Meyya, menenangkan diri nya yang mendapat banyak masalah selain dari kesehatan nya, pernikahan nya yang di ujung tanduk membuat nya menepi dan meninggalkan kota.
Pertemuan Meyya dengan lelaki kampung yang tak sengaja membuat kesalah pahaman dengan warga, keduanya terpaksa berubah status dan harus menerima satu sama lain yang masih asing.
Gimana kehidupan mereka setelah terjadi nya nikah dadakan itu? Cus baca!
....
fyi : autor ga pernah copas/menyalin karya orang lain! semua karya yang autor buat murni dari khayalan+kisah nyata yang di alamin oleh teman-teman autor.
kalau tidak menyukai karya ini atau karya ini terlalu kaku, tolong beri saran bukan makian. tks.
langsung baca aja ya! biar nggak penasaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Jempol nya jangan lupa.
—
"Temen nya Mey yang mana?" tanya Amat setelah menetralkan raut wajah nya yang penasaran.
"Dua-duanya," jawab Ardha dengan polos.
"Ck, yang kata kamu mau di deketin sama saya, itu yang mana?" tanya Anat dengan tak sabaran.
"Oh yang tadi. Tapi kayaknya ngga cocok deh sama kamu Mat, mendingan kamu sama yang satu nya aja" jawab Ardha memberi usul yang membuat Amat menatap nya datar.
"Plin-plan jadi laki-laki. Kok bisa Meyya sabar sama kamu selama ini? Stok kesabaran Mey banyak banget" cibir Amat mencebik, Ardha bergidik bahu tak peduli.
"Masuk aja lah, panas di luar" ucap Ardha sembari berdiri, dia ingin tidur siang ditemani sang istri. Tapi untuk sekarang dia tahan saat melihat Meyya sedang mengobrol diselingi canda tawa bersama kedua teman nya.
Ardha hanya melewati ketiga perempuan yang duduk lesehan di tempat biasa mereka makan dan berkumpul.
"Mas," panggil Meyya menengok sebentar ke dalam kamar dimana Ardha berada.
"Kenapa sayang?" sahut Ardha berbalik dan bersandar di tembok pintu menyingkap gorden.
"Mas ngga mau nimbrung sini? Ajakin Amat juga," ujar Meyya, Ardha menurut patuh. Dia kembali ke teras dan melihat Anat yang hendak beranjak, buru-buru dia tahan.
"Mat, aku suruh kamu masuk bukan pergi" Ardha menongolkan kepala nya saja.
Amat yang memang hendak masuk, langsung menoyor kepala Ardha.
"Siapa juga yang mau pergi, aneh kamu" cibir Amat, dia duduk sedikit berjauhan dari para perempuan, bukan mahram soalnya.
Ardha pun mengikuti Amat, dia duduk di samping nya. Sebenarnya Ardha ingin duduk bersampingan dengan sang istri, tapi melihat Meyya yang sibuk bercerita dengan Ayna dan Lani, membuat nya urung.
"Kalian kok bisa barengan?" tanya Meyya menatap Ayna, Lani dan Amat bergantian.
"Ngga sengaja tadi Mey. Mobil aku mogok, aku ngga tau mau minta tolong sama siapa, ngga ada yang aku kenal di daerah sini. Dan kebetulan, mas Amat lagi lewat, jadi ya minta tolong sama dia buat benerin mobil aku yang mogok" jelas Ayna dengan panjang lebar, di angguki oleh Lani.
Ardha dan Amat hanya menjadi pendengar. "Cie, mas ngga tuh" bisik Ardha menggoda Amat. Amat hanya bisa berdecak sebal dengan teman nya yang satu ini.
"Terus?" sahut Meyya dengan penasaran sembari melirik Amat sekilas yang nampak biasa saja.
"Karna aku sama Lani ngga tau alamat rumah kamu. Jadi sekalian aja nanya alamat rumah, ternyata mas Amat kenal sama kalian jadi dia minta tebengan deh" jelas Ayna lagi sembari melirik tipis Amat.
"Oh.. Jadi begitu awal nya, pantes aku bingung. Amat tu baru balik dari sini juga, terus tiba-tiba kok balik lagi" ucap Meyya dengan raut polos.
"Ar," Amat berbisik.
"Hah apa?" sahut Ardha dengan sedikit keras, membuat atensi para perempuan teralihkan.
Amat menggaruk pipi nya menghilangkan gugup.
"Kita keluar aja lah Ar, ngomong di teras aja" usul Amat sembari memberi cubitan kecil di paha Ardha.
"Ngg- Iya deh.. Ayo Mat," ucap Ardha, dia hendak menolak tapi cubitan dari Amat semakin sakit, membuat nya terpaksa menurut.
Meyya dan Ayna sempat saling pandang. "Gimana Ay?" tanya Meyya tanpa basa-basi lagi.
"Aku sih ikut aja apa kata kamu, Mey" jawab Ayna dengan menunduk. Lani yang tak tau apa-apa hanya menatap kedua teman nya dengan bingung.
"Kalian lagi ngomongin apa sih? Kok ngga ngajak aku" tanya Lani menengahi, dia ingin ikut obrolan kedua teman nya.
"Kamu setuju ngga Lan, kalo Ayna kita comblangin sama Amat, yang tadi tu temen nya mas Ardha" ucap Meyya dengan berbinar.
Lani terpaku. Jadi, Ayna di deketin sama kang Amat, duh.. Kenapa ngga sama aku aja ya, kan lebih cocok sama aku.
"Ak-aku.. Aku seatur kalian aja, sesuai hati kalian. Tapi, kalo boleh kasih pendapat, kang Amat lebih cocok sama gadis dari desa juga, bukan apa-apa Ay. Cuma ya pergaulan kalian tu beda, di kota sama di desa" jelas Lani sesuai pikiran nya.
Meyya dan Ayna kembali saling pandang. "Tapi Lan, ngga ada yang ngga cocok kalo belum bersama. Bukti nya aku sama mas Ardha, bisa langgeng sampe sekarang" ucap Meyya dengan pemikiran nya.
"Baru beberapa bulan Mey, jangan seneng dulu" cetus Lani membuat raut Meyya menjadi datar.
mana jempolnya
dah clear slh faham nya...😁😁😁