita akan mencari sekutu. Kita akan menemukan orang-orang yang juga takut pada ketujuh klan, orang-orang yang bersedia untuk berjuang bersama kita, orang-orang yang memiliki dendam yang sama."

Para anggota Ordo Kegelapan saling bertukar pandang lagi, kali ini dengan sedikit harapan yang menyala di mata mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah perjudian besar, taruhan terakhir yang mungkin, tetapi mereka tidak punya pilihan lain, tidak ada jalan keluar lain.

"Baiklah," kata salah seorang anggota Ordo, dengan suara yang lebih mantap dari sebelumnya. "Kita akan melakukan apa yang kau perintahkan, Putri. Kita akan mengikuti jejakmu sampai akhir."

Elara mengangguk dengan tekad yang membara di matanya. Dia tahu bahwa jalan di depan akan sulit, penuh dengan bahaya dan pengorbanan, tetapi dia bertekad untuk melakukan apa pun untuk melindungi dirinya dan Ordo Kegelapan, bahkan jika itu berarti menghadapi takdir itu sendiri.

Pemberitahuan dari Penulis,

Halo para pembaca setia!

Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang telah kalian berikan kepada karya saya. Setiap komentar, saran, dan apresiasi dari kalian sangat berarti bagi saya.

Saya sangat mengharapkan partisipasi aktif dari kalian semua. Jangan ragu untuk memberikan komentar dan saran yang membangun agar saya dapat terus meningkatkan kualitas tulisan dan menyajikan cerita yang lebih menarik dan menghibur.

Selain itu, saya juga akan sangat berterima kasih jika kalian berkenan memberikan "like" pada karya ini. Dukungan kalian akan menjadi motivasi yang luar biasa bagi saya untuk terus berkarya dan menghasilkan cerita-cerita yang lebih baik lagi.

Terima kasih sekali lagi atas dukungan dan perhatian kalian. Semoga cerita ini dapat terus menemani dan menghibur kalian semua!

1
Adrian Koto
baru paragraf awal dh bikin suasana merinding. gaya ngasih hook kita mirip thor 🤓👍

eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌
Wahyuadnan Saputra 31: mohon maaf autor masih pemula, terima kasih atas sarannya
total 2 replies
Cina Kw
bantu support
Cina Kw
bagusss 😍
Wahyuadnan Saputra 31: Terima kasih sudah mau support
total 1 replies
Hiroki524
Gemesin banget karakternya!
Wahyuadnan Saputra 31: Terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!