NovelToon NovelToon
Dia Yang Kau Pilih

Dia Yang Kau Pilih

Status: tamat
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Selingkuh / Berondong / Tamat
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Rika Nurbaya adalah seorang guru honorer yang mendapat perlakuan tak mengenakan dari rekan sesama guru di sekolahnya. Ditengah huru-hara yang memuncak dengan rekan sesama guru yang tak suka dengan kehadirannya, Rika juga harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya, Ramdhan memilih wanita lain yang jauh lebih muda darinya. Hati Rika hancur, pernikahannya yang sudah berjalan selama 4 tahun hancur begitu saja ditambah sikap ibu mertuanya yang selalu menghinanya. Rika pun pergi akan tetapi ia akan membuktikan bahwa Ramdhan telah salah meninggalkannya dan memilih wanita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Penyesalan

Di dalam kelas, para siswa mulai berbisik-bisik. Beberapa bahkan mulai mengeluarkan ponsel mereka, berniat merekam drama yang tak terduga ini.

Rika tahu, ia tidak boleh membiarkan drama ini merusak reputasi sekolah. Ia tidak boleh membiarkan Cahya mendapatkan kepuasan terakhirnya dengan melihat Rika hancur di depan murid-muridnya.

Rika berbalik dari jendela. Ia menatap para siswanya.

“Perhatikan saya, anak-anak,” kata Rika, suaranya tegas namun tenang, menarik perhatian semua orang.

"Apa yang kalian lihat di luar sana adalah contoh yang sangat jelas tentang apa yang terjadi ketika seseorang membiarkan kebencian menguasai diri mereka. Itu adalah suara orang yang tidak bisa menerima kebenaran, dan memilih untuk menyebarkan fitnah.”

“Sekarang, mari kita buktikan bahwa kita adalah siswa-siswa Bina Cendekia, yang memiliki kecerdasan emosional. Kalian tidak perlu melihat atau mendengarkan hal-hal negatif itu. Kalian harus fokus pada tujuan kalian.”

Rika mengambil spidol, kembali ke papan tulis. “Kevin, silakan lanjutkan presentasimu tentang integritas. Kalian semua, fokus pada materi. Abaikan suara dari luar.”

Siswa-siswa menatap Rika. Mereka melihat ketenangan yang luar biasa. Mereka melihat Rika mempraktikkan langsung apa yang ia ajarkan: kontrol diri di bawah tekanan. Mereka tahu, wanita yang diributkan di gerbang itu adalah masa lalu Rika, dan Rika memilih untuk tidak lagi terganggu.

Kevin, dengan tatapan kagum, melanjutkan diskusinya. Sementara itu, di luar, keributan Bu Cahya semakin memuncak.

Tiba-tiba, Rika melihat Pak Aris, Kepala Sekolah, muncul di gerbang, didampingi dua staf senior. Pak Aris, dengan wajah tenang namun tegas, berbicara langsung dengan Bu Cahya.

“Ibu, hentikan ini sekarang juga. Kalau tidak, saya terpaksa memanggil polisi atas tuduhan pengrusakan dan pencemaran nama baik. Guru kami, Ibu Rika Nurbaya, adalah staf permanen kami yang berintegritas tinggi. Kami tahu persis drama yang Anda ciptakan di sekolahnya yang lama. Sekarang, pergilah.”

Ancaman itu membuat Cahya terdiam. Ia menatap keangkuhan Pak Aris, yang membela Rika tanpa keraguan sedikit pun. Ia melihat ke kelas Rika, di mana semua siswa duduk tenang, mengabaikannya. Cahya menyadari, ia tidak hanya kalah; ia telah mempermalukan dirinya sendiri di depan seluruh kota.

Cahya akhirnya melepaskan pegangannya pada gerbang. Tubuhnya ambruk, bukan karena stroke seperti Rosba, melainkan karena kehabisan energi dendam. Petugas keamanan segera membawanya pergi.

Rika hanya melihat semua itu sekilas, lalu kembali fokus pada murid-muridnya. Ia merasakan kemenangan yang jauh lebih manis daripada perayaan apa pun. Kemenangan Rika bukan saat Bu Cahya terjungkal; kemenangan Rika adalah saat raungan Bu Cahya tidak lagi mampu mengusik ketenangan jiwanya dan profesionalitasnya.

Mendengar Kevin menyelesaikan presentasinya dengan sempurna, Rika tersenyum. “Bagus, Kevin. Integritas telah menang. Sekarang, mari kita lanjutkan ke bab berikutnya.”

Rika Nurbaya, kini telah benar-benar lepas dari belenggu masa lalu. Ia berdiri tegak, menjadi simbol integritas yang tak terkalahkan.

****

Bu Cahya kembali ke rumah barunya setelah insiden memalukan di depan SMA Bina Cendekia. Ia diantar pulang menggunakan taksi online. Cahya masuk ke rumah dengan langkah gontai, seluruh tubuhnya terasa sakit dan jiwanya remuk.

Ia berjalan melewati ruang tamu yang mewah namun dingin. Ramdhan sedang tidak di rumah; ia sedang bersama Milea menghadiri pertemuan bisnis penting. Rumah itu sunyi, hanya ada Cahya dan gema dari teriakan-teriakan histerisnya sendiri.

Cahya menjatuhkan dirinya ke sofa. Ia menatap tangannya, tangan yang tadi mencengkeram besi gerbang sekolah elit itu. Ia melihat betapa rendahnya ia telah jatuh. Ia, Ibu Cahya, sosialita kelas menengah, ibu dari Ramdhan, telah membuat keributan di depan umum, di depan sekolah paling bergengsi di kota, hanya demi merusak kebahagiaan seorang wanita yang dulunya ia hina.

Ia memejamkan mata. Ingatan tentang wajah tenang Rika, ketenangan siswa-siswa yang mengabaikannya, dan tatapan menghakimi dari Kepala Sekolah muda itu, semua berputar menjadi pusaran yang menyakitkan.

“Aku… aku sudah gila,” bisik Cahya, suaranya serak dan nyaris tak terdengar.

Ia menyentuh pipinya. Air mata penyesalan mulai membasahi wajahnya. Ini bukan air mata amarah seperti yang ia tunjukkan di rumah sakit Rosba, atau air mata frustrasi yang ia tunjukkan pada Ramdhan. Ini adalah air mata kejujuran yang pahit.

Selama ini, ia hidup dalam delusi. Delusi bahwa Rika adalah sumber masalah. Delusi bahwa kekayaan Milea adalah puncak kebahagiaan. Delusi bahwa kebenciannya adalah kebenaran.

Tapi, hari ini, di depan gerbang Bina Cendekia, delusi itu hancur berkeping-keping. Rika tidak hancur. Rika justru naik kelas, berdiri tegak, dan bahkan memiliki ketenangan untuk mengabaikan badai yang ia ciptakan. Sementara Cahya? Cahya terlempar ke trotoar, seperti sampah yang tidak diinginkan.

****

Cahya mulai terisak pelan. Isakan itu berubah menjadi tangisan hebat yang mengguncang seluruh tubuhnya. Ia menangis bukan karena Rika sukses, melainkan karena ia menyadari betapa buruknya ia menjadi seorang manusia.

“Rika…” panggil Cahya di tengah isakannya. “Aku salah… Aku salah besar…”

Ia teringat setiap hinaan yang ia lontarkan.

“Guru honorer miskin!”

"Dasar mandul!”

“Wanita tak tahu diri!”

Setiap kata-kata itu kini terasa seperti pisau yang menusuk jantungnya sendiri. Ia telah menghancurkan rumah tangga anaknya, hanya untuk mendapatkan menantu yang tidak mencintainya dan tidak menghormatinya. Milea, menantu barunya, memberinya harta, tapi mengambil kedamaian dan otoritasnya.

Cahya merangkak dari sofa ke lantai, tubuhnya bergetar. Ia menyentuh lantai yang dingin. Ia ingat saat Rika dengan sabar membersihkan rumahnya yang lama. Ia ingat masakan sederhana Rika yang selalu ia kritik, padahal kini ia harus makan makanan koki pribadi yang hambar.

Ia teringat wajah polos Rika di pengadilan. Ia teringat tatapan mata Rika saat ia terjungkal di trotoar. Tidak ada kebencian, hanya belas kasihan. Belas kasihan itulah yang kini menghancurkan harga dirinya.

“Ampuni aku, Rika… Ya Tuhan, ampuni aku!” teriak Cahya, suaranya tercekat.

Ia meraih ponselnya dengan tangan gemetar. Ia harus bicara dengan Rika. Ia harus mengakui semua kesalahannya. Ini bukan lagi tentang Ramdhan, bukan lagi tentang Milea. Ini tentang jiwanya yang sakit dan ingin disembuhkan.

Cahya membuka kontak. Ia mencari nama Rika. Ia menekan tombol panggil. Tangannya basah oleh air mata dan keringat.

****

Di sisi lain, Rika baru saja tiba di rumah, berganti pakaian santai, dan membuka ponselnya. Ia melihat panggilan dari nomor yang tidak ia kenal, namun ia merasakan firasat aneh. Ia mengangkatnya.

“Halo?”

“Rika…” Suara Cahya di ujung telepon terdengar parau, pecah, dan penuh tangisan. “Ini… ini Ibu. Ibu Cahya.”

Rika terkejut. Ia menarik napas dalam-dalam. Ia bisa mendengar isakan kuat dari seberang telepon.

“Ada apa, Bu Cahya?” tanya Rika, suaranya profesional dan hati-hati.

“Rika, ampun… ampun, Nak…” Cahya tidak bisa lagi menahan isakannya. “Ibu sudah jahat. Ibu sudah menghancurkan hidupmu. Ibu sudah menghinamu. Ibu datang ke sekolahmu tadi… Ibu membuat keributan. Ibu malu, Rika…”

Rika terdiam. Ia mendengarkan mantan mertuanya menangis tersedu-sedu, mengakui kebodohannya.

“Ibu dibutakan kebencian, Nak. Ibu pikir kamu jahat. Ibu pikir Milea adalah jawaban… tapi Ibu salah. Ramdhan tidak bahagia. Ibu tidak dihormati. Dan kamu, kamu justru terbang tinggi. Ibu lihat tadi… kamu begitu tenang, Rika. Begitu berwibawa.”

Cahya terisak, “Ibu sadar, Rika. Kebahagiaan Ibu direnggut oleh Ibu sendiri. Ibu telah menyakiti anak yang paling tulus… Maafkan Ibu, Nak. Maafkan semua kata-kata Ibu, maafkan semua hinaan Ibu… Ibu tahu Ibu tidak pantas dimaafkan.”

Air mata Rika ikut menetes. Bukan air mata sedih, tapi air mata haru dan belas kasihan. Ia tidak lagi melihat monster yang dulu menyiksanya. Ia melihat seorang wanita tua yang kesepian dan hancur.

“Bu Cahya,” Rika berkata lembut, setelah membiarkan Cahya meluapkan semua kesakitannya. “Sudah cukup, Bu. Jangan menangis lagi.”

“Saya sudah memaafkan Ibu, Bu Cahya. Sejak lama. Sejak saya memutuskan untuk fokus pada diri saya sendiri. Saya tidak punya dendam sedikit pun pada Ibu.”

“Saya mengerti, Bu. Semua orang bisa membuat kesalahan. Saya berharap Ibu bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan Ibu sendiri. Saya doakan Ibu sehat dan bahagia.”

1
La Rue
Wah, singkat sekali ceritanya padahal ceritanya bagus lho. Terimakasih buat penulis,tetap semangat untuk terus berkarya
Serena Muna: Iya kak, bisa aja aku panjangin tapi malah nanti kayak sinetron jadinya
total 1 replies
Aether
TIDAK ADA AMPUN, KAU HARUS MATI DENGAN HINA CAHYA !!!!!!!
kalea rizuky
km terlalu baik rik
kalea rizuky
tinggal mantan mertua thor nunggu karma dia
kalea rizuky
alhamdulillah stroke deh/Curse//Curse/
kalea rizuky
wong gendeng uda cerai masih aja cari perkara
kalea rizuky
hahahah makan tuh mantu kaya
La Rue
akibat rasa iri dengki jadinya berbalik memyerang tubuhnya sendiri. Bu Rosba kapan tobatnya ?
Purnama Pasedu
nggak lelah Bu cahaya
Aretha Shanum
ada orang gila lewat thor
La Rue
Ceritanya bagus tentang perjuangan seorang perempuan yang bermartabat dalam meperjuangkan mimpi dan dedikasi sebagai seorang perempuan dan guru. Semangat buat penulis 👍❤️
neur
kereeen KK ☕🌹👍😎❤
Purnama Pasedu
Shok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba panik
Purnama Pasedu
bo rosba nggak kapok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba,,,itu Bu riika bukan selingkuh,kan dah cerai
Purnama Pasedu
benar itu Bu Guru
Purnama Pasedu
wanita yg kuat
Purnama Pasedu
lah Bu rosba sendiri,bagaimana
Purnama Pasedu
bener ya bu
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seorang Sadewa yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!