Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Van-Vir
Sementara di tempat lain.
"Tuan, ini ponselnya." pria paruh baya itu menyerahkan sebuah ponsel pada pemilik nya.
"Terima kasih, sudah pura-pura jadi ayahnya Zidane." ucap Reno sambil menghela nafas
"Sepertinya Tuan muda sangat terpukul, ia langsung mematikan telepon nya setelah mendengar suara saya."
"Anak itu sudah seharusnya mendapatkan pelajaran, agar tidak terjerumus semakin dalam."
"Baron!
"Iya tuan!
"Kamu ikuti dia dari jarak yang tak terlihat dan kabarin semua aktifitas Zidane."
"Baik tuan."
"Sekarang pergilah, jangan ada yang tahu kedatangan mu. Aku tidak ingin anak dan istri ku curiga."
"Siap tuan."
Pria itu keluar lewat jendela dan menghilang di atas balkon. Reno yang terduduk di kursi kerjanya menyadarkan punggung ke belakang. Pikirannya terus menerawang jauh.
"Kenapa sifat arogan ku menurun semua pada Zidan. Aku dulu pemain judi dan peminum handal. Juga dingin pada wanita. Tetapi aku tidak pernah kalah judi." Reno meraih rokok dari laci dan menyalakan ujung rokok dengan pemantik api, asap mengepul di udara melewati wajah tegas dan kharismatik meskipun sudah memasuki usia 58 tahun.
"Apakah karma ku berlaku pada anakku Zidane? Dulu banyak pembisnis yang perusahaan nya jatuh ke tangan ku karena kalah judi. Tetapi aku sudah kembalikan pada pemiliknya setelah aku bertobat dan menikahi Delena. Sifat arogan ku semakin berubah setelah memiliki anak kembar dan aku mulai menata hidup ku di jalan yang benar. Sebelum kakek meninggal pernah berpesan. "Hindari harta yang tidak ada manfaatnya, itu akan menghancurkan dirimu sendiri." setelah aku tahu perbuatan ku salah dan banyak merugikan orang. Semua harta-harta mereka yang aku sita, aku kembalikan.
"Tetapi sekarang, Zidane mengikuti jejak ku dan sudah menghabiskan uang ratusan milyar." Reno menghela nafas panjang, menjentikkan abu rokok di atas bara, lalu terdengar suara pintu di buka.
"Mas, Kamu di sini?" Delena masuk kedalam ruangan kerja Reno sambil menaruh kopi hitam di atas meja.
"Sudah malam, jangan terus bergadang." kata Delena memperingati.
Reno menarik sang istri dan terduduk di pangkuannya. Reno memeluk Delena semakin erat seakan tidak ingin di lepaskan. Tentu saja ia mengeryit kan alisnya karena bingung dengan sikap suaminya yang tiba-tiba romantis.
"Mas, apa kamu salah minum obat?"
Reno terkekeh "Kok pertanyaan mu seperti itu?" Apa mas salah memeluk mu."
"Bukan begitu mas, nggak enak bila di lihat yang lain. Ini ruangan kerja bukan kamar, kalau ada yang masuk tiba-tiba gimana?"
"Biarkan saja mereka masuk dan melihat kemesraan kita. Salah sendiri kenapa main masuk ajah tanpa permisi." sahut Reno seraya mencium leher Delena.
"Kita ini sudah tua mas, tidak pantas seperti ini."
"Jadi, kamu menolak dekat-dekat dengan mas? Kalau bukan manja-manja sama kamu terus sama siapa lagi?"
Delena tidak dapat berkata-kata lagi, apa yang dikatakan suaminya benar, kalau bukan dirinya tempat bermanja-manja Reno lalu pada siapa?
"Ya sudah kita istirahat di kamar saja."
Reno mengangguk, lalu bertanya "Arabella sudah tidur?"
"Sudah mas! tadinya masih merengek pingin tidur bersama Safira dan Vano, tetapi aku terus membujuknya dan mengajak bermain, dan akhirnya Ara tertidur.
"Kalau gitu ada kesempatan untuk_"
"Untuk apa mas?! Sahut Delena.
"Masa Kamu nggak paham honey? Kita wik-wik ya, mas lagi kepingin.
"Bagaimana kalau Arabella bangun?"
"Ranjang kita King size, tidak akan menggangu Arabella tidur."
Delena tersenyum dan mengangguk, Reno berdiri dan mengangkat tubuh Delena ala bridal style, lalu melangkah masuk ke dalam kamar.
Sementara itu, di dalam ruangan yang tertutup di lantai 2, kamar tertutup dengan rapat. Suara erangan dan nafas tersengal terdengar di dalam kamar. Vano terus berusaha memasukkan miliknya yang panjang dan besar kedalam milik Savira. Hanya separuh yang baru bisa masuk kedalam goa, hingga membuat Savira kepayahan.
"Kak, sakiiiiitttt..."
"Sayang, bertahan lah... sebentar lagi rudalnya mau masuk kedalam."
"Kak...Aaahhhhh....Aaahhhh...."
"Iya sayang sebentar lagi, tahan lah sedikit. Kakak juga sudah tak tahan ingin segera masuk."
Vano terus mendorong miliknya semakin dalam, maju mundur mengikuti irama gerakan pinggulnya. Perlahan tapi pasti, sebab ia tidak ingin menyakiti sang istri yang ternyata baru pertama kali berhubungan.
Wajah Savira memerah menahan hasrat, ia juga ingin meledakkan sesuatu dalam miliknya. Dan rudal Vano berhasil masuk kedalam gawang bersamaan suara rintihan Savira yang mengerang. Vano mencium bibir Savira dan melumat nya, memberikan kehangatan dan kenyamanan.
Vano berarti sejenak, membiarkan rudalnya bersembunyi di dalam goa Savira yang sempit. Peluh di dahi dan dada Vano berjatuhan ke tubuh Savira.
"Sayang, akhirnya aku berhasil masuk." kata Vano dengan nafas terengah-engah.
"Kenapa di bawah ku terasa penuh dan sesak kak."
"Tapi, nikmat kan?" goda Vano sambil terkekeh.
"Kak cepat selesaikan, aku takut Arabella merengek minta tidur sama kita. Kasihan sama mommy dan Daddy tidurnya jadi terganggu."
"Sabar sayang, aku masih ingin berada di dalam."
"Nanti masukan lagi kak, seperti ada yang keluar dari bagian intim ku, milik ku terasa perih."
Vano mengalah, ia kembali buat gerakan maju-mundur cantik🤣 dan makin lama gerakan nya makin cepat. Savira mulai merasakan nikmat di bagian intimnya dan bibirnya terus mendesah-desah
"Kal, seperti ada yang ingin keluar." seru Savira
"Iya sayang, aku juga nggak kuat, sepertinya rudal ku ingin meledak.'
"Kak...! Erangan Savira semakin kencang, Vano kambali mencium dan melumat bibir Savira, sebab ia tahu isterinya ingin klimaks.
"Kak____ Aaahhhhhh .."
"Aaaaaakhhh____"
Keduanya meledak dan mengerang bersamaan saat mendapatkan klimaks bersama.
Vano menarik nafas dalam dan di hembuskan perlahan, ia melihat Savira terengah-engah. Vano menciumi kening, kedua pipi dan bibir Savira.
"Thank my wife, Kamu sudah berikan kesucian mu padaku." bisik Vano sambil turun dari tubuh Savira dan tertidur di samping sang istri.
Tak lama kemudian Savira ingin pipis, ia melihat Vano sudah terpejam di sampingnya. Saat ia bangun dan terduduk, Savira menjerit.
"Kak, aku menstruasi!"
Vano membuka matanya dan melihat ke bawah kasur, lalu ia tersenyum. "Itu bukan menstruasi, tapi darah perawan."
Savira membulatkan bola matanya "Jadi, darah perawan seperti menstruasi ya?"
"Ayo bobo lagi, nanti kita lanjutkan." kata Vano sambil menarik sang istri kedalam dekapannya.
Mereka kelelahan dan tertidur pulas setelah melakukan lima kali ledakan dalam semalam.
JANGAN LUPA BANTU RATE BINTANG 🌟 5 DAN BERIKAN KOMENTAR KALIAN GUYSS 😍, BERIKAN LIKE, VOTE/GIFT PADA KARYA TERBARU BUNDA 🤗 😍
Pagi pun
Jadi penasaran ditunggu kelanjutannya bunda outhor 🙏🏻