NovelToon NovelToon
Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Naniksay Nay

Kerajaan Galuh, sebuah nama yang terukir dalam sejarah tanah Sunda. Namun, pernahkah kita menyangka bahwa di balik catatan sejarah yang rapi, ada sebuah kisah cinta yang terputus? Sebuah takdir yang menyatukan seorang pangeran dengan gadis desa, sebuah janji yang terikat oleh waktu dan takdir.

Kisah tragis itu membayangi kehidupan masa kini Nayla, seorang wanita yang baru saja mengalami pengkhianatan pahit. Di tengah luka hati, ia menemukan sebuah kalung zamrud kuno peninggalan neneknya, yang membawanya masuk ke dalam mimpi aneh, menjadi Puspa, sang gadis desa yang dicintai oleh Pangeran Wirabuana Jantaka. Seiring kepingan ingatan masa lalu yang terungkap, Nayla mulai mencari jawaban.

Akankah di masa depan cinta itu menemukan jalannya kembali? Atau akankah kisah tragis yang terukir di tahun 669 Masehi itu terulang, memisahkan mereka sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naniksay Nay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 – Cerita Panjang

Setelah puas mengobrol dan bernostalgia, Nayla meraih dompet kecilnya.

“Tante, berapa semuanya?” tanyanya sambil tersenyum.

Tante Rendi—yang kini meneruskan warung legendaris itu—langsung melambaikan tangan. “Sudah, sudah. Tante senang kamu mau mampir ke sini.”

Nayla sempat terkejut, “Wah, makasih banyak Tante. Jadi nggak enak rasanya.”

“Ah, nggak apa-apa. Kalau Rendi nggak bilang, Tante mungkin nggak sadar. Salam buat mamamu ya, Nay,” ucap sang tante

“Iya, Tante. Nanti Nay sampaikan,” jawab Nayla sambil tersenyum sopan.

Tante menepuk pelan bahunya. “Sering-sering main ke sini, ya, Nay."

“Iya, Tante,” sahut Nayla pelan, hatinya terasa hangat

Rendi menimpali cepat, “Aku izin pulang dulu ya, Tante. Mau nganter Nayla.”

“Nggak usah repot, Rendi,” Nayla buru-buru menyahut, agak sungkan.

Tantenya tersenyum sambil mengibas tangan. “Nggak apa-apa, Nak. Kalian kan sudah lama nggak ketemu. Lagian biar Rendi jalan-jalan, daripada di rumah cuma sibuk sama buku-buku peninggalan kakeknya.”

"Makasih ya, Tante… jadi tambah sungkan,” jawab Nayla sambil tersenyum kikuk.

Rendi langsung menyahut cepat, “Hei, kan yang nganter aku. Makasihnya sama aku lah.”

Nayla tertawa kecil, sementara tantenya Ikut tersenyum melihat keduanya.

“Hati-hati di jalan. Jangan lupa balik makan siang!” pesan sang tante dari balik dapur

...---...

Sepanjang jalan dari warung menuju rumah nenek, keduanya larut dalam cerita lama. Jalanan desa yang teduh, suara ayam berkokok, dan anak-anak kecil berlarian membuat suasana terasa begitu sederhana.

“Padahal aku udah seminggu di sini, Nay,” kata Rendi sambil memasukkan tangan ke saku. “Tapi aku nggak pernah lihat kamu keluar rumah. Kukira Mang Darta cuma beres-beres sama keluarga mu yang lain. Ternyata kamu sendiri.”

Nayla tersenyum geli. “Iya, biasanya Mang Darta yang beliin makan. Namanya juga liburan, kerjaannya goleran di rumah.”

“Jadi kapan balik Solo?”

“Dua atau tiga hari lagi, mungkin.”

Rendi menoleh cepat, matanya membesar. “Tunggu. Mobil di depan rumah itu… jadi kamu nyetir Solo–Ciawi sendiri?”

“Iya.” Nayla menjawab santai.

“Terus nanti dari Ciawi ke Solo sendiri juga?”

“Iya, kenapa?”

“Gila kamu!” serunya dalam bahasa Sunda, membuat Nayla terkekeh.

“Kenapa emang? Kan sekalian jalan-jalan.” Nayla cengengesan.

Rendi menggeleng tak percaya. “Aku punya SIM A, Nay. Kalau berkenan, mau aku setirin aja?”

Nayla menatapnya ragu. “Kamu langsung ke Solo? Nggak balik ke Semarang?”

“Iya, aku memang mau ke Solo. Cari kosan deket kampus.”

“Kampus mana?”

“UNS. Ambil S2 sejarah di sana.”

Nayla terdiam sejenak, lalu terkekeh. “Haaa… rumahku di sekitar sana, lho. Ada kos juga kok. Barangkali cocok.”

Obrolan mereka terus berlanjut, hingga akhirnya langkah terhenti di depan rumah nenek Nayla.

“Mau mampir dulu?” tawar Nayla.

Rendi menggeleng. “Nggak usah, deh. Aku siap-siap packing aja. Besok-besok aku mampir. Aku ...kayak nggak tega kamu nyetir sendiri.”

Nayla terkekeh kecil, tapi dalam hati ia merasa hangat. Rasanya lama sekali tidak ada orang yang begitu peduli padanya.

...---...

...Sepanjang Perjalanan...

“Barangmu udah naik semua, Nay?” tanya Rendi sambil menutup bagasi mobil.

“Udah, cuma satu koper,” jawab Nayla singkat.

Rendi geleng-geleng kepala. “Aku bener-bener nggak habis pikir. Kamu nyetir sendiri dari Solo ke Ciawi? Udah nggak waras, ya?”

Nayla terkekeh, tapi matanya menatap lurus ke jalan. “Ya mungkin waktu berangkat ke sini aku memang sedikit… nggak waras.”

“Kamu beneran boleh, Ren, pulang sekarang bareng aku?” Nayla menoleh sekilas, memastikan.

“Ya boleh lah,” Rendi nyengir. “Lumayan kan, hemat tiket kereta.”

Nayla mendengus tak percaya. “Serius, laah?”

“Boleh laah… apalagi Tanteku sama ibumu dulu deket, kan? Pas aku cerita kamu nyetir sendirian, Tante langsung ngomel-ngomel, nyuruh aku bareng kamu aja.”

Nayla spontan tertawa. “Hahaha… aku kira beneran perhatian.”

“Eh, salah besar. Aku emang perhatian kok, cuma bonusnya aja disuruh Tante,” jawab Rendi dengan nada menggoda.

...---...

Sepanjang jalan, mobil dipenuhi canda tawa. Kadang mereka bernyanyi asal-asalan mengikuti lagu radio, kadang juga heboh sendiri ngegosipin pengguna jalan yang ugal-ugalan.

“Eh, tuh liat… belok nggak pake sein. Belagunya kayak jalan punya bapaknya,” celetuk Rendi, bikin Nayla ngakak sampai menepuk dashboard.

Suasana ringan itu membuat perjalanan terasa singkat, sampai akhirnya obrolan mulai melambat. Sunyi beberapa detik, sebelum Rendi melirik Nayla.

“Kamu kok berani sih nyetir sendiri? frustasi apa gimana? Kayak orang habis gagal nikah aja.”

Nayla terdiam sebentar, lalu tersenyum tipis. “Iya emang.”

Rendi langsung menoleh, kaget. “Eh? Beneran? Sorry, Nay… aku asal ngomong.”

“Nggak apa-apa,” sahut Nayla santai. “Aku juga udah lumayan nggak peduli, kok.”

Rendi masih kebingungan, wajahnya berubah canggung. “Dia… aduh, aku jadi bingung harus ngomong apa.”

Nayla tersenyum miris. “Santai aja. Dia sama sahabat dekatku sendiri… malah udah hamil juga ceweknya.”

Rendi membelalak. “Ha?? Aku kira hal kayak gitu cuma ada di novel atau sinetron.”

“Aku juga ngerasa dibohongin habis-habisan. Padahal… udah tinggal tanda tangan surat nikah.” Nayla terkekeh getir. “Bahkan aku udah dandan, tinggal jalan ke gedung.”

“Ah, yang bener, Nay?” Rendi menatapnya tak percaya.

“Iya,” jawab Nayla lirih, lalu tertawa kecil. “Untung aja aku nggak langsung gila di tempat.”

Rendi ikut tertawa, tapi matanya menyimpan iba. “Kalau aku jadi kamu, mungkin udah ngamuk seisi dunia.”

Nayla tersenyum miris. “Energi ku kayak udah habis buat marah-marah. Mau bunuh juga takut masuk penjara.”

“Hei… bacandamu serem, Nona.” Rendi meliriknya sambil geleng kepala.

Nayla terkekeh. “Nanti kalau kamu lelah, gantian nyetirnya ya, Ren.”

“Santai aja. Nanti kita istirahat di rest area. Toh nggak buru-buru kerja, kan?”

“Nggak. Aku ngurusin kafe, udah bisa jalan sendiri tanpa aku.”

“Widiiih… Bu Bos ternyata.” Rendi menaikkan alis, pura-pura kagum.

Nayla tertawa. “Usaha kecil-kecilan doang. Lagian aku masih suka cengeng. Dibentak dikit aja bisa nangis. Kayak dulu, kamu pernah bentak aku kan waktu rebutan layangan?”

“Yah, itu jaman ingusan kok masih diinget-inget,” sahut Rendi sambil tertawa lebar.

Nayla ikut tertawa, suasana di dalam mobil jadi lebih hangat.

...---...

Setelah tawa mereka reda, Nayla tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menoleh sebentar ke arah Rendi.

“Ren, ngomong-ngomong… kalau Kerajaan Galuh itu, peninggalannya apa aja sih yang masih bisa dilihat sekarang?”

Rendi menyalakan lampu sein sebelum menyalip sebuah truk, lalu menjawab santai, “Banyak, Nay. Di Ciamis ada situs Astana Gede Kawali—itu bekas keraton Kerajaan Galuh. Ada juga prasasti-prasasti kuno yang nyeritain raja dan putra-putranya. Terus, makam para leluhur di sana masih dikeramatkan.”

“Hmm…” Nayla mengangguk pelan. “Terus, tentang tiga pangerannya itu gimana?”

Rendi menarik napas, wajahnya berubah serius. “Nah, ini menarik. Pangeran Suraghana Mandiminyak itu yang jadi penerus pertama. Pangeran Sempakwaja lebih banyak dikenal sebagai penasehat kerajaan sekaligus saudara yang cukup berpengaruh. Lalu ada Pangeran Jantaka. Kalau tidak salah ditulis, dia memilih jalan spiritual—menjauh dari kerajaan dan tidak menikah. Jadi, garis keturunan pangeran ketiga terputus di situ.”

Nayla menoleh penasaran. “Kenapa kok memilih jadi… apa namanya?”

“Resi,” jawab Rendi. “Nggak ada catatan sejarah alasannya apa. Mungkin karena mau mengabdi sama dewata. Zaman dulu kan kepercayaan pada hal-hal spiritual itu kuat sekali.”

Nayla mengernyit. “Tapi… masa nggak ada cerita tentang tokoh antagonisnya, Ren?"

Rendi mengangkat bahu, matanya tetap ke jalan. “Bisa jadi hilang dari naskah. Bisa juga sengaja dihapus. Politik kerajaan zaman dulu keras banget, Nay. Nama orang bisa hilang dari sejarah cuma karena kalah rebutan tahta.”

Nayla terdiam. Kata-kata itu menancap dalam. Kalau benar ada yang dihapus dari sejarah… mungkinkah itu nama Wira?

Rendi melirik Nayla sekilas. “Tapi serius, Nay… kamu kenapa sekepo itu sama Kerajaan Galuh?”

Nayla mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. “Kayaknya seru aja. Banyak hal yang kayak… misteri gitu.”

Rendi tertawa kecil. “Kalau kamu mau, nanti pas aku udah mulai kuliah di Solo, aku bawa temenku nongkrong di kafe kamu. Kebetulan disertasinya tentang Kerajaan Galuh.”

Mata Nayla langsung berbinar. “Yang bener?”

“Iya. Dia jauh lebih paham daripada aku. Mungkin ada hal-hal yang aku nggak tahu, tapi dia bisa jelasin.”

Nayla menatap jalanan yang membentang di depan. Entah kenapa, hatinya berdebar.

1
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm ini adegan yang lalu kan? ini dari sudut wisnu yang jadi wira 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
laaah kesurupan dia eh mimpi juga dia 🤣
SENJA🍒⃞⃟🦅
kok bisa main pergi gitu aja , kasian kan rendi 😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waddduh ...apa dia turunan jagatpati? weeeh 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
jadi ketagihan mimpi🤭
Irmha febyollah
lanjut kk
SENJA🍒⃞⃟🦅
ya balon gas yang tetiba gas nya dibuang yah .... pupus harapmu
SENJA🍒⃞⃟🦅
wah yah bagus itu jalurnya nay ikutin rendi aja kamu kan tinggal molor doang 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
berdebar karena rendi atau wira? 😂😂😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
modusmu diskusi padahal kencan 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
ihhh jagatpati, itu isterimu lhooo astaga jahatnya. kamu kencana durhaka banget ke ibu sendiri😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waaah penghinaan ini ngatain rajanya bodoh! wah hukum mati aja udah 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih belangmu terlihat 😂 lagian wira ga mau sama anakmu lho 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
bukannya dewi parwati dari kalingga yak? nanti mandiminyak sama parwati jadi penguasa kalingga utara atau bumi Mataram 🤭
Naniksay Nay: thx kak...

betul kak...
Pangeran Mandiminyak atau Prabu Suraghana atau Suradharmaputra emang berkuasa didua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Kerajaan Galuh (di Tatar Sunda).

hanya saja disini biar bisa menggambarkan aja bahwa Sempakwaja dan Mandiminyak itu saling terkait...

sama kaya Pangeran Jantaka, saya tambahkan nama Wirabuana krn dibuat cinta2an biar ga diprotes ahli sejarah, masa resi love2an ....
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
udah banyak buktinya itu jagatpati, serang aja daerahnya kan sempakwaja penguasa Galunggung , ehh belom kejadian yah 😂
Naniksay Nay: 😭nggak bs kak.... bs2 dia di killkill jg sm pamannya
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
naaah ini jejak yang di hilangkan 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih jahatnya kamu 😤 wira mana mau sama kau
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm bener kan jahat dia ini si kencana 😳
Naniksay Nay: jangan ditemenin dia kak... bapaknya jahat🤭
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm kencana ini nampaknya jahat ini 🥺😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
wakakaa lama2 nayla menikmati jadi puspa 😂
Naniksay Nay: 🤭karena wiranya ganteng kak.. ga sebrengs3k mantannya eheheheeeee
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!