Sarah, si bunga kota yang dikenal cantik, bohay, serta menyimpan sisi nakal dan jahil di balik wajah manisnya, kini menjalani salah satu babak penting dalam hidupnya: Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa subur di Pinrang.
Takdir mempertemukannya dengan Andi Af Kerrang, seorang pemuda tampan, berwibawa, dan dikenal kaku, namun juga seorang juragan padi sekaligus pemilik bisnis kos yang terpandang di wilayah tersebut.
Awalnya, perbedaan latar belakang dan kepribadian membuat interaksi mereka terasa canggung. Namun, seiring berjalannya waktu, serangkaian peristiwa tak terduga—mulai dari kesalahpahaman yang berujung fatal, hingga situasi mendesak yang menuntut keberanian untuk melindungi—membawa keduanya semakin dekat.
Dari jarak yang semula terbentang, tumbuh benih rasa yang perlahan berubah menjadi candu.
akankah sering berjalan nya waktu Andi mengikuti arus kenakalan Sarah ataukah Sarah yang pasrah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Azzahra rahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan Sarah dan Salam Perpisahan Keluarga
Perjalanan pulang dari kota terasa sangat membahagiakan bagi Andi. Di dalam mobil, ia tak henti-hentinya bersenandung sambil sesekali melirik Sarah. Sarah, yang tahu suaminya sedang dalam mode gembira karena "izin dokter" yang didapat, justru semakin iseng dan nakal.
"Mas," panggil Sarah pelan, menyentuh lembut paha Andi.
" kenapa hm, ? Kenapa? Sudah nggak sabar ya?" goda Andi, tersenyum lebar.
"Aku cuma mau bilang... ,. Nanti kalau di rumah Papa-Mama, Mas jangan genit-genit ya," bisik Sarah, pura-pura mencium udara di dekat Andi. Padahal, Andi sudah mandi bersih di rumah sakit setelah pemeriksaan.
Andi pura-pura cemberut. "Aduh, Mama Sarah nakal! Mas kan sudah mandi. Sudah wangi ini. Lagian, Mas genitnya cuma sama kamu seorang kok. Mau Mas buktikan?"
Andi segera menepikan mobilnya sebentar, mencondongkan tubuh, dan mengecup pipi dan menjilat bibir Sarah dengan gemas.
"Besok malam, kita coba yang nakal ya, Mas," bisik Sarah, kini benar-benar berani menggoda, sambil mengulus si anu memanfaatkan izin dokter yang baru saja mereka dapat.
Wajah Andi langsung memerah. Ia kembali menjalankan mobilnya dengan jantung yang berdetak lebih cepat. "Aduh, sayang! Jangan buat Mas hilang kendali di jalan begini! Kamu sudah mulai lagi nakal lagi ya, Papa Andi suka lho kamu jadi nakal begini," katanya, berusaha menenangkan diri.
...----------------...
Tiba di rumah orang tua Andi . Di sana, sudah berkumpul kedua orang tua Sarah yang bersiap-siap untuk kembali ke kota. Adik Sarah, Lia dan. anti sudah menunggu mereka di sana dan akan kembali bersama.
"Ndi, Sarah, kalian sudah datang. Alhamdulillah," sambut Ibu Sarah. "Mama sama Bapak sudah harus kembali. Kasihan adek kamu sudah sendirian di sana tidak ada mama sama bapak nak .. Kami gak bisa lama²."
"Iya, Bu, Pak. Hati-hati di jalan ya," ujar Andi dan Sarah. "Nanti kalau ada waktu, main lagi ke sini. Anggap saja rumah sendiri."
"Pasti, Ndi. Terima kasih banyak ya, Nak. Kalian sudah sangat menjaga kami selama di sini," kata Bapak Sarah.
"Ah, tidak apa-apa, Pak. Justru kami yang senang ada yang meramaikan rumah," balas ibu bapak Andi .
"Wah, sudah kembali semua ini," sambut Ibu Andi. "Ayo masuk dulu sini, minum teh hangat. Mappettu' ada (mengakhiri pembicaraan/pamitan) yang baik di sini."
Suasana haru dan hangat tercipta. Kedua ibu, Ibu Sarah dan Ibu Andi, saling berpelukan erat.
"Bu, saya titip Sarah ya. Dia masih manja," kata Ibu Sarah, matanya berkaca-kaca.
"Iya, Bu. Tentu saja. Dia sudah seperti anak sendiri kok. Dan sekarang bawa cucu buat kami," balas Ibu Andi, tersenyum sambil mengusap punggung Ibu Sarah.
Bapak-bapaknya pun tak kalah akrab, saling menepuk pundak dan bertukar salam.
"Hati-hati di jalan, besan," kata Bapak Andi.
"Pasti, besan. Salam untuk semua yang di sini," balas Bapak Sarah.
Setelah memastikan kedua orang tua Sarah sudah masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke kota, Sarah dan Andi berpamitan kepada orang tua Andi.
Ibu Andi menarik Sarah dan Andi. "Sarah, Andi, kalian hati-hati ya di rumah. Jangan lupa makanan yang kalian bawa tadi dimakan. Dan Andi, jangan nakal ya sama istrimu. Kasihan dia lagi hamil muda."
Andi dan Sarah saling pandang. Wajah Sarah langsung merona karena ucapan ibunya yang seolah tahu apa yang baru saja mereka diskusikan. Andi hanya bisa menyengir, mengangguk patuh.
Cup!
Ibu Andi memberikan cipika-cipiki (cium pipi kanan-kiri) kepada Sarah, sebuah kebiasaan penuh kasih sayang yang ia lakukan. Andi dan Sarah kemudian pamit pulang ke rumah mereka sendiri dengan hati yang penuh kebahagiaan dan antisipasi akan janji manis malam ini.