NovelToon NovelToon
Suamiku Selingkuh Dengan Gadis SMP

Suamiku Selingkuh Dengan Gadis SMP

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Pelakor / Pelakor jahat / Tamat
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sansan Irawan

Anindita (40), seorang istri yang berdedikasi, menjalani kehidupan rumah tangga yang tampak sempurna bersama Bima, suaminya, seorang insinyur. Namun, semua ilusi itu runtuh ketika ia mencium aroma sirih dan parfum vanila murahan yang melekat di pakaian suaminya.
Bima ternyata menjalin hubungan terlarang dengan Kinanti, seorang siswi SMP yang usianya jauh di bawahnya dan merupakan teman sekolah putra mereka. Pengkhianatan ini bukan hanya merusak pernikahan yang sudah berjalan delapan belas tahun, tetapi juga melukai harga diri Anindita secara telak, karena ia dibandingkan dengan seorang anak remaja.
Dipaksa berhadapan dengan kenyataan pahit ini, Anindita harus memilih: berjuang mempertahankan kehormatan keluarganya yang tercoreng, atau meninggalkan Bima dan memulai hidup baru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansan Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejal Vanila di Gerbang Sekolah

Anindita terbangun dengan mata bengkak dan kepala berdenyut. Pagi telah datang, membawa serta hawa dingin yang menusuk tulang dan kekosongan yang nyata di sisi tempat tidurnya. Bima tidak kembali. Ia menepati permintaan Anindita untuk tidak kembali, dan itu terasa seperti kemenangan kecil yang menyedihkan.

Ia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi terutama untuk Rayhan. Putra mereka akan pulang dari kemah lusa. Anindita harus menciptakan benteng kestabilan di tengah badai ini. Ia harus membersihkan semua jejak Bima, dan yang lebih penting, ia harus menghadapi sumber kekacauan itu: Kinanti.

Anindita tidak ingin melibatkan hukum atau orang tua Kinanti—belum. Ia tahu betul bagaimana gosip bisa merusak hidup Rayhan di sekolah. Sekolah swasta seperti SMP Bakti Pertiwi sangat menjaga citra. Jika skandal perselingkuhan seorang ayah dengan siswi SMP tersebar, Rayhan akan menjadi korban pertama dari cibiran dan bisik-bisik.

Rencananya sederhana: mengamati dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara.

Pukul 12 siang, Anindita sudah berada di dalam mobilnya, sebuah sedan keluarga yang biasa ia gunakan untuk antar jemput Rayhan. Ia memarkir mobil agak jauh dari gerbang SMP Bakti Pertiwi, di balik pohon beringin tua yang rimbun, tempat ia bisa melihat tanpa terlihat.

Ia tahu jadwal kepulangan siswa-siswi SMP adalah pukul 14.00. Waktu dua jam itu ia gunakan untuk menenangkan diri. Ia membuka kembali ponsel Bima—yang ia sita semalam—mencari foto Kinanti sekali lagi. Foto siswi berseragam pramuka dengan pita merah jambu itu kini terpatri kuat di memorinya.

Jam dinding menunjukkan pukul 13.55. Suara bel sekolah yang keras berbunyi, dan gerbang yang besar itu mulai terbuka. Segerombolan remaja berseragam putih-biru dan pramuka berhamburan keluar. Mereka tertawa, berteriak, dan saling dorong, membawa serta aroma khas sekolah: keringat, buku, dan jajanan kantin.

Jantung Anindita berdegup kencang. Ia mengamati setiap wajah. Mereka semua tampak begitu muda, begitu polos, terlalu jauh dari urusan pelik orang dewasa.

Lalu, matanya menangkapnya.

Seorang gadis berjalan keluar sendirian, beberapa langkah di belakang kerumunan. Punggungnya agak bungkuk, rambut hitamnya diikat satu. Ia mengenakan seragam pramuka yang sedikit kebesaran, sama seperti di foto, namun hari ini ia memakai pita rambut berwarna ungu—bukan merah jambu.

Gadis itu berhenti di tepi jalan, mengeluarkan ponsel dari saku roknya, dan mulai mengetik dengan cepat.

Itu dia.

Kinanti.

Anindita merasakan gelombang emosi yang kompleks: marah, jijik, dan juga sedikit kasihan. Ia melihat gadis itu. Tidak ada aura menggoda atau flamboyan. Kinanti hanya terlihat seperti anak SMP biasa, yang mungkin terlalu dini matang atau terlalu rentan untuk menjadi mangsa predator seperti Bima.

Kinanti mengangkat ponselnya ke telinga. Ia tampak sedang berbicara, sesekali tertawa kecil sambil menggigit ujung jarinya. Anindita memfokuskan pandangan.

Dan di situlah dia menciumnya.

Meskipun jendela mobil tertutup, dan jarak mereka lumayan jauh, ketika Kinanti melewatinya untuk berjalan ke arah halte, Anindita samar-samar mencium aroma yang ia kenal—aroma yang telah menghancurkan rumah tangganya: parfum vanila murahan yang manis dan menusuk. Aroma yang biasa disukai gadis remaja.

Anindita menunggu Kinanti tiba di halte yang sepi, jauh dari pengawasan guru atau orang tua siswa lain. Ini adalah kesempatan terbaik.

Dengan napas tercekat, Anindita menjalankan mobilnya perlahan, memutar kembali ke arah halte. Ia mematikan mesin saat tiba di samping Kinanti. Jendela mobil diturunkan.

Kinanti terkejut. Ia menoleh, matanya yang bundar menunjukkan kehati-hatian.

"Kinanti?" panggil Anindita, suaranya tetap tenang dan terkendali.

Gadis itu mengerutkan kening. "Iya, Tante. Maaf, Tante siapa ya?"

Anindita menatap gadis itu lekat-lekat. Ia melihat lipstik merah samar di bibir Kinanti—bekas lipstik yang sama yang ia temukan semalam.

"Nama saya Anindita," jawab Anindita, mempertahankan kontak mata. "Mungkin kamu lebih kenal saya sebagai 'Bunda'."

Wajah Kinanti langsung berubah. Ekspresi terkejut, rasa bersalah, dan ketakutan bercampur aduk. Ponsel di tangannya nyaris terjatuh. Ia tahu siapa Anindita. Ia tahu bahwa Anindita adalah istri dari Om Bima yang sering mengiriminya pesan mesra.

"T-Tante Anindita..." gumam Kinanti, mundur selangkah. Ia mencengkeram erat tas sekolahnya.

"Jangan takut, Nak," kata Anindita, suaranya tidak menghakimi, hanya dingin dan penuh kesedihan. "Saya tidak akan berteriak. Saya hanya ingin bicara sebentar, dari hati ke hati, sebagai sesama perempuan."

Kinanti tampak ragu, matanya melirik ke segala arah.

"Saya tahu kamu kenal Bima," lanjut Anindita. "Saya tahu janji sepatu merah itu. Dan saya juga tahu bau sirih dan vanila itu."

Mendengar kata-kata itu, Kinanti menundukkan kepala. Bahunya terkulai lemas. Sikap defensifnya lenyap, digantikan oleh kepasrahan seorang anak yang tertangkap basah.

"Saya tidak akan memarahimu," Anindita berjanji, membuka pintu mobil. "Tapi saya akan minta satu hal. Masuklah. Ceritakan pada saya. Apa yang kamu cari dari suami orang?"

Kinanti menatap pintu mobil yang terbuka. Matanya berkaca-kaca, memantulkan ketakutan dan kebimbangan yang luar biasa. Ia adalah seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam labirin yang gelap, dan kini ia berhadapan dengan labirin itu sendiri.

Anindita menanti dengan sabar. Ia tahu ia tidak bisa memaksa. Tapi ia butuh jawaban. Ia butuh untuk melihat ke dalam mata gadis ini, untuk memahami apa yang membuat Bima tega menghancurkan segalanya.

1
Dewi Fuzi
kok jadi ngelantur ke mna" ? seru tp gak nyambung
Isranjono Jono
bima gendeng karena kesalahan mu anak jadi korban
Isranjono Jono
kok melebar kemana2 thor
Isranjono Jono
pelajaran untuk pedofil
Isranjono Jono
good job dita 👍👍
Isranjono Jono
ya tuhan ngeri aku bacanya pelajaran untuk para orang tua yang punya anak gadis
Isranjono Jono
waduh pedofil laki nya gaees🤭
kalea rizuky
looh anin meninggal apa gmana
kalea rizuky
kasian anin kehilangan anak harusnya jalang ini yg kehilangan anak kehilangan rahim sumpah benci liatnya q jalang kecil menjijikkan
kalea rizuky
sejauh itu jalang kecil sama Bima berhubung
kalea rizuky
makan itu selingkuh an mu kamu kira qm. akan bahagia Bima hahahah mimpi
kalea rizuky
kn bner jalang sok korban pdhl aslinya licik
kalea rizuky
jalang kecil lacur
kalea rizuky
suka liat cwek g menye2
kalea rizuky
gila si Bima
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!