GUBRAAKK !! Suara itu menyerupai nangka berukuran 'babon' jatuh dari pohon yang tinggi. Xavier (Zac) segera berlari meloncati semak-semak untuk segera mengambil nangka yang jatuh. Sesampainya di bawah pohon nangka, Xavier tidak melihat satu pun nangka yang jatuh. Tiba-tiba...
"Siapapun di sana tolong aku, pangeran berkuda putih, pangeran kodok pun tidak apa-apa, tolong akuu ... "
Di sanalah awal pertemuan dan persahabatan mereka.
***
Xavier Barrack Dwipangga, siswa SMA yang memiliki wajah rusak karena luka bakar.
Aluna Senja Prawiranegara, siswi kelas 1 SMP bertubuh gemoy, namun memiliki wajah rupawan.
Dua orang yang selalu jadi bahan bullyan di sekolah.
Akankah persahabatan mereka abadi saat salahsatu dari mereka menjadi orang terkenal di dunia...
Yuks ikuti kisah Zac dan Senja 🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Surat Cinta Penolong
Lomba akan dimulai, Sam menghitung jarak tangannya yang bisa menyentuh boulder. Alarm mulai dibunyikan, Sam bergerak cepat mencapai ketinggian, tidak peduli aturan, kena sangsi atau tidak. Yang penting bisa lebih cepat dari Rosi. Namun Gadis itu bergerak seperti tupai, lincah dan cepat, nyaris melampauinya.
Tiba-tiba Sam melangkah ke wall lawan dan...
Cup!
Ia mengecup kasar leher Rosi yang terekspos dan berkeringat. Sontak Rosi kaget, hilang fokus dan hilang kendali, tangannya lepas dari boulder. Talinya meluncur ke bawah. Zac dan petugas dengan cepat menarik tali agar tubuh Rosi tidak terhempas ke lantai dengan keras.
Sreek!
Tubuh Rosi meluncur sampai ke lantai dan mendarat dengan aman. Ia memukul udara dengan kesal, matanya menyorot marah pada Sam yang masih bergelantungan di atas. Sam terkekeh puas, pencapaiannya menaiki dinding tantangan bisa ia capai dalam waktu 40 detik.
"Curang!" murka Rosi dengan mata melotot.
Sam turun perlahan dengan gerakan dramatis saat menuruni wall climbing, sedikit meledek Rosi yang masih menggerutu. Saat Sam tiba di bawah, Rosi langsung menyerangnya dengan penuh emosi.
"Kamu curang!" gadis itu memukul perut Sam yang berotot keras.
Sam mengunci tubuh Rosi dengan melingkarkan lengannya di leher Rosi, lalu...
Cup!
"Ciuman di atas tadi untuk kesombonganmu, ciuman yang ini untuk balasan atas tamparanmu waktu itu!" gumam Sam seraya menyeringai.
Pipi Rosi memerah, marah, kaget dan kebingungan melandanya. Ia terpaku sejenak, saat pandangan mereka terkunci.
Zac memalingkan wajah, sambil menepuk jidatnya. "Aku sedang patah hati, kalian memulai hubungan baru, tega kamu Sam!" gerutu Zac.
Sam terkekeh setelah Rosi mendorong dadanya lalu gadis itu menggosok kasar bibirnya yang baru saja disambar Sam.
"Ini sebuah segel persahabatan kita Zac, setelah ini kamu tidak bisa lagi menduakan Senja dengan gadis gil* itu!" bisik Sam.
"Kamu masih saja berpikir aku ada hubungan dengannya. Sekalipun di dunia ini perempuan tinggal dia, aku tidak akan jatuh cinta padanya."
Ucapan Zac sontak membuat Rosi meradang. Ia memukul pundak sahabatnya dengan keras. "Kamu akan menyesal ngomong seperti itu, Zac!" maki Rosi
Kedua sahabat itu terkekeh melihat Rosi yang mengamuk, mereka memperhatikan Rosi dari belakang. Tatapan Sam terus menempel pada kunciran rambut Rosi yang bergoyang lincah mengikuti gerak tubuhnya.
"Dia cantik, liar dan pemberani," gumam Sam.
Zac memperhatikan tatapan Sam yang terus menempel ke arah punggung Rosi. "Aku tahu kamu mulai menyukainya sedang awal bertemu kan?"
Sam tertunduk malu, "aku tidak menyukainya, dia bukan tipe wanita idamanku, aku hanya penasaran."
"Kalau hanya penasaran lebih baik jangan kamu dekati, karena kamu akan kesal sendiri nantinya." Zac mengangkat kedua telapak tangannya lalu menghitung dengan jarinya.
"Bemo, Agung, Roni, Panjul ... Delapan orang lelaki yang sudah dia tolak dan dibuatnya patah hati. Kamu tidak ingin menjadi korban ke sembilan, kan?" tanya Zac dengan maksud terselubung.
Zac tahu Sam paling benci sebuah penolakan, dia hanya ingin memprovokasi agar hubungan Sam dan Rosi bisa berlanjut seperti yang Zac harapkan, dia kesal saat Rosi terus menempel padanya. Tapi dia tidak akan tega membiarkan Rosi jatuh ke tangan lelaki yang salah. Sam adalah lelaki baik dan cocok dengan Rosi.
"Ku pastikan wanita itu yang akan mengejar aku, Zac. Kita lihat saja nanti," batin Sam dalam hatinya.
"Kamu pikir aku akan mengejar 'Puppy' itu, sekali lagi kukatakan dia bukan tipeku," sangkal Sam.
Sejak hari itu, Sam tidak pernah absen datang ke wall climbing di sela waktu luangnya untuk berlatih lebih hebat lagi dan tentunya untuk mendekati Rosi, memperhatikan setiap gerak gerik gadis itu, jadwal latihannya, warna favoritnya, makanan kesukaannya, cara dia berjalan, cara dia tertawa dan bercanda dengan orang lain. Mereka memang tidak pernah bertegur sapa sejak saat itu. Namun, Sam tahu Rosi juga mulai tertarik padanya.
Hingga suatu hari Sam mengalami kendala dengan motor sportnya, Sam menepikan motornya di bahu jalan Sudirman saat tiba-tiba motornya berhenti di tengah jalan. Sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Seorang gadis turun lalu menghampirinya.
Rosi.
"Ada apa dengan motormu?" tanyanya sambil bertolak pinggang.
"Aku tidak tahu tiba-tiba mogok."
Gadis itu kembali ke mobilnya, membuka bagasi mobil lalu mengambil satu koper perkakas komplit untuk mengatasi kendala berkendara. Ia memposisikan motor sport itu pada standar tengah. Sendirian, tanpa bantuan Sam.
Ia membuka aki dan busi motor yang bermasalah.
"Perawatan motormu buruk sekali, businya harus diganti dan akinya sudah soak. Kebetulan aku punya cadangan aki baru, tipe motormu sama dengan milik Zac." Rosi membongkar aku lama Sam lalu menggantinya dengan aki yang baru.
Sam benar-benar dibuat speechless dengan pengetahuan dan keahlian Rosi tentang perbaikan kendaraan. Dia begitu cekatan dan hati-hati memperlakukan motornya. Selama ini, Sam hanya tahu bagaimana cara mengemudikan motor, mobil tanpa pernah belajar untuk mengatasi saat terjadi kendala.
Busi dan Aki sudah terpasang, Rosi mencoba memutar tuas gas untuk memastikan semua bisa berfungsi dengan baik.
"Sepertinya benar yang kulakukan, coba kamu kendarai, aku akan mengikuti mu dari belakang, jaga-jaga akan terjadi kendala lagi. Satu kilo meter dari sini ada bengkel motor, kamu bisa cek lagi apa pemasangan ku sudah benar."
"B-baik, terima kasih. Maaf sudah merepotkan mu," jawab Sam.
Frankfurt, sore hari...
Senja melempar sembarang tas olahraganya. Kakinya berjalan dengan gemetar untuk menggapai tempat tidur. Sampai di tepi ranjang, Ia mengelus sisi paha bagian atas yang masih terasa nyeri setelah latihan Battement tendu di sanggar balet baru. Airmata jatuh satu persatu dari matanya, sudut bibirnya menukik ke bawah.
"Papa, Kak Sam ... Aku nggak kuat, aku nggak kuat hidup di sini Papa, cepatlah jemput aku huhuhu... " ia terus terisak meratapi hidupnya.
Krek!
Pintu terbuka, senyum mamanya menyapa tatapannya yang sendu.
"Lelah ya sayang, sabar ya semua pasti bisa Senja lalui," bujuk Monica mengecup lembut pipi lembab Senja.
"Aku ingin pulang ke rumah kita mam, aku benci kehidupan di sini," rengek nya bibir Senja bergetar dan manyun saat bicara sambil terisak.
"Setelah Papa bisa membuktikan tidak bersalah mengenai anjloknya harga saham dan kebocoran anggaran, juga memperjuangkan perusahaan kita bangkit kembali, Grandpa pasti akan melepaskan kita untuk kembali ke Indonesia. Mama juga tertekan hidup jauh dari Sam dan Papa." Monica memeluk Senja dengan erat.
"Kapan ma, sampai kapan itu terjadi, aku bisa mati berdiri tinggal di sini."
"Shh... Nggak boleh ngomong begitu, kamu harus banyak berdoa semoga Papa dan Sam bisa memperjuangkan kita."
"Ma, bisa tidak aku tidak mengikuti kelas balet, aku lelah mam dan ini bukan kemauanku."
"Ini bukan sesuatu yang bisa kamu tawar sayang, ini kewajiban yang harus kamu laksanakan. Mama tidak bisa melawan Grandpa." Monica membingkai wajah putrinya yang semakin kurus, "Hey, demi Zac! Ingat di surat terakhir yang dia tulis, dia ingin kamu menari seperti Tinkerbell, lincah, ceria dan seksi."
"Aku mau istirahat mam, jika grandpa menanyakan ku saat makan malam, bilang saja aku sedang diet, kakiku masih gemetar saat berjalan."
"Baiklah sayang, selamat istirahat. Jangan lupa buahnya di makan, hum?"
"Iya mam," jawab Senja dengan malas.
Senja membuka laci meja kecil di samping ranjangnya, mengambil sebuah kotak yang berisi surat dan liontin dari batu bacan palamea yang berwarna hijau kebiruan. Di belakang liontin itu bertuliskan inisial mereka.
"Ka Zac, aku kangen... " untuk kesekian kalinya ia membaca ulang surat yang Zac berikan terakhir kali.
Ketika aku melihatmu sedang menatapku dengan wajah polos. Aku seperti menemukan diriku ada dalam dirimu. Aku seakan menemukan akhir sebuah perjalanan panjang yang selama ini ku lalui dalam keheningan dan kesepian.
Oh cinta, dia datang tidak mengenal usia. Seharusnya perasaan ini tidak tumbuh di hati kita yang masih hijau. Dimana langkah kita belum stabil, tulang kita belum kokoh dan waktu, bagaimana waktu akan membawa kita?
Tapi kita seolah sudah saling menemukan, berencana untuk berjalan jauh, bersama, selamanya.
Jangan takut akan kehilangan, karena kamu bagian dari diriku, kuharap kamu juga begitu terhadapku, Senja.
Aku tidak mengejar mu, bukan karena aku pura-pura kuat menahan rindu, bukan karena aku tidak memiliki cinta yang kuat terhadapmu, tapi karena...
Aku yakin, berada di sampingmu suatu saat akan menjadi kenyataan. Yang aku inginkan bersamamu apa adanya, tidak memaksa, tidak juga menuntut. Biarlah mengalir apa adanya.
Dari semua kecanduan yang aku pernah alami, kecanduan olahraga, kecanduan belajar dan membaca, hanya ada satu candu yang tidak akan aku hilangkan, yaitu Merindukanmu. Saat merindukanmu, aku bisa melupakan segalanya ... rasa lelah, rasa sakit dan kecewa yang seringkali datang menjerat langkahku meraih cita-cita.
Senja tetaplah bersinar meski tanpa aku di sampingmu. Menarilah seperti Tinkerbell, lincah, ceria dan seksi... Kamu tidak perlu langsing, tidak perlu glowing untuk menjadi kesayangan aku. Kamu hanya perlu mencintai dirimu sendiri apa adanya, dan bahagia dengan versi dirimu.
Aku yang terus mencintaimu, Xavier Barrack.
"Surat Cinta ini adalah bahan bakar semangatku menjalani hidup di tempat asing ini, Ka Zac," ucapnya lirih sebelum memejamkan mata.
jalan masih panjang, raih mimpi sampai sukses ❤🤗
,, Zac dan Sam fokus menjalin persahabatan dulu yaa, biar makin klop 😚❤
,, gk mau coba tengok k Dee 👉👈 👉👈