"Dimana ini? kenapa semuanya sangat bobrok? uuhh.. badan ku sakit sekali, " lirih Sherina yang mendapati tubuh nya berbaring di atas jerami.
"Kakak lihat, wanita kejam itu bangun kembali, apakah dia akan memukul kita lagi? " suara bisikan seorang anak kecil itu terdengar oleh Sherina, mereka mengenakan pakaian lusuh compang-camping, dengan tambalan di sekeliling nya.
"Mahkluk apa itu? kenapa mereka tampak seperti Monyet, " gumam lirih Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-35. Memulai Rencana
"Seperti nya ada hal penting".
"Aku harap tidak ada kabar buruk".
"Melihat dari wajah Kakek Lizeng seperti ada hal penting".
"Ada apa ini sebenarnya??".
Para warga saling bertanya satu sama lain, karna mereka sudah lama tidak di kumpulkan seperti ini.
"Kakek Lizeng ada apa ini??" seorang warga memberanikan diri untuk bertanya.
Kakek Lizeng menatap satu persatu warga desa nya, kilatan mata Kakek Lizeng berubah sendu.
Karna Kakek Lizeng tau.. para warga pasti akan mengingat masa sedih mereka jika Kakek Lizeng membahas tentang bencana alam.
"Iya Kakek.. ada apa? tolong jangan buat kami takut" di antara para warga sudah ada yang bisa menebak Kakek Lizeng akan mengatakan apa.
"Ekhem.. ekhem.. saya tau kalian akan bertanya-tanya seperti ini, dan saya juga tau sebagian dari kalian pasti sudah tau dengan tujuan saya mengumpulkan kalian semua disini".
Terlalu berat kita Kakek Lizeng langsung berbicara pada intinya, Kakek Lizeng tak ingin membuat warga nya sedih.
"Kakek.. katakan saja, jangan biarkan kami menebak-nebak seperti ini" mereka yakin Kakek Lizeng akan mengatakan sesuatu yang penting.
"Cepat lah Bayu.. jangan terlalu bertele-tele, aku masih mempunyai urusan lain" dengan tidak sopan juga tidak sabar Nenek Sarah mendesak Kakek Lizeng.
"Benar kata Bibi Sarah.. cepat lah Kakek katakan tujuan mu" selalu mencari muka, itulah Vivian.
Dia selalu mengharapkan Nenek Sarah memujinya karan Vivian selalu berpihak padanya.
"Semua nya.. kalian pasti tau jika sebentar lagi akan musim salju.. kalian semua juga masih ingat dengan kejadian tahun lalu kan?".
Semua orang menunduk, karna kini mereka kembali mengingat masa sulit mereka.
Apalagi yang keluarga nya meninggal dalam bencana itu, seketika raut wajahnya mereka langsung berubah sedih.
"Jadi Kakek ingin kami berbuat apa?? jika untuk mengungsi!! itu tidak mungkin Kakek".
Saat musim salju sanak saudara pun selalu menolak untuk menampung saudara lain nya, karna walau bagaimanapun mereka sama-sama kesulitan.
"Aku tidak akan meminta kalian untuk mengungsi, karna aku juga tau itu tidak mungkin".
Kakek Lizeng sendiri pernah di tolak keluarga nya sendiri, jadi dia tak akan mengusulkan untuk mengungsi pada para warga nya.
"Lalu kita harus melakukan apa??" jika mengungsi bukan solusi nya, lalu apa solusinya?.
"Silahkan Nak Sherina.. kamu saja yang menjelaskan semua nya" Kakek Lizeng memberikan alih pada Sherina untuk berbicara.
"Bayu, kenapa kamu meminta Sherina untuk bicara??" Tentu Nenek Sarah tak suka jika Sherina harus mewakili Lizeng berbicara.
"Kamu mau apa Sherina?? kamu jangan sok pintar" Vivian tak jauh beda dengan Nenek Sarah, dia semakin membenci Sherina karna banyak orang menyanjung nya.
Dan kini Kakek Lizeng malah memberikan Sherina muka, tentu saja Vivian tak suka akan hal itu.
Di antara mereka ada beberapa pendukung Nenek Sarah juga Vivian, mereka pun melontarkan kata-kata seperti Nenek Sarah dan Vivian.
Mereka tak suka jika Sherina yang harus di tunjuk oleh Kakek Lizeng.
"SEMUANYA DIAM!!!" bukan ini yang Kakek Lizeng harapkan.
Bukan keributan tak jelas seperti ini yang di inginkan Kakek Lizeng.
"Dengar kan aku.. Sherina hanya akan mengatakan solusi untuk mengahadapi bencana nanti, jika di antara kalian ada yang tak suka lebih baik kalian pergi".
Kakek Lizeng menekankan kata-kata nya, karna dia benci pada orang-orang yang suka mengambil kesimpulan cepat tanpa menunggu dulu penjelasan.
"Cuih.. anak-anak ayo pulang untuk apa kita berada di sini.. sia-sia saja aku jauh-jauh datang ke aula desa".
Nenek Sarah meludah, dia menatap benci ke atas Sherina.
"Kamu benar Bibi.. kita kesini hanya membuang waktu saja" akan sangat cocok jika Vivian di sebut an-jing setia Nenek Sarah.
Karna Vivian selalu saja mendukung apapun ucapan Nenek Sarah.
Keluarga Nenek Sarah, Vivian dan beberapa pendukung Nenek Sarah pergi begitu saja tanpa meminta ijin.
Mereka sangat keterlaluan, meski mereka membenci Sherina.. seharusnya mereka menghormati Kakek Lizeng dan para tetua desa lain nya.
"Sudah, sudah.. biarkan saja, nanti juga mereka akan menyesal sendiri" Memikirkan mereka bukan pilihan tepat, jadi biarkan saja mereka pergi.
"Nak.. jadi apa rencana mu??" Bibi Laura tau bagaimana rasanya kehilangan keluarga yang di cintai nya.
Bibi Laura tak ingin kejadian itu kembali terulang pada keluarga nya.
"Begini.. untuk menghadapi bencana yang akan datang kita harus bekerja sama, Saya mempunyai solusi agar kita semua tak kelaparan.. ".
"Saya ingin kalian semua membuat lumbung tinggi, nanti lumbung itu akan bisa kalian jadikan tempat penyimpanan barang berharga kalian berikut bekal kalian selama musim salju melanda".
"Dan jika kalian membuat nya agak besar, kalian juga bisa tinggal disana" menurut Sherina itu adalah solusi tepat untuk menghadapi masalah yang akan tiba".
"Apa akan berhasil?? musim salju sebentar lagi.. badai juga suka datang di saat hari kedua" waktunya sudah dekat, jadi para warga ragu dengan rencana mereka.
"Maka dari itu kita harus bekerja sama.. kalian para pria saling membantu membangun lumbung tinggi, dan kalian para perempuan.. kalian bisa mulai mencari bekal di gunung untuk bekal kita nanti".
Jika mereka melakukan nya secara bergotong royong, maka semua akan terasa mudah.
"Baiklah.. kami semua ikut rencana mu" semua setuju dengan solusi dari Sherina.
"Bagus.. kita akan memulai nya besok, jika di antara kalian mempunyai uang lebih, belikan sebagian uang itu untuk biji-bijian dan sebagian lagi nya harus kalian sisihkan untuk keperluan mendesak".
Kejadian esok hari siapa yang tau, jadi Sherina meminta mereka untuk menyiapkan semuanya dengan baik.
Setelah semua rencana di susun, para warga segera pulang ke rumah masing-masing.
Mereka akan menyiapkan alat-alat untuk kebutuhan mereka besok.
Para istri pun mulai membuat sesuatu untuk makanan bekal mereka besok.
Dan sebagian dari mereka juga, mengatur uang mereka seperti usulan Sherina.
…………………………………………
"Tuan.. apa kita harus membantu mereka??" apapun yang di lakukan Sherina mereka selalu mendengar kan serta mengawasinya.
Satu di antara mereka terkadang selalu menatap Sherina dengan sorot mata penuh pujian.
Tapi pria itu tak mau mengakui perasaan nya sendiri, dia selalu berusaha untuk tak terlihat jika dirinya mengagumi Sherina.
"Kalian panggil lah beberapa prajurit untuk membantu mereka.. dan jika mereka bertanya, bilang saja itu bantuan dari kabupaten".
Mana mau pria itu menyaksikan sebagian warga nya menderita, lebih tepatnya orang-orang yang di sayangi nya.
"Apa perlu kita menyediakan makanan untuk para warga, terutama untuk mereka?" nanti jika bencana itu tiba, maka akan sangat sulit mendapatkan makanan.
"Kalian kumpulkan saja dulu bahan makanan nya, tapi jangan di berikan sekarang.. ".
Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya 👋👋.