Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.
Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.
Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Brownies
Pulang sekolah, Danial dan Meldy kembali pulang kerumah mereka, tak lagi kekediaman Mahendra. Tapi kali ini Meldy pulang bersama Pijar. Sudah cukup sekali dia di labrak oleh cegil nya Danial. Bukan karena takut, tapi hanya akan membuang-buang waktunya saja meladeni cewek-cewek seperti Gadis.
"Lo anterin gue pulang ya Pi." Ucap Meldy.
"Nggak pulang sama kak Danial, tadi kan kalian berangkat bareng?." Tanya Pijar.
"Malas gue, yang ada gue dilabrak lagi sama cewek gila itu."
"Ya begitulah konsekwensinya kalau dekat sama idol sekolah. Gue nggak kebayang deh, gimana nanti kalau mereka tau lo sama kak Danial suami istri. Pasti bakalan heboh satu sekolah." Ucap Pijar, tenang aja tak ada yang mendengar obrolan mereka kok, karena sekolah sudah sepi.
"Bukan hanya heboh, yang ada gue sama kak Danial dalam masalah. Bisa-bisa kita dikeluarkan dari sekolah."
"Mana bisa Mel, lo lupa om Edgar pemegang saham terbesar disekolah ini. Ya kali dikeluarin. Lo jangan remeh sama kekuatan papa mertua lo itu." Pijar tau betul bagaimana kekuasan keluarga Mahendra.
"Tau ah, ayo lah pulang." Meldy duluan masuk kedalam mobil diikuti Pijar.
"Jadi tadi malam kalian nginap di rumah tante Kanaya?." Tanya Pijar, melajukan mobilnya kuar gerbang sekolah.
"Iya, dan lo tau, kayaknya bunda sama kak Dea sengaja rencanain supaya gue tidur satu kamar sama kak Danial."
"What? Jadi kalian?." Pijar tak melanjutkan kalimatnya.
Tak dilanjutkan pun, Meldy paham isi kepala sahabat nya itu. "Jangan ngadi ngadi lo. Nggak kayak yang lo pikirin ya."
"Yakin? Satu kamar berdua kalian nggak ada ngapa-ngapain? Kalian suami istri loh."
"Nggak ya, nggak akan. Buang jauh-jauh pikiran kotor lo."
"Terjadi juga nggak apa-apa kok Mel, udah halal ini. Malah dosa tau kalau istri nggak ngasih hak suami."
"Tau dari mana lo?."
"Pernah dengar ustadz ceramah di tv."
"Bodo lah. Gue ngantuk." Meldy memejamkan matanya, sebenarnya sedikit kepikiran dengan perkataan Pijar barusan. Bagaimana pun, pernikahan mereka adalah pernikahan sah. Tapi, Meldy tak siap akan hal itu.
Sampai dirumah, Meldy langsung masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian. Langkah Meldy berhenti begitu melewati kamar Danial. Kembali mengingat perkataan Pijar tadi.
"Apa aku beneran dosa?." Tanya Meldy kepada dirinya sendiri.
"Nggak nggak nggak." Meldy menggeleng-gelengkan kepalanya. "Meldy, nggak. Lo nggak harus lakuin itu, Allah pasti tau bagaimana situasi nya saat ini." Meldy kembali melanjutkan langkahnya kedalam kamar.
Berganti pakaian, Meldy turun ke lantai bawah untuk mencari kesibukan. Menghampiri mbak Siska yang sedang berada didapur.
"Lagi nyuci piring mbak?." Tanya Meldy sekedar berbasa-basi.
"Iya non. Non Meldy mau sesuatu? Atau mau makan?." Yang mbak Siska.
"Nggak mbak. Oh ya, di kulkas ada bahan-bahan untuk buat kue nggak mbak?." Tanya Meldy, membuat brownies coklat pasti enak.
"Non Meldy mau buat kue?."
"Iya mbak, mau bikin brownies cokelat."
"Bentar ya non, mbak Siska ambilin bahan-bahan nya dulu."
"Nggak usah mbak, biar Meldy aja. Mbak lanjutin aja nyuci piring nya." Mbak Siska menurut, kembali melanjutkan pekerjaannya yang terhenti tadi.
Meldy terlihat serius mencampur satu persatu bahan-bahan brownies kedalam satu wadah. Itu bukanlah hal susah bagi Meldy, bahkan dia bisa membuat berbagai macam jenis kue lainnya.
Begitu adonan selesai dan dimasukkan kedalam cetakan, lalu memasukkan kedalam kukusan, dan menunggu beberapa menit.
"Mbak coba deh brownies buatan Meldy." Memotong sedikit brownies yang sudah matang itu, Meldy membiarkan mbak Siska untuk menyicipi.
"Enak nggak mbak?." Tanya Meldy.
"Enak non, mbak Siska aja nggak bisa buat seenak ini." Puji mbak Siska.
"Mbak Siska bisa aja muji nya."
"Emang enak loh non, mbak Siska nggak bohong."
"Mau lagi nggak mbak?." Tanya Meldy.
"Nanti aja non, mbak Siska mau lanjut nyuci lagi."
"Ya udah, nanti mbak Siska ambil sendiri aja ya."
Terdengar suara motor diluar rumah, sudah pasti itu adalah Danial. Tapi tak hanya satu motor, sepertinya Danial pulang tak sendiri.
"Assalamualaikum." Ucap dua orang kompak, ternyata mereka adalah Alvi dan Deon.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Meldy, berjalan menuju ruang tamu, dimana suami dan teman-temannya sekarang.
"Halo ibu negara." Alvi melambaikan tangannya.
"Halo juga kak."
"Kita boleh main disini kan Mel?." Tanya Deon.
"Boleh lah kak. Oh ya, mau minum apa nih?." Tanya Meldy menawarkan.
"Apa aja deh, yang penting bisa ngilangin rasa haus." Jawab Alvi yang sudah duduk di sofa. Kalau Danial sih sudah dari tadi merebahkan tubuhnya di sofa.
"Oke, dua gelas minuman segar segera datang." Iya dua gelas, kita nggak salah dengar kok.
"Kok dua gelas?." Tanya Danial, apa istrinya itu tidak menganggap dia ada di sana.
"Ooh, ada orang lagi ya ternyata. Soalnya tadi nggak denger ngucapin salam waktu masuk rumah."
"Gue nggak mood berantem ya Mel." Ucap Danial, berusaha menahan emosi nya.
"Siapa yang ngajak berantem coba. Iya deh, tiga gelas minuman segar segera datang ya." Meldy melangkah kembali kedapur.
"Gini rumah tangga kalian? Nggak ada harmonisnya sama sekali." Ucap Deon.
"Diam lo." Kembali Deon mendapat tatapan tajam dari Danial.
Tak lama, Meldy kembali dari dapur dengan nampan berisi minuman dan brownies buatan nya tadi.
"Kebetulan nih tadi Meldy habis buat brownies, dicobain ya kak." Ucap Meldy ramah, menyajikan minuman untuk mereka bertiga.
"Buat sendiri Mel?." Tanya Alvi.
"Iya kak, tadi bosen pulang sekolah nggak ada kegiatan, jadi bikin brownies deh. Kalau gitu Meldy permisi ya, mau kerjain tugas sekolah." Meldy berpamitan dari hadapan ketika laki-laki itu.
Deon dan Alvi yang pertama mencoba brownies buatan istri Danial itu. "Enak loh Dan, coba deh." Alvi menawarkan.
"Iya loh Dan, istri lo pinter masak juga ya." Puji Deon.
Danial juga ikut mengambil satu potong brownies itu lalu memakannya. Danial akui kalau masakan Meldy memang tak pernah gagal. "Dia emang pinter masak, karena dia cewek satu-satunya dikeluarganya." Ucap Danial.
"Lo beruntung sih Dan, jarang cewek kayak Meldy itu. Menurut gue sih, jangan lo sia-siain dia." Ucap Alvi.
"Entahlah, gue nggak yakin." Danial menarik napas dalam. "Kalian lihat sendiri kan gimana kita kalau ketemu, pasti ada aja yang diributin."
"Benci, benar-benar cinta kan?." Ucap Alvi. "Gue yakin, suatu saat kalian pasti akan saling jatuh cinta." Lanjutnya.
"Seyakin itu lo?."
"Kenapa nggak? Kalian tinggal disatu rumah yang sama, semakin seringnya kalian berinteraksi pasti perasaan itu datang dengan sendirinya. Apalagi menurut gue Meldy itu cukup menyenangkan." Ucap Alvi.
"Bener tuh kata Alvi. Lo belum nemu aja di diri Meldy yang membuat lo jadi kagum sama pribadi dia." Lanjut Deon.
Meski slengean, tapi saat salah satu dari mereka butuh tempat untuk bercerita, pasti mereka akan menanggapi dengan serius. Walaupun tidak dapat solusi, setidaknya bisa merasa lega karena ada yang mau mendengarkan kita saat berkeluh kesah.