DOKTER TAMPAN ITU SUAMIKU

"Apa kamu sudah lama Alin?" Tanya Marquez yang kini duduk di hadapan Alin, setelah drama pelukan itu usai.

"Tidak juga sayang, apa lagi cuman 15 menit, berapa lama pun aku siap nunggu kamu sayang," ujar Alin sambil mengedipkan matanya genit.

Namun Marquez justru biasa saja, "Alin jika nanti kamu mendengar kan sesuatu tentang ku, apapun itu, kamu tidak perlu percaya, hanya perlu percaya padaku, dan ingat, apapun yang terjadi kamu akan tetap menjadi prioritas ku."

"Kenapa bicara mu seperti itu sayang, emang mau ada apa?" Heran Alin, Alin tidak pernah berbicara seserius ini dengan Marquez.

"Tidak ada, hanya saja jika nanti kamu mendengar hal yang tidak pantas tidak perlu kamu percayai."

"Baiklah, kapan kita akan bertunangan, bukannya kamu pernah bilang waktu dekat ini." 

"Secepatnya, setelah tunangan kita akan segera menikah." 

Alin yang mendengar perkataan Marquez tentu saja sangat bahagia, akhirnya setelah 3 tahun menunggu Marquez, penantian itu akan usai juga begitulah pikir Alin. 

Kedua sepasang kekasih itu menghabiskan waktu seharian jalan-jalan kebanyak tempat, karena Alin terus merengek untuk ditemani jalan-jalan, mau tidak mau Marquez habis dari rumah sakit langsung menemani kekasihnya jalan-jalan, tidak jauh-jauh dari belanja dan menghabiskan waktu di mall, hal yang beberapa pria tidak sukai. 

"Menginap di apartment ku sayang, lagian ini sudah sangat malam, pasti kamu lelah kan," Alin masih enggan turun dari mobil Marquez, dan masih bersandar di bahu pria itu. 

"Tidak Alin, tidak pantas satu pria dan wanita berada di satu atap sebelum resmi menikah," ujar Marquez, membuat Alin mencebik kan bibirnya, Marquez berasal dari Inggris, tapi pria ini kenapa alim sekali, padahal di daerah ibu kota banyak sekali sepasang kekasih yang bahkan berhari-hari di apartemen dengan bebasnya. 

"Baiklah, aku turun dulu, sini kiss dulu, apa kamu tidak ingin mengantarku ke kamar sayang?" 

"Ok ok tidak perlu menatap ku seperti itu," ujar Alin, yang melihat tatapan kekasihnya seakan tidak suka, wanita itu membuka pintu mobil, sebelum benar-benar turun, wanita itu mengucapkan selamat malam untuk sang kekasih, tanpa menunggu Alin berlalu, Marquez langsung saja tancap gas.

Baru juga Marquez sampai di apartement setelah setengah jam perjalan, ponselnya sudah berdering, dia berdecih kesal, namun tidak lama matanya melotot melihat si penelpon. 

"Sial! Saya lupa ada janji dengan Zay Darmawangsa" dia segera menelpon balik Zay, namun pria itu sama sekali tidak mengangkat telponnya, akhirnya mau tidak mau dia menelpon istri Zay. 

"Iya tuan Liberty," Jawab Lian dari sebrang sana.

Marquez justru tergelak mendengar suara Lian, wanita itu tetap saja memanggil dirinya dengan sebutan tuan Liberty, "hey kapan kamu akan merubah panggilan itu."

Lian terkikik geli, "aku sudah nyaman dengan panggilan itu tuan Liberty, sekarang katakan, ada apa menelpon tengah malam begini, untung aku belum tidur." 

"Nah iya kenapa kamu belum tidur jam segini, ini sangat larut," bukannya menjawab, Marquez justru menanyakan hal lain. 

"Sedang menunggu Zay, dia tadi sempat keluar sebentar, entah kemana di-" Lian tidak meneruskan perkataannya, Karena tiba-tiba kamarnya terbuka.

"Siapa yang menelpon tengah malam begini?" Zay mendekati istrinya dan memberikan kecupan di bibir sang istri, seperti yang iya lakukan ketika baru sampai rumah.