NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXXIV BULU BERACUN

     Bayangan sosok jiwa kakek Palon akhirnya lari dan sosok itu mengejarnya, sementara Sabdo dan juga kawannya itu yakni Darma dan Manta, berlari ke arah jalan keluar. Dengan sekuat tenaga Sabdo dan kedua temannya berlari menuju sebuah lubang yang tampak di depan sana, ketiganya berlari tanpa menoleh kemanapun, fokus dengan jalan di depannya.

    Kakek Palon dengan jiwanya berlari menuju sangkar makhluk itu , setelah sampai jiwa atau sukma itu lenyap dari pandangan makhluk itu, dan dari sarang itu sukma kakek Palon muncul di atas tanah bersama jasadnya, lalu dengan tenang ia memandang ke arah selokan dimana kedua warga amblas. Beberapa saat kemudian, ketiga orang itu muncul dari dalam tanah selokan, dengan pakaian berlumpur mereka segera naik ke daratan dan dibantu oleh para warga yang dari tadi menunggu dengan hati yang was-was.

    Setelah semuanya selamat naik ke daratan, tiba-tiba .....tanah di selokan itu bergolak dan semakin besar tanah tadi bergolak hingga tanah yang dipijak oleh warga ikut bergetar bahkan berguncang. Lalu diikuti oleh beberapa pohon di pinggir selokan itu bertumbangan, hingga situasi menjadi seperti sebuah prahara. Banyak warga yang lari menyelamatkan diri dan banyak pula yang jatuh tersungkur dengan berbagai macam luka, ada yang kulitnya terkelupas, ada juga yang kulitnya sampai berdarah, ada juga yang patah tulang dan lain sebagainya akibat dari guncangan tadi.

    Sabdo sadar bahwa setelah tanah berguncang, pasti akan ada prahara lainnya. Benar saja, setelah guncangan itu maka munculah sesuatu dari dalam tanah. Sesuatu itu adalah sosok tadi yang berada di dalam tanah, tubuhnya berbulu kasar, matanya menyala dan bentuk wajah yang menakutkan. Semua warga yang melihat makhluk itu menjadi sangat ketakutan. Sabdo memandangi makhluk itu dengan penuh seksama dan sebagai bentuk perlawanan, ia membidik mata makhluk itu dengan anak panah, dan melesat lah anak panah itu menuju sosok tadi. Begitu menuju sasaran, anak panah itu menjadi seperti terkena daya tarik dari tubuh makhluk itu. Anak panah tadi justru menempel sampai lekat di tubuhnya. Sabdo merasa heran, lalu ia kembali membidik lagi, tapi hal yang sama terjadi kembali, anak panah itu menempel lagi. Hingga tiga kali terus seperti itu, bahkan justru makhluk itu menyerang Sabdo dengan semburan berupa lumpur hitam yang amat busuk dan begitu lumpur itu jatuh ke tanah, maka apa saja yang terkena lumpur itu akan menghitam dengan bau busuk.

    Mendapat serangan semburan lumpur itu, Sabdo menghindar dengan cara melompat dengan tenaga dalamnya. Dan berhasil menghindarinya. Beberapa kali makhluk itu menyerang dapat dielakkan oleh Sabdo.

    "Ki sanak, gunakan caramu, ambil sebilah bambu lalu tancapkan di matanya," ujar kakek Palon.

    Sabdo pun segera mengambil sebilah bambu, lalu dengan gerakan melompat, dirinya siap untuk menancapkan bambu itu, dan pada saat yang tepat, Sabdo berhasil menancapkan bambu itu hingga membuat makhluk itu meraung kesakitan, dan dengan cara itu Sabdo berhasil membuat luka, selanjutnya melihat makhluk itu meraung sambil menggerakkan badannya, membuat tanah di sekitar menjadi sebuah kubangan yang besar dan dalam. Makhluk itu lalu menghilang seperti di telan bumi, dan beberapa saat setelah itu, maka dari dalam tanah tersebut terdengar suara dentuman hingga tanah di situ bergetar.

    Setelah beberapa saat, suara dentuman itu berhenti, semua warga juga Sabdo, Lengser dan kakek Palon melihat di depan mereka menjadi sebuah kolam dengan air berwarna hitam, dan membuat semuanya merasa ketakutan.

    "Untuk kalian semua sebaiknya hindari setiap kolam atau kubangan dengan air warna hitam, karena di dalam sana ada makhluk seperti tadi yang siap membunuh dengan racunnya," tutur kakek Palon.

    "Sebaiknya kubangan ini kita apakan kek ?" tanya Lengser.

    "Apakah bahaya kek bila mengambil airnya ?" tanya salah satu warga.

    "Jangan pernah mengambil apapun dari kubangan seperti itu, biarkan saja dan jangan ditutup atau diratakan, biarkan saja, karena akan menyembuhkan penyakit luka makhluk itu," tutur kakek Palon.

    Sejak saat itulah maka di kampung tersebut terdapat kubangan air hitam yang dapat sewaktu-waktu akan membunuh siapa saja, terutama mereka yang mandi di air hitam itu.

    Selesai mereka membasmi makhluk itu lalu kembali mereka menuju pendopo dan sambil menikmati hidangan makanan olahan hasil bumi, kakek Palon bercerita tentang kampung dimana mereka tinggal, dan karena banyak kebutuhan air di kampung itu, maka sebagai caranya harus membuat sumur, namun karena takut resapan air hitam tadi, maka sumur yang akan mereka buat, letaknya jauh dari perkampungan, yaitu berada di tanah pesawahan.

    Hari pertama dalam penggalian sumur itu, banyak halangan, mulai dari banyaknya batu cadas juga banyak kendala lain berupa banyaknya hewan-hewan seperti kalajengking dan kelabang, tetapi setelah kedalaman mencapai tiga meter lebih justru tanahnya sangat muda digali, sehingga kurang dari tiga hari saja sumur itu jadi. Air sumur itu sangat bermanfaat bagi penduduk kampung situ dan kampung-kampung lain, dengan sumur itu, di kala musim kemarau tiba, banyak warga kampung lain yang mengambil air bersih di sumur itu, sehingga sumur itu dikenal dengan nama sumur Pangauban.

Selesai sudah pengerjaan sumur itu, Sabdo dan Lengser juga kakek Palon akhirnya berpamitan kepada para warga yang ada di kampung itu.

"Kami atas nama warga kampung ini sangat berterima kasih atas segala sesuatunya yang sudah membantu dan sangat berjasa bagi kampung kami, tidak dapat kami berikan tanda jasa kepada kakek Palon, tuan Sabdo dan juga tuan Lengser, yang telah berjuang demi warga kampung ini, dan kelak tentu akan bernilai manfaatnya bagi warga-warga lain selain kampung kami," tutur salah satu warga yang ditokohkan.

"Jangan begitu ki sanak, semua ini sudah ada garis tangannya, yang jelas kami juga mohon maaf, bila selama kami di sini selalu membuat resah warga, mohon maaf ki sanak, kami harus melanjutkan perjalanan kami," kata Sabdo.

Akhirnya perpisahan kakek Palon dan kawannya itu dengan para warga di kampung tadi berlangsung di suatu pendopo dan kelak pendopo itu dinamakan pendopo Krapyak.

Sabdo dan Lengser juga kakek Palon kembali melanjutkan perjuangannya, hanya dua sumur lagi yang belum dibuat, mereka menuju ke arah timur, di sana tampak sebuah perkampungan dengan banyaknya pepohonan yang berbuah juga banyak aktifitas warga dalam menjalani roda kehidupan. Dalam perjalanan menuju kampung itu, mereka harus melewati sungai yang lebar dengan air yang begitu deras, hingga mereka terpaksa bermalam di suatu bukit nan asri dan pemandangan yang indah.

Malam itu ketiga nya membuat sebuah gubuk dari bahan kayu , ranting dan daun yang sangat sederhana sebagai sarana bermalam. Mereka kala itu tidur dengan nyenyak nya, sehingga mereka tidak mengetahui kedatangan makhluk melata yang besar dan panjang. Makhluk itu menuju dimana ketiga orang tadi beristirahat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!