Kecelakaan misterius merenggut nyawanya, dan ia yakin itu adalah akhir segalanya. Namun, takdir punya rencana lain.
Ketika membuka mata, ia mendapati dirinya bukan lagi di dunia modern. Ia kini berada dalam tubuh Xiao Yan, sang protagonis legendaris dari dunia Dou Qi, tepatnya di donghua dan novel kesayangannya, Battle Through The Heavens (BTTH)!
Mati di dunia nyata, bangkit sebagai 'sampah' Klan Xiao yang dirundung malang dan kehilangan Dou Qi-nya? Tidak akan.
Dengan Sistem Ajaib yang tiba-tiba hadir sebagai pendamping, ia punya kesempatan untuk menulis ulang takdir. Bukan hanya sekadar bertahan, ia berniat melampaui versi aslinya.
"Aku akan menjadi Xiao Yan yang berbeda. Lebih kuat, lebih hebat, dan... kenapa tidak? Lebih banyak kekasih!"
BUKAN NOVEL TERJEMAHAN, MURNI PEMIKIRAN AUTHOR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natelashura7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35 perasaan lain cai lin
"Hah guru, akhirnya aku bisa menyempurnakan pil kelas tujuh bahkan mungkin bisa lanjut ke pil kelas delapan awal" Gumam xiao yan terkapar kelelahan.
"Bicara dengan tubuh hampir gosong karena efek dari pil kelas tujuh. Bocah kau benar-benar berbakat" ujar yao lao tersenyum bangga.
Meskipun baru mau ke-tiga tahun mereka menjadi guru dan murid, yao lao yang awalnya acuh tak acuh menjadi lebih peduli pada xiao yan. Bahkan menganggapnya seperti anaknya sendiri, lebih dari sekedar murid. Lawakan dari bocah itu, aksi nekadnya, impian konyol dan bakatnya semuanya menarik perhatian yao lao.
"Yah kau sebaiknya tidur" suruh yao lao.
"Baiklah" Balas xiao yan menutup mata.
Baru beberapa menit tertidur. Yao lao merasakan sesuatu, di mana cai lin ternyata menguping pembicaraan mereka sedari tadi namun yao lao sengaja hanya diam dan cai lin nampak mengeluarkan pedang dou qi di tangan kanannya.
"Jika aku bisa membunuh nya maka aku bebas kembali ke suku ular tanpa melanggar sumpah ku" Batin cai lin melangkahkan menuju xiao yan. "Entah berapa banyak pilnya, itu juga akan ku ambil sebagai rampasan" Lanjutnya.
"Wanita yang sangat kasar" ucap yao lao muncul. "Kau sering memakan pilnya dan sekarang kau mencoba untuk membunuh muridku" Lanjutnya.
"Hmph... Hanya sebuah tubuh jiwa, tidak bisa berbuat banyak" Balas cai lin mengacungkan pedangnya.
"Medusa, jika ingin membunuh nya. Kau harus mendapatkan persetujuan dari ku" ucap yao lao mengelus janggutnya. "Dan apa yang sebenarnya terjadi padamu, bukankah kesepakatan xiao yan menguntungkan mu juga" Lanjutnya.
Isi kesepakatan xiao yan hanya meminta cai lin untuk menjadi penjaga nya lima tahun, ini baru memasuki tahun ketiga. Terlebih imbalannya adalah cai lin bebas merasakan pil obat yang dibuat oleh xiao yan tanpa harus membayar sepeserpun.
"Aku mengkhawatirkan klan ku. Beberapa hari lalu manusia menyerang" ucap cai lin dingin.
"Aku mengerti" Balas yao lao mengangguk. "Klan mu kurang sumber daya, mintalah pada bocah ini" Lanjutnya.
"Kau berani memerintah ku" Balas cai lin tajam.
"Dasar wanita keras kepala. Pikirkan jika kau membunuh nya maka kau hanya akan mendapatkan pil sedikit, sedangkan jika memintanya bukankah kau bisa meminta terus sampai puas" ujar yao lao melirik xiao yan yang tertidur.
Pedang Dou Qi di tangan Cai Lin bergetar tipis, cahaya merahnya menari-nari di udara. Sorot matanya tajam, seperti bisa menembus jantung Xiao Yan yang sedang terlelap. Namun kata-kata Yao Lao menahan langkahnya. Hening sesaat. Angin malam yang masuk dari jendela seakan ikut menimbang keputusan sang Ratu Medusa.
“Permintaan terus sampai puas, ya?” tanya Cai Lin mendesis pelan. Matanya menyipit, lalu perlahan menurunkan pedangnya. “Bocah itu memang menjengkelkan… tapi benar juga, pilnya sangat berguna. Bahkan untukku" Lanjutnya tidak jadi membunuh.
“Akhirnya kau bicara masuk akal. Wanita sepertimu, kalau sedikit lebih jujur… mungkin hidupmu akan lebih tenang" ucap yao lao menggelengkan kepalanya.
“Jangan menganggap ini kelembutan, roh tua. Aku tidak lupa bahwa nyawanya masih milikku. Hanya saja… aku menunda mengambilnya" Balas cai lin menatap dingin.
Tatapannya kembali pada Xiao Yan yang tidur pulas, napasnya teratur meski tubuhnya masih berasap akibat efek pil kelas tujuh. Ada sesuatu di matanya ntah rasa kesal, entah rasa penasaran tapi cepat ia sembunyikan di balik wajah dingin.
“Kalau benar kau khawatir pada klanmu” seru Yao Lao berucap pelan, “katakan langsung padanya. Bocah itu mungkin suka bercanda, tapi dia tipe yang tidak akan menolak jika itu untuk melindungi orang-orang yang penting bagi orang lain… terutama dirimu" Lanjutnya Berucap.
Cai Lin terdiam sejenak. Ujung pedangnya lenyap menjadi partikel Dou Qi, lalu ia berbalik menuju pintu. Langkahnya menjauh, meninggalkan Yao Lao yang hanya tersenyum samar sambil menatap muridnya yang masih terlelap.
“Hm. Kita lihat saja nanti… apakah dia akan menepati semua ucapannya" gumam cai lin pelan.
Setelah kepergian cai lin, yao lao hanya bisa menghela nafas. Suku manusia ular memang seperti itu, para wanitanya ganas saat mereka belum dijinakkan. Yao lao melirik kearah xiao yan.
"Dia sudah pergi, berhenti pura-pura tidur" ucap yao lao.
"Kaaah..." Erang xiao yan. "Tadi itu hampir saja" Lanjutnya tersenyum.
“Bocah, kau bahkan masih bisa tersenyum setelah hampir ditebas pedang. Apa otakmu benar-benar sudah gosong karena api surgawi itu?” tanya yao lao mendengus heran.
Xiao Yan bangkit duduk perlahan, tangannya mengusap tengkuk. Meski wajahnya tampak lelah, matanya justru bersinar penuh semangat.
“Hampir saja memang… tapi guru, aku tahu Cai Lin tidak akan benar-benar membunuhku sekarang" Gumam xiao yan berucap.
"Omong kosong,” sahut Yao Lao cepat. “Kalau aku tidak muncul, kepalamu sudah melayang. Kau terlalu percaya diri" Lanjutnya.
"Yah kurasa aku harus lebih berhati-hati, lain kali" ucap xiao yan menepuk-nepuk bahu nya sendiri.
Xiao Yan hanya tertawa pelan, tatapannya melayang ke arah pintu tempat Cai Lin tadi pergi. Senyumnya samar. Lagipula wanita itu adalah istrinya entah di cerita asli ataupun cerita ini.
***********
Pagi harinya di penginapan yang diberikan oleh ya fei. Cai lin baru terbangun dari tidurnya dan tidak merasakan kehadiran xiao yan, sempat berpikir kalau xiao yan kabur, namun ia melihat sebuah kotak yang sengaja ditinggalkan dengan sebuah kertas dibawah kotak itu.
Cai lin membuka kotak itu dan menemukan beberapa pil obat kelas enam hingga tujuh awal. Sedangkan kertas itu berisi pemberitahuan kalau xiao yan akan pergi menghadiri pesta alkemis keluarga nalan dan meminta cai lin untuk tidak berkeliaran kemana-mana.
Jemarinya menyentuh kertas yang ditinggalkan. Tulisan tangan Xiao Yan memang sederhana, Ia membaca pelan kalimat terakhir:
“Aku akan kembali sebelum malam. Jangan berkeliaran, aku tidak mau kalau aku sampai terluka tanpa kau di sana saat pulang"
“Hmph… pria bodoh. Siapa yang bisa melukaimu selain aku sendiri.” gumam cai lin dingin, meski ada rona samar di pipinya.
Ia menutup kotak itu rapat, lalu duduk di tepi ranjang sambil memainkan untaian rambutnya. Ingatannya melayang pada malam sebelumnya, saat pedangnya hampir menebas Xiao Yan. Entah kenapa, detik terakhir itu tangannya menahan diri dan ucapan Yao Lao terus terngiang di telinganya.
“Kalau membunuhnya, aku hanya dapat sedikit pil… tapi kalau membiarkannya hidup, aku bisa terus meminta sampai puas" ucap Cai Lin mendesah pelan. “Tapi… kenapa aku merasa ada alasan lain, selain pil…" Lanjutnya tidak tahu harus berbuat apa.
Ia segera berdiri, menyibakkan tirai jendela. Dari kejauhan, mata tajamnya menatap arah kota, tempat pesta alkemis keluarga Nalan akan digelar. Aura samar kebencian memancar dari sorotnya.