NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Banyak Protes

Beberapa hari ini Robin selalu tampak gelisah karena rencananya untuk memadu kasih dengan Tantri selalu gagal. Setiap kali ada kesempatan, selalu saja ada halangan yang tiba-tiba saja muncul.

Kali ini ia merencanakan untuk bertemu dengan Tantri di sebuah penginapan yang ada di kota tersebut.

Pulang sekolah ia menghubungi istrinya bahwa hari ini ada pekerjaan di sekolah yang harus diselesaikan sehubungan dengan kegiatan Ujian Akhir Sekolah dan pulangnya mungkin sampai larut malam.

Naya percaya saja dengan keterangan yang diberikan oleh suaminya. Seperti biasanya, ia tidak pernah banyak protes jika Robin memberikan alasan tentang pekerjaan di sekolah.

Usai berbicara melalui telepon seluler ia kembali menata barang jualan yang baru saja diantarkan oleh langganannya. Pekerjaan tersebut cukup menguras tenaga namun Naya tidak pernah mengeluh karena sudah terbiasa apalagi sejak dari kecil ia sudah diajari oleh kedua orang tuanya untuk menjadi seorang pekerja keras.

Peluh mulai menetes dari pelipis membuat Naya beristirahat sejenak.

Sekilas ia melihat di seberang jalanan tetangganya sedang bersiap-siap hendak bepergian dan tak lama kemudian sebuah grab berhenti tepat di depan rumahnya.

Tantri sempat melambaikan tangan kepada Naya dan dibalas pula dengan lambaian sebagai tanda bahwa mereka sangat akrab sebagai tetangga.

"Jangan lupa ole-ole!" teriak Naya.

"Beres," sahut Tantri.

Naya merasa sangat beruntung punya tetangga yang baik. Sejak Rona keluar dari rumah sakit, boleh dikata bahwa setiap hari Tantri selalu datang ke rumah. Sering-sering ia membawa makanan dan tidak segan-segan membantu Naya bekerja di dapur.

Rona pun terlihat akrab dengannya karena tidak jarang juga ia datang membawa mainan dan camilan khusus buat anak tersebut.

Naya tidak menaruh curiga karena semuanya tampak biasa saja. Ia tidak menyadari bahwa suaminya sering memberikan uang kepada Tantri. Dari mana perempuan itu mendapat uang buat belanja ini dan itu jika bukan pemberian Robin? Tantri tidak bekerja dan juga tidak punya suami lagi yang memberinya nafkah.

Gaji Robin yang diterima oleh Naya bulan kemarin berkurang satu juta lima ratus dan suaminya memberi penjelasan bahwa uang tersebut digunakan untuk perbaikan motor di bengkel.

Tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah, Robin mengambil uang di laci meja yang ada di toko tanpa sepengetahuan Naya.

"Di mana Robin? Kenapa membiarkan ku mengangkat barang-barang itu sendirian?" tanya Pak Melki yang datang menghampiri anak mantunya.

Dari tadi ia memperhatikan Naya yang bolak-balik mengangkat barang sehingga ia penasaran.

"Belum pulang," sahut Naya sambil menyeka keringat.

"Jam segini Robin belum pulang dari sekolah?"

Pak Melki heran karena saat ini sudah pukul tiga sore dan Robin belum pulang. Ia segera merogoh saku celana yang dikenakan dan mengambil ponsel untuk menghubungi anaknya.

"Ponselnya tidak aktif,"

"Oh, mungkin sedang sibuk soalnya tadi dia nelpon katanya ada pekerjaan yang harus diselesaikan di sekolah,"

Pak Melki lalu membantu Naya untuk mengangkat barang yang masih tersisa. Ada perasaan yang kurang percaya dengan keterangan yang diberikan oleh Naya bahwa Robin sibuk di sekolah. Akhir-akhir ini ia tidak lepas memperhatikan gerak-gerik Robin yang mencurigakan dan kecurigaan ayahnya semakin besar ketika ia secara tidak sengaja melihat anaknya itu mengendap-endap di samping rumah tetangga.

Waktu itu Pak Melki tidak mau menegurnya karena masih mau memata-matai anaknya dan entah mengapa saat ini ia merasakan ada yang sedang tidak beres.

Setelah semua barang sudah berhasil diangkut masuk ke toko, Pak Melki pamit kepada anak mantunya.

"Terima kasih, Pak! Jangan pulang dulu l, nanti saya buatkan air minum!" tawar Naya.

"Nggak usah, Bapak lagi ada urusan," sahut Pak Melki memberi alasan.

Pak Melki meraih kunci mobil yang ada di ruang tengah dan tergantung pada paku. Ia hendak memastikan, apakah memang benar Robin masih sibuk di sekolah atau tidak.

"Mau kemana, Pa?" tanya Ibu Noni.

"Mau keluar sebentar," jawab sang suami.

"Saya ikut yah, soalnya kerjaan di dapur udah selesai,"

Pak Melki tampak berpikir sejenak lalu mengangguk. Tadi keduanya cepat pulang dari pasar karena ada kegiatan lomba kebersihan yang akan dilakukan di kota tersebut sehubungan dengan hari jadi kota dan semua pedagang dilarang untuk beraktifitas selama dua hari.

Menurut Pak Melki, tak ada salahnya apabila istrinya ikut sekaligus menikmati hari libur sebagai seorang pedagang.

Sementara ia memanaskan mobil, istrinya segera berbenah dan hanya beberapa menit saja sudah muncul di pintu dengan pakaian khusus buat jalan-jalan melekat di tubuhnya yang gendut itu.

"Memangnya Papa ada urusan apa, sih?" tanya Ibu Noni ketika mobil sudah bergerak meninggalkan pekarangan rumah.

"Jalan-jalan aja, mumpung ada waktu libur," sahut Pak Melki dengan santai.

Ibu Noni tersenyum karena merasa kembali muda, bisa menikmati suasana indah bersama sang suami walaupun umur sudah menjelang setengah abad.

"Kenapa senyum-senyum?"

"Lagi bahagia, Pa,"

Keduanya pun tertawa namun derai tawa bahagia itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba Pak Melki menginjak rem tepat di depan sekolah tempat Robin mengabdi.

Ibu Noni sangat kaget dan menatap suaminya dengan panik.

"Ada apa sih, Pa?"

"Ternyata dugaanku benar,"

"Maksudnya apa, Pa?"

"Robin pasti membohongi istrinya,"

Ibu Noni semakin bingung karena tidak mengerti maksud perkataan suaminya. Ia pun ikut menatap gedung sekolah bertingkat yang ada di sampingnya dengan pintu gerbang yang tertutup dan terkunci dari luar, menandakan bahwa saat ini tidak ada kegiatan yang sedang berlangsung di dalamnya.

Pak Melki kembali menghidupkan mesin mobil lalu perlahan meninggalkan tempat tersebut. Ia menyetir mobil dengan santai sambil menceritakan kepada istrinya tentang kecurigaannya terhadap Robin.

"Nggak boleh curiga gitu Pa, soalnya nggak ada bukti!"

"Makanya saya hanya curiga karena tidak ada bukti. Belum menuduh,"

Keduanya lalu diam seribu bahasa dengan pikiran yang menjelajah ke mana-mana hingga akhirnya Pak Melki meminggirkan mobilnya di depan restoran.

Dulu, ketika baru saling mengenal, mereka sering janjian untuk ketemuan di restoran ini dan tentu saja menyimpan banyak kenangan manis. Itulah sebabnya Pak Melki sengaja mengunjungi lagi tempat ini untuk mengenang masa lalu sekaligus menenangkan otak yang sedang panas memikirkan rumah tangga anaknya.

Restoran tersebut berdinding kaca dan ini merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung karena bisa menikmati pemandangan ke segala arah sambil mengisi perut dengan makanan yang enak.

"Bu, Bu, coba kamu lihat di sana!"

Ibu Noni menoleh ke arah yang ditunjuk oleh suaminya. Di sebelah restoran ada sebuah penginapan yang berdiri sangat megah.

Astaga! Ibu Noni membulatkan matanya tanpa berkedip karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!