Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia Ciptaan?
Suara papan ketik terdengar sangat nyaring di kamar kos milik Alseana Ratu Afensa.
Dia adalah seorang penulis online terkenal yang ceritanya sudah dibaca oleh jutaan pembaca.
Dia adalah seorang mahasiswa salah jurusan yang harus membagi waktunya antara pekerjaan dan perkuliahannya agar kehidupan kuliahnya bisa berjalan dengan lancar.
Dini hari ini ia masih menuliskan cerita yang akan ia kirimkan nanti karena sudah menjadi rutinitas nya tiap hari di jam tiga pagi menulis karena merasa otaknya sedang encer di jam tersebut.
"Huh, tinggal satu kalimat lagi lalu aku akan tidur." Gumamnya pada dirinya sendiri karena masih mengantuk karena harus bangun pagi untuk menulis cerita.
Dia sedang menulis bab terakhir dari ceritanya yang berjudul "Cintai Aku".
Kisah klasik semasa SMA yang digemari oleh kalangan muda saat ini. "Cintai Aku" sendiri diambil dari kisah cinta yang diharapkan oleh Alseana sewaktu SMA yang tak kesampaian karena selama dua puluh tahun hidup ia tetap menjadi seorang jomblo.
Sangat mengenaskan namun ia masih memiliki otak untuk berimajinasi sesuai dengan keinginanya.
Setelah ia mengetik hingga kalimat terakhir, ia segera mematikan laptopnya dan kembali tidur.
Tanpa ia sadari, ia telah menekan tanda kirim ke platform miliknya yang membuat para pembaca setia segera membaca cerita terbaru di pagi buta tersebut.
Banyak notif yang masuk ke dalam ponsel Alseana karena memang tersambung di ponselnya hingga komentar pujian dan kutukan diarahkan kepada Alseana.
A: Hahaha Akhirnya Manfredo mati!
B: Aku sudah menunggu Manfredo mati, seharusnya sejak lama ia mati saja.
C: Manfredo sangat tampan, kenapa penulis harus membunuhnya?
D: Manfredo salah tapi seharusnya ia diberi kesempatan kedua karena ia pasti memiliki alasan berbuat jahat pada Naren.
E: Penulis terburuk! mati saja kau, kenapa dia membuat tokoh antagonis kesayanganku mati!
F: Aku harap penulis merubah alur ceritanya hari ini, aku sangat menyukai Manfredo setelah kemarin melihat visualnya.
G: Kembalikan Manfredo!
H: Aku harap penulis sial selamanya dan masuk ke dalam cerita agar bisa merasakan menjadi Manfredo!
I: Sial! Aku akan berhenti membaca cerita ini jika tak ada part tambahan tentang Manfredo!
J: Aku mengutuk penulis dan masuk ke dalam novel agar alurnya berubah!
Banyak orang yang mengutuk Alseana akibat membunuh sang antagonis, karena bagi Alseana cerita tak akan berakhir jika sang antagonis tidak mati.
Antagonis harus mati agar sang protagonis hidup bahagia, antagonis adalah tokoh jahat yang seharusnya menghilang di radar sang protagonis.
Namun dibalik itu, hanya Alseana yang lebih tahu tentang seluk beluk sang tokoh antagonis mengenai masa kelamnya, namun baginya antagonis tetaplah antagonis yang harus hilang agar ceritanya bisa dibilang happy ending.
Namun apakah cerita itu akan berakhir happy ending setelah antagonis mati?
Jauh dari bayangan Alseana, ia akan menyesali telah menulis cerita ini.
......................
Kring! Kring!
Alarm berbunyi mengganggu tidur gadis yang sedang terlelap di atas kasur empuknya.
Karena merasa terganggu karena bunyi nyaring tersebut ia meraba-raba dimana letak jam alarm-nya.
Setelah mematikan alarm tersebut ia lanjut mengarungi mimpinya namun setelah beberapa menit ia menyadari hal yang aneh.
Sejak kapan ranjang kosnya seempuk dan senyaman ini?
Dan sejak kapan ia memiliki jam alarm?
Setelah otaknya sedikit loading ia langsung membuka matanya setelah sadar jika ada yang salah.
"Hah?!"
Ia sangat terkejut saat ia melihat kanan kiri bukanlah kamar kos miliknya.
"Dimana ini? Apakah ada yang menculikku?!"
Alseana sangat panik saat ia berada di kamar yang sama sekali tak ia kenal.
Ia berada di kamar yang sangat mewah dengan dominasi warna putih dan pink pastel tersebut.
"Dimana ini? mana laptop kesayanganku? sial, siapa juga yang menculik orang miskin ini." Gerutunya dengan kesal hingga tatapannya jatuh pada cermin besar yang ada di kamar tersebut.
Dia sangat syok saat pantulan dari cermin tersebut adalah dirinya sendiri namun dalam versi glow up.
"Apakah tidur sebentar membuat orang menjadi lebih cantik??"
"Sebenarnya dimana ini?" Gumamnya pada dirinya sendiri hingga suara ketukan pintu membuat ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu bercat putih tersebut.
"Non, apakah anda sudah bangun? Anda bisa terlambat sekolah." Suara wanita yang Alseana tebak berusia lima puluh tahunan terdengar dari luar pintu.
"Sekolah?" Gumam Alseana dengan mengerutkan dahinya.
Hei dia sudah berumur dua puluh tahun, mana ada ia masih sekolah. Ia seharusnya pergi ke kampus.
"Non?" Panggilan tersebut terdengar lagi hingga membuat Alseana membuka pintunya siapa tau ia bisa mendapatkan jawaban dari wanita yang berada di luar itu.
Ceklek!
"Non Auryn, kenapa anda belum memakai seragam sekolah anda? ini sudah jam setengah tujuh, anda bisa telat." Ucap wanita paruh baya tersebut yang mengenakan pakaian pelayan.
"Seben-" Sebelum ia bisa bertanya pada wanita paruh baya tersebut ia didorong masuk dan di bawa ke kamar mandi.
"Non Auryn segera mandi dan segera ke bawah yaa, pak anton sudah siap sejak tadi." Ucap wanita itu lalu langsung meninggalkan Alseana sendiri di kamar mandi.
Merasa tak mendapatkan jawaban, Alseana hanya bisa menghela nafasnya lalu mengikuti kemauan wanita itu untuk bersiap karena siapa tahu ia bisa mendapatkan jawaban.
Ia segera membersihkan diri dan membuka lemari untuk mengambil seragam yang diucap wanita paruh baya tadi.
Namun, hal yang membuatnya sedikit salah fokus adalah seragam sekolahnya sangat mirip dengan bayangannya ketika ia membuat cerita novelnya.
"Apakah ini sebuah kebetulan?" Gumamnya.
Namun, tak ingin terlalu memikirkan hal tersebut dan memakai seram tersebut dan bersiap lalu keluar dari kamar tersebut.
Saat ia keluar ia sangat takjub dengan desain rumah ini, rumah ini semua serba putih dan terkesan sangat mewah.
Ia berpikir apakah ia sedang bermimpi sekarang?
"Non kenapa masih berdiri disitu, pak anton sudah menunggu anda. Anda bisa telat jika tak segera berangkat." Ucap wanita tadi yang pertama kali ia temui di rumah ini yang sedikit mendesaknya khas orang tua yang menyuruh anaknya untuk segera berangkat.
Ia pun hanya mengangguk dan turun kebawah dengan diam, ia harus mencari tahu dimana ia sekarang karena terasa sangat aneh.
Ia pun masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan pintu rumah tersebut.
"Nona kemarin membaca novel lagi ya jadi bangun kesiangan?" Suara pria yang ia ketahui namanya pak anton tersebut terdengar. Ia berbicara dengannya sambil mengemudikan mobilnya karena jam sudah hampir menunjukkan jam tujuh pagi.
Ia hanya diam saja tak menjawab karena masih mencerna semua kejanggalan ini.
"Ini kita di negara mana pak?" Tanya Alseana pada pria yang menjadi supirnya tersebut dengan sedikit ragu.
"Apakah nona Auryn masih mengantuk? tentu saja masih di indonesia non." Ucap pak Adit dengan terkekeh.
"Kota mana ya pak? dan nama saya siapa?" Tanya Alseana lagi karena ia sepertinya sedikit berpikiran gila kali ini, semoga saja tebakannya salah.
"Jakarta non, anda kenapa? Apakah anda melupakan nama anda sendiri? non Auryn sakit?" Tanya pak Adit dengan khawatir.
"Jawab saja pak!" Ucap Alseana dengan mendesak pak Adit agar ia segera menjawab pertanyaannya tanpa bertanya lebih dalam tentangnya.
"Auryn Athaya Queensha, non."
Bagaikan tersambar petir disiang hari, Alseana membeku di tempat.
Tidak mungkin bukan? tidak mungkin ia menjadi salah satu tokoh cerita novel miliknya?
Apakah ini mimpi? Tolong bawa ia kembali sekaranggg?
...****************...
Guys setelah dari bab ini selanjut kita panggil Alseana dengan Auryn yah!!!