Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 34
Aku menghentikan mobilku. Lalu masuk ke dalam rumah sakit meminta bantuan suster.
Nadira di bawa ke ruang Persalinan dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Nadira..kamu harus kuat Nad .. demi anak kita..." Ucapku dalam hati.
***
"Bapak..selamat ya..bayinya perempuan, sehat dan selamat." Ucap suster tersebut dengan raut wajah yang berbeda.
"Bagaimana dengan keadaan istri saya, sus?" Tanyaku penasaran.
"Bapak silahkan masuk. Nanti di dalam ada dokter yang akan menjelaskan. Permisi pak."
Suster tersebut berlalu dari hadapanku membawa buah hati kami.
Aku berjalan kearah lorong yang ditunjukkan oleh suster tadi, lalu membuka pintunya.
Ada seorang dokter yang sedang berdiri di dekat Nadira.
"Suami ibu Nadira?"
Aku mengangguk cepat.
Dokter tersebut menghela napas.
"Bagaimana dengan istri saya dok?" Tanyaku sembari mendekat pada Nadira yang tertidur.
Wajah itu sedikit lebih pucat. Matanya terpejam. Perasaanku menjadi tidak enak.
Takut sesuatu hal yang buruk menimpa istriku.
"Pak, kami sudah sekuat dan semampunya menolong ibu Nadira. Tapi maaf... Allah berkehendak lain. Istri bapak meninggal dunia."
Dunia ku terasa gelap. Bibirku pun ikut kelu. Aku hanya mampu berdiam tanpa harus berbuat apa-apa hingga dokter menepuk punggungku pelan.
"Bapak sabar ya..karena ini takdir Allah."
Aku hanya mengangguk. Untuk kedua kalinya aku harus kehilangan dua orang yang berarti dalam hidupku.
Dulu Aisyah meninggal, Naura depresi. Sekarang Nadira meninggal, apa aku harus depresi juga? Semua hal ku perjuangkan untuk kehidupanku bersama Nadira, termasuk meninggalkan ibu. Tapi sekarang? Malah aku yang ditinggal selamanya oleh Nadira.
Aku membawa Nadira pulang ke rumah. Bersama putri kami.
Beberapa tetangga mengurus pemakaman Nadira.
Sementara aku? Aku masih kebingungan menggendong bayi kecil kami yang sesekali menangis. Menangis bukan karena kehilangan mamanya, tapi karena popoknya yang basah dan ada pup nya.
***
Pemakaman Nadira sudah selesai dilaksanakan meski tanpa kehadiran mama dan papanya. Kini rumahku sudah sepi. Para pelayat sudah pulang. Kini tinggal aku berdua dengan Naya, putri kecil kami.
Aku menyusun semua perlengkapan Naya ke dalam tas. Setelah itu aku memesan mobil online. Tujuanku saat ini adalah membawa Naya ke rumah ibu.
Aku tidak bisa mengurus Naya sendirian. Aku tidak paham perihal bayi apa lagi bayi merah seperti Naya.
Akhirnya aku sampai di depan rumah ibu.
Entah mengapa, bayi ini menangis kencang hingga aku belum sempat mengetuk pintu, tapi pintu rumah ini sudah dibuka oleh seseorang dengan hijab terjuntai menutup dadanya.
"Cari siapa-?
Wanita itu termenung saat menatapku.
Aku tersenyum kaku. Bingung, menjawab pertanyaannya atau..mendiamkan bayiku.
"Ada ibu?" Tanyaku lagi seraya menepuk lembut paha bayi mungilku yang menangis.
"Ada. Tunggu sebentar ya."
Naura masuk ke dalam rumah. Tidak lama ia muncul dengan seorang wanita paruh baya yang setiap malam kurindui.
"Rafka?" Suara ibu terdengar bergetar menyebut namaku.
"Ini benar kamu?" Ucap ibu lagi tidak percaya.
"Iya Bu." Sahutku dengan suara pelan. Jujur..ini momen tersedih sepanjang hidupku. Setelah hampir setahun tidak pernah menemui ibu, akhirnya...
"Anakku...akhirnya.." ibu menubruk ku ia memelukku erat sepertinya ibu tidak sadar jika aku menggendong seorang bayi.
Setelah puas memelukku, ibu baru melihat Naya,
"Bayi siapa?"
"Anakku, buk"
"Mana istrimu?" Ibu tampak celingukan.
Aku hanya menggeleng, rasanya berat sekali untuk mengatakan kalau Nadira sudah meninggal.
Ibu mengambil Naya dari tanganku. Ia mengusap pipi merah Naya.
"Kemana ibumu? Ibu mu pergi ninggalin kamu sama papa mu? Jahat sekali ibu mu." Tahu-tahu ibu sudah mengomel saja sambil membawa Naya masuk kedalam rumah. Sementara aku membawa tas berisi perlengkapan Naya masuk kedalam rumah.
"Rupanya popok kamu basah ya, sayang. Nenek ganti ya... Cup..cup..cup..cucu nenek sayang .." ibu berbicara sendiri. Raut wajahnya tampak bahagia. Sementara Naura, tampak tersenyum sambil menjawil pipi Naya.
Apa yang terjadi dengan Naura? Mengapa ia tidak menyapaku barang sejenak saja? Apa ia lupa padaku? Atau...gangguan jiwanya yang kemarin berhasil menghapus jejak buruk pernikahan kami?
"Bu, ini anak mas Rafka ya? Lucu ya." Ku dengar celoteh Naura.
Ibu hanya mengangguk tanpa ingin menjelaskan apa pun pada Naura.
"Raf, tolong buatin susu! Sepertinya dia haus." Ucap ibu memerintah.
Aku segera mencari susu Naya di dalam tas, lalu segera membawa seperangkat persusuan ke dapur ibu.
Sejak ditinggal Nadira pergi, jiwa kebapakan ku muncul tiba-tiba.
Aku jadi cekatan menyuapkan susu untuk Naya.
Tidak ingin mengira-ngira, mencicipi susu Naya. Setelah merasa pas, aku memberikan susu itu pada ibu.
"Ini susunya buk."
"Sini mas, biar aku saja yang ngasih susu buat adek." Naura mengambil botol susu itu dari tanganku lalu memberikan pada Naya dengan hati-hati.
Aku dan ibu saling berpandangan, ibu mengedipkan matanya seolah memberi kode agar aku tetap bungkam.
***
Malam sudah tiba, aku memutuskan untuk bermalam di rumah ibu barang beberapa hari. Setelah selesai makan, aku menidurkan Naya di kamar tamu. Melihat Naya tertidur lelap, aku memutuskan duduk di teras. Tidak lupa menyalakan sebatang rokok dan menyesapnya dalam-dalam.
Dari kisahku, aku belajar, bahwa sejauh apa pun aku melangkah, tempat berpulang yang paling nyaman adalah rumah ibu. Rumah ibu selalu terbuka, tapi..setelah Nadira tidak ada.
"Mas Rafka.."
Aku menoleh kearah sumber suara. Naura berdiri di depan pintu.
"Em..anu..adek Naya boleh tidur sama aku?"
Aku diam sejenak. Antara bingung dan ragu. Aku takut Naura berbuat buruk pada putriku.
" Ya sudah deh mas." Naura berbalik. Sepertinya ia bisa membaca keraguan di wajahku.
"Kamu mau bawa Naya?" Tanya ibu yang datang setelah mendengar permintaan Naura.
"Iya, tapi..." Naura melirik padaku.
"Bawa saja. Tapi kalau Naya nangis, kamu cepat panggil Rafka ya." Pesan ibu pada Naura.
Naura mengangguk, wajahnya ceria kembali. Senyumnya juga terkembang diwajahnya. Naura berpamitan padaku dan ibu.
Aku berdiri, mengamati Naura dari kejauhan. Kalau bertanya pada hati jelas aku tidak rela.
Sebagai ayahnya Naya, aku tidak ingin seekor nyamuk pun melukai kulitnya.
Naya dan Naura sudah hilang dari pandangan mataku.
"Yakin Naya aman, Bu?"
"Kamu ragu?" Ibu malah balik bertanya.
Aku hanya bisa menggaruk rambutku yang tidak gatal lalu memilih duduk kembali di tempat semula.
"Raf..kemana istrimu?"
Tanya ibu sambil menjatuhkan badannya disebelahku.
Mengingat Nadira membuat mataku berkaca-kaca.
Dadaku terasa sesak karena tidak mampu menjawab pertanyaan ibu.
"Dari awal, ibu sudah tidak percaya pada perempuan itu." Ucap ibu sembari tersenyum sinis.
"Sekarang kamu percaya kan pada ibu? Tanpa ibu minta, kamu akan tetap kembali ke rumah ibu. Karena yang tetap setia dan menyayangi kamu setulus hati hanya ibu." Ucap ibu sambil menepuk dadanya.
"Bu, Nadira istri yang baik. Dia rela memberikan gelar ayah padaku dan memberikan gelar almarhumah untuk dirinya sendiri." Ucapku dengan suara bergetar.
"Maksud kamu?" Tanya ibu bingung.
"Menantu yang ibu benci sudah di jemput oleh sang pencipta Bu "
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!
ambil bijinya jemur, setelah kering diroasting ducampur dgn kopi kasih rafka pagi dan siang. selama 4 minggu.
satu biji apel mengsndung sianida 0.2 mg..rafka tdk mati, tp merusak syarafnya.
dia akan lumpuh total, syaraf di otak, punggung,pinggang yg rusak.
banyak org pacaran 5 tjn.10 thn,15 thn jd nikah.
org nikah aja banyak yg cerai.
. jgn2 lagi hamil nadira krn sexc bebas. tinggal nunggu waktu balasan dr Allah. peremouan murahan, nanti anak2 juuga emgga ada ahklak.