Zhang Jian adalah Pangeran, pendekar, pembual, dan penegak keadilan yang suka bikin onar.
Dia bukan murid biasa di Sekte Kunlun, ia datang membawa warisan legendaris: Cincin Naga Langit, peninggalan Siluman Naga dari dunia lain yang membuatnya kebal terhadap serangan Qi dan nyaris tak terkalahkan.
Akan tetapi, tak ada kekuatan yang abadi.
Cincin itu hanya akan melindunginya selama sepuluh tahun. Setelah itu? Dia akan menjadi sasaran empuk di dunia yang tak mengenal belas kasihan. Dunia di mana para pendekar saling menyingkirkan demi kejayaan sekte, harta karun langit, dan ramalan kuno yang bisa mengguncang tatanan alam.
Ketika Sekte Demon mengancam kehancuran dunia, Zhang Jian harus memilih: tetap menjadi bayangan dari kekuatan pinjaman, atau membuka jalan sendiri sebagai pendekar sejati.
Langit tak akan selamanya berpihak.
Bisakah seorang pembual menjadi legenda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Klan Sun Terancam Dimusnahkan
Sun Er tidak menyangka pria yang ia cintai akan mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan hati. Tubuhnya bergetar hebat dan merasa sangat bersalah, karena atas pemikiran bodohnya Klan Sun akan dimusnahkan oleh Feng Yao.
“Lindungi Sun Er!” seru Sun Zhi sembari menghunus pedang.
Pak tua Wang tiba-tiba menghilang dari pandangan semua orang sehingga membuat panik para Pendekar Klan Sun. Sementara Feng Yao menyeringai lebar, karena setelah memusnahkan semua anggota Klan Sun maka Pagoda Hitam akan menjadi miliknya.
Namun, tiba-tiba aura Qi yang sangat kuat muncul dari langit yang membuat Pak tua Wang berhenti melesat ke arah Sun Zhi.
Dia mengerutkan kening, karena benda yang jatuh dari langit tersebut adalah senjata yang sengaja dibalut dengan Qi, yang berarti ada Kultivator lain di sekitar kediaman Klan Sun.
“Siapa kau, tunjukkan dirimu!” seru Pak tua Wang sambil menyebarkan Qi untuk melacak musuh tidak dikenal tersebut.
“Apa yang terjadi Kakek Wang?” Feng Yao khawatir, tombak perak yang tertancap di halaman kediaman Klan Sun tersebut memancarkan aura yang menakutkan.
Dia berpikir mungkinkah Sun Zhi juga menyewa Pendekar Pengembara?
“Sepertinya kami tidak seperti pahlawan dalam cerita dongeng yang selalu datang terlambat. Kami datang tepat waktu karena aku melihat belum ada yang terkapar di tanah.” Zhang Jian tersenyum lebar. Dia dan anggota faksi Kerajaan Naga Agung berdiri di atas tembok luar halaman kediaman Klan Sun.
“Murid Sekte Kunlun!”
Sun Zhi sangat senang, akhirnya murid-murid Sekte Kunlun yang ia sewa untuk mengawal Pagoda Hitam datang juga.
Pak tua Wang menoleh ke arah Feng Yao untuk meminta petunjuk, apakah mereka akan berkonflik dengan murid-murid Sekte Kunlun atau mengurungkan niat untuk mengambil paksa artefak kuno Klan Sun.
Feng Yao menggertakkan gigi, kesal kenapa entitas kuat malah muncul saat ia hampir mendapatkan artefak kuno Pagoda hitam.
Tiba-tiba ia menyadari jumlah Pendekar di pihaknya lebih banyak dari murid-murid Sekte Kunlun walaupun tidak semua pengawalnya adalah seorang abadi.
“Nyalakan kembang api!” Feng Yao menoleh ke arah pemuda di belakangnya.
Pemuda itu langsung menyalakan kembang api yang merupakan pertanda meminta bala bantuan. Semua pendekar dari kelompok pedagang mawar merah akan datang begitu melihat kembang api tersebut.
Dalam waktu singkat, kerumunan orang mengelilingi kediaman Klan Sun. Ada yang bersenjata kapak, golok, pisau daging, tombak, dan pedang.
“Gawat! Ternyata kelompok pedagang mawar merah sudah menjadikan semua pedagang di kota ini sebagai kaki tangan mereka,” keluh Sun Zhi.
Dia mengenali sebagian dari orang-orang yang berdatangan ini. Pria berbadan besar yang memegang pisau daging adalah pedagang daging langganan Klan Sun-nya, sementara pria paruh baya bersenjata tombak adalah pedagang senjata tak jauh dari sini.
“Maaf, tuan Zhi. Kami terpaksa mendukung tuan muda Feng Yao, karena mitra bisnis kami,” kata pedagang daging merasa tidak nyaman karena harus melawan Klan Sun yang selama ini telah memberikan perlindungan dan upeti bulanan murah di kota ini. Namun, disisi lain, ia juga tidak berani menentang perintah kelompok dagang Mawar Merah yang telah memberikan modal dan menyediakan pasokan daging untuknya.
Sun Zhi menggelengkan kepala tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia tahu orang-orang yang ia kenali yang datang untuk menghancurkan Klan Sun ini datang dengan terpaksa, karena mereka sudah terikat dengan Kelompok Pedagang Mawar Merah.
“Wah, lawan yang kita hadapi sangat banyak sekali!” seru Lu Han.
“Apakah kita membunuh atau hanya melumpuhkan mereka?” Zhang Fei menoleh ke arah Zhang Jian.
“Bunuh saja para Pendekar Pengembara itu, sementara yang lain lumpuhkan saja!” sahut Zhang Jian. Klan Sun yang akan mengadili apakah para pengkhianat itu akan dilenyapkan atau hanya dihukum sesuai undang-undang Kerajaan Yunhai.
Feng Yao mengerutkan kening, tidak menyangka murid-murid Sekte Kunlun masih bisa menyombongkan diri walaupun mereka kalah jumlah.
“Habisi mereka semua!”
“Yang wanita biarkan hidup, hancurkan saja Akar Spritual mereka agar kalian bisa bersenang-senang dengan tubuh mereka!”
“Ini yang akan kau dapatkan, Sun Zhi! Karena tidak mau memberikan Pagoda Hitam itu padaku he-he-he!” Feng Yao menyeringai lebar.
Pertarungan pun pecah, bilah Pedang dan berbagai macam jenis senjata lainnya berbenturan. Pekikan kesakitan langsung terdengar begitu pendekar di kedua belah pihak bertumbangan.
Zhang Jian langsung melesat ke arah Pak tua Wang, karena pria tua itulah yang terkuat di pihak musuh.
“Jurus Pedang Badai Api!”
Pak tua Heng langsung menyerang Zhang Jian tanpa memberikan kesempatan melakukan serangan lebih dulu.
Sebagai Pendekar yang telah malang-melintang di dunia beladiri, meremehkan murid-murid Sekte sama saja membiarkan dirinya terbunuh sangat cepat. Karena mereka memiliki lebih banyak variasi tehnik Kultivasi yang tidak dimiliki oleh Pendekar Pengembara seperti dirinya.
Badai Api melesat dari bilah Pedang Pak tua Wang. Badai Api tersebut seolah-olah makhluk hidup yang langsung berubah menjadi gelombang seperti lautan api yang menggulung ke arah Zhang Jian
Akan tetapi tiba-tiba kening Pak tua Wang langsung berkerut, terkejut melihat serangannya menghilang begitu saja.
“Apa yang terjadi?” gumam Pak tua Wang.
“Kakek Wang!”
“Awas di depanmu!”
Feng Yao berteriak keras, karena ia melihat Pak tua Wang malah berdiri diam saja saat Zhang Jian mendekat ke arahnya.
Pak tua Wang segera memfokuskan perhatiannya pada Zhang Jian setelah mendengar teriakan Feng Yao.
“Mungkin tadi itu hanya kebetulan saja atau bocah ini menggunakan artefak kuno,” gumam Pak tua Wang. Biasanya artefak seperti itu hanya bisa digunakan sekali, serangan berikutnya tidak akan bisa dihindari oleh Zhang Jian.
“Jurus Pedang Badai Api!”
Pak tua Wang mengayunkan Pedang begitu Zhang Jian muncul di depannya dengan tombak perak.
“Tombak Dewa Bumi!”
“Langkah Menggetarkan Gunung!”
Zhang Jian menggunakan Tahap pertama Tehnik Tombak Dewa Bumi. Permukaan tanah langsung bergetar hebat, kecepatan langkah Zhang Jian naik berkali-kali lipat sehingga dalam satu kedipan mata ia sudah didepan Pak tua Wang.
Badai Api menakutkan yang melesat dari bilah Pedang Pak tua Wang langsung menghilang begitu saja sehingga ia kebingungan, ternyata menghilangnya serangannya tadi bukanlah suatu kebetulan. Pasti Zhang Jian menggunakan artefak kuno, tapi sudah tidak ada waktu memikirkan hal itu.
Pak tua Wang mengayunkan Pedang secara horizontal untuk menangkis tusukan tombak perak di depan dadanya.
Namun, karena pedangnya tidak lagi diselimuti oleh Qi, tombak itu tidak bisa dibelokkan.
“Aaaaaaaaaaaaakh!”
Pak tua Wang berteriak keras, tombak perak Zhang Jian menancap di dadanya. Sesaat kemudian tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun, tubuhnya langsung hancur berkeping-keping membuat hujan darah di halaman kediaman Klan Sun.
Feng Yao dan para Pendekar bayaran lainnya langsung ketakutan. Mereka tidak menyangka seorang abadi sekuat Pak tua Wang akan hancur berkeping-keping dalam sekali tusukan tombak murid Sekte Kunlun.
...***...
{Satu bab dulu, sorry update lambat. Badan masih pegal-pegal habis nanem padi seminggu 😁😁😁}