NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Suara meja rapat berderak keras.

BRAKK!

Dorian, Hunter rank S dari Eropa Timur, menatap Jinwoo dengan sorot mata menyala. “Apa maksudmu, sialan?! Kami sedang rapat serius, bukan taman kanak-kanak!”

Jinwoo hanya menatapnya datar. Di antara semua Hunter yang hadir, dialah satu-satunya yang masih terlihat tenang. Bibirnya terangkat tipis — bukan senyum ramah, tapi ejekan yang membuat suasana semakin panas.

“Menurutku,” katanya pelan, tapi dengan nada yang jelas terdengar ke seluruh ruangan, “memang terasa seperti taman kanak-kanak. Lihat saja, kalian berdebat tentang siapa yang paling benar, siapa yang paling kuat, dan siapa yang paling berhak bicara… padahal kalian semua lupa satu hal.”

Udara tiba-tiba menegang.

Dorian mengepalkan tangan, napasnya memburu. “Kau—”

Namun Edward Vance, sang presiden asosiasi, menepuk meja pelan, menenangkan. “Cukup, Dorian. Biarkan aku yang bertanya.”

Matanya yang tajam menatap Jinwoo lekat-lekat. “Menurut laporan kami, kau muncul entah dari mana. Tak ada data, tak ada catatan, dan tiba-tiba dunia gempar oleh tindakanmu. Kau membunuh dua Hunter rank A, melukai seorang rank S, dan menghancurkan beberapa properti asosiasi dalam prosesnya.”

Nada suaranya berat dan berwibawa.

“Aku hanya ingin tahu satu hal—” ia mencondongkan tubuh ke depan. “—apakah kau sebenarnya Hunter yang menyembunyikan identitasmu? Atau… sesuatu yang lain?”

Ruangan mendadak hening.

Beberapa Hunter rank S yang duduk di sekitar meja saling melirik. Mereka juga ingin tahu jawaban yang sama.

Jinwoo tak langsung menjawab. Ia hanya menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap langit-langit sejenak sebelum kembali menatap Edward.

“Kau bilang kekuatanku tidak masuk akal, bukan?”

Edward mengangguk pelan.

“Kalau begitu,” lanjut Jinwoo, “mungkin masalahnya bukan pada kekuatanku… tapi pada batas pemahaman kalian.”

Ucapan itu membuat beberapa orang mengernyit. Dorian bahkan tertawa sinis. “Kau bicara seolah kami ini bodoh.”

Jinwoo menatapnya sekilas. “Tidak bodoh. Hanya… buta oleh sistem yang kalian buat sendiri.”

Ketegangan semakin meningkat. Aura para Hunter rank S mulai bocor tanpa sadar — energi destruktif dari berbagai elemen memenuhi udara. Ruangan mulai bergetar halus, seperti merespon tekanan spiritual mereka.

Tapi anehnya, Jinwoo tetap duduk tenang. Tak ada aura keluar darinya, tak ada tekanan balik. Namun justru itulah yang membuat semuanya merasa… terintimidasi.

Ketika seseorang terlalu tenang di tengah badai, itu berarti mereka adalah badai itu sendiri.

Edward akhirnya bersandar ke kursinya. “Katakan, Jinwoo. Kalau bukan kekuatan, lalu apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan?”

Jinwoo perlahan menatap semua orang di sekeliling meja. Satu per satu, tanpa terkecuali. Tatapan matanya tajam, tapi di baliknya ada sesuatu yang lain — kepedihan, atau mungkin kejenuhan pada sesuatu yang lebih besar dari mereka semua.

“Kau ingin tahu?” katanya lirih. “Baik. Mari kita bicara tentang tugas seorang Hunter.”

Semua pandangan kini tertuju padanya.

Jinwoo berdiri. Kursinya bergeser sedikit ke belakang, menimbulkan bunyi berat di lantai marmer.

“Hunter,” ucapnya pelan, tapi penuh tekanan, “adalah mereka yang berjuang di garis depan untuk melindungi manusia dari kegelapan. Itulah yang selalu kalian katakan, bukan?”

Beberapa orang mengangguk samar.

“Tapi aku melihat dunia ini, dan apa yang kulihat bukan perlindungan — melainkan penindasan.”

Kata-katanya menembus udara seperti bilah tajam.

“Hunter rank tinggi hidup mewah. Mereka memiliki kekuasaan, uang, pengaruh. Tapi ketika portal terbuka di pinggiran kota, siapa yang mati duluan? Rakyat biasa. Hunter rank rendah yang kalian jadikan umpan. Anak-anak yatim karena monster yang lolos dari tanggung jawab kalian.”

Dorian berdiri, tapi Edward menahan tangannya dengan isyarat.

Jinwoo melanjutkan, nadanya kini lebih dalam.

“Dan ketika seseorang seperti Leonard atau Kevin—orang yang disebut ‘pahlawan’—menyalahgunakan kekuatannya untuk menindas yang lemah, kalian diam. Kalian menutup mata, seolah itu hal kecil.”

Ia berhenti sejenak, matanya berkilat dingin.

“Jadi jawab aku… siapa sebenarnya monster di dunia ini?”

Hening.

Tak seorang pun berani bicara.

Drake yang sejak tadi diam menatap lantai, tangan kanannya mengepal. Ia tahu Jinwoo benar. Ia juga pernah melihat bagaimana sistem Hunter sering kali hanya alat politik — menindas yang lemah atas nama ‘perlindungan’.

Edward menatap Jinwoo lama, lalu berkata pelan, “Kau bicara seolah tahu semua sisi gelap dunia ini.”

Jinwoo menatap balik. “Karena aku sudah hidup cukup lama untuk melihatnya berulang kali.”

Nada suaranya berat — terlalu berat untuk seseorang yang tampak semuda itu.

Dorian tak tahan lagi. “Omong kosong! Kau pikir kami tidak berjuang? Kami mempertaruhkan nyawa setiap hari!”

Jinwoo mengangguk. “Benar. Tapi berjuang untuk siapa?”

Pertanyaan itu menghantam Dorian seperti pukulan tak terlihat.

“Untuk manusia? Atau untuk gelar dan pengakuan?”

Aura di sekeliling Jinwoo mulai berubah — bukan aura kekuatan destruktif, tapi tekanan eksistensi yang menelan logika.

“Jika Hunter lupa siapa yang harus dilindungi, maka apa bedanya kalian dengan monster yang kalian lawan?”

Kata-kata itu menggema, memenuhi ruangan seperti mantra.

Drake menatap Jinwoo dengan campuran kagum dan takut. Ada sesuatu di balik kalimat itu — sesuatu yang terasa… kuno, seolah keluar dari seseorang yang pernah menyaksikan kehancuran dunia sendiri.

Edward akhirnya angkat bicara, suaranya berat tapi tak lagi tajam. “Jadi, apa yang kau inginkan dari kami, Jinwoo?”

Jinwoo tersenyum samar. “Aku tidak menginginkan apa-apa. Aku hanya ingin mengingatkan. Dunia ini sedang menuju jurang yang sama seperti dulu. Kalian sibuk memperdebatkan siapa yang lebih kuat, sementara sesuatu yang jauh lebih besar sedang bangkit dari bayang-bayang.”

Edward menghela napas dalam, lalu berdiri. “Kalau begitu… apa yang harus kita lakukan?”

Jinwoo menatap lurus ke depan.

“Lakukan tugas kalian. Bukan sebagai Hunter… tapi sebagai pelindung umat manusia.”

1
abyman😊😊😊
Lanjutkan thor.... Mantap
RDXA: oke siap💪
total 1 replies
abyman😊😊😊
Over power jinwoo💪💪💪
abyman😊😊😊
Bantai💪💪💪💪
abyman😊😊😊
Jossss👍👍👍👍👍/Determined/
Rudik Irawan
sering² up thor
RDXA: siap diusahakan
total 1 replies
abyman😊😊😊
/Determined//Determined//Determined/
Rudik Irawan
min sering sering up
selenophile
next...
mxxc
sudah saya ksih kopi
RDXA: oke siap terimakasih atas dukungannya, maaf ya untuk novel ini sering telat up hehe🙏
total 1 replies
selenophile
next
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!